Pria bertubuh gempal dengan mengenakan kemeja bermotif salur berwarna putih dan hitam nampak antusias mengikuti 'Pelatihan Kemandirian Oar Detailing' yang digelar Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas 1 Bandung.
Pria itu, bernama Andri Sobari atau karib disapa Emon. Dia merupakan eks narapidana yang telah mencabuli sejumlah anak di Sukabumi pada 2014 lalu.
Secara antusias Emon bersama 19 eks napi atau yang kini disebut klien Bapas mengikuti pelatihan di Bengkel General Detaling atau salon mobil yang berada di Jalan Pahlawan, Kota Bandung, Kamis (20/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emon nampak serius, saat mendengarkan materi yang diberikan oleh instruktur di bengkel itu. Para klien Bapas ini melihat langsung tata cara membersihkan body mobil yang sudah kusam menggunakan alat detaling.
Selain diberikan pelatihan, para peserta ini juga mendapatkan peralatan untuk salon mobil yang diberikan Kemenkumham Jabar melalui Bapas Bandung. Peralatan ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebaik mungkin oleh para klien Bapas.
"Kita ada kegiatan pelatihan kemandirian detailing, ada 20 klien Bapas yang ikut pelatihan ini, pelatihan ini sesuatu yang bermanfaat bagi klien Bapas sehingga memiliki skill dan keterampilan supaya bisa melangsungkan kehidupan yang berkelanjutan," kata Kadivas Kemenkumham Jabar Kusnali kepada detikJabar.
Pelatihan ini diharapkan, berdampak pada diri pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Karena pihaknya memiliki kewajiban untuk melakukan tugasnya pengawasan, kepada para klien Bapas ini.
Emon menjadi salah satu klien Bapas yang menjadi atensi Bapas Bandung. Seperti diketahui, setelah Emon mendapatkan status bebas bersyarat dan kembali ke masyarakat kehadirannya menuai kontroversi di masyarakat. Dengan pelatihan ini, Kusnali ingin membuktikan jika Emon bisa lebih baik.
"Ada salah satu klien Bapas, ada atensi khusus, ada perhatian dari masyarakat, maaf meragukan terkait keberhasilan program integrasi, tapi kami berkomitmen Emon ini sebagai salah satu klien Bapas yang menurut kami layak dan pantas ikut kegiatan ini, karena ini melalui mekanisme dan proses, sehingga layak diberikan hak integrasi sebagai klien Bapas," ungkapnya.
"Kami selalu memantau setiap hari, kegiatan Emon itu apa, sehingga keraguan masyarakat insyaallah akan terjaga dan tidak akan mengulangi perbuatannya," tambahnya.
Selain itu, support dari masyarakat sangat dibutuhkan oleh Emon. Karena dukungan dari masyarakat, sangat penting. Tak hanya Emon ada juga dua eks napi teroris yang juga ikut pelatihan dan sama-sama dapatkan stigma negatif dari masyarakat.
Kusnali berharap, dengan diberikannya peralatan salon mobil ini, para klien Bapas ini bisa mandiri dan membuka lapangan kerja agar penghidupannya menjadi lebih baik lagi.
"Itu sebagai modal awal bagi klien Bapas, mereka mana kala mau mencoba ada alat yang sudah kaki siapkan, tidak hanya semata-mata pelatihan saja, setelah ini ada program lanjutan dan alat awal untuk bersangkutan," tuturnya.
Kusnali juga terus memberikan pesan semangat dan positif kepada para klien Bapas ini jika mereka bisa merubah masa lalu nya menjadi orang yang berguna dan lebih baik lagi.
"Kita harapkan pelatihan ini dimanfaatkan dengan betul, diikuti dengan sesama dan menghasilkan keahlian dan kemandirian bagi yang bersangkutan, saya berpesan manfaatkan kegiatan ini dengan baik ya, sehingga azaz manfaatnya terasa baik bagi yang bersangkutan, keluarga dan lingkungan," jelasnya.
Salah satu Manajemen General Detaling Dandi Santosa mengatakan, pelatihan ini dapat memberikan ilmu dan bekal kepada para peserta. Seperti diketahui, bengkelnya ini sudah bekerjasama dengan Bapas Bandung.
"Jadi bekal bagi peserta agar mendapatkan hidup lebih baik, diterima di masyarakat dan mendapatkan penghasilan dari pelatihan ini. Pelatihan lebih ke Salon dan detailing mobil, tahun lalu pernah, yang sudah ikut pelatihan ada beberapa yang dipekerjakan dan ada yang membuka usaha baru dan bekerja di tempat lain," ujarnya.
Menurut Dandi, para klien Bapas ini memiliki potensi untuk diberdayakan dan mereka juga bisa berubah menjadi lebih baik lagi.
"Sebetulnya dari mereka masih berpotensi, yang penting kepercayaan diri, yang tadi stigma negatif dari masyarakat, tujuan dari ini menumbuhkan kepercayaan diri, mereka layak dapatkan penghidupan seperti masyarakat lainnya," pungkasnya.
(wip/mso)