Dokter Ungkap Penyebab Pasti Kematian Bocah SD Sukabumi

Dokter Ungkap Penyebab Pasti Kematian Bocah SD Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 11 Jul 2023 07:26 WIB
Konferensi pers terkait dugaan pengeroyokan yang menewaskan bocah kelas 2 SD di Sukabumi
Konferensi pers terkait dugaan pengeroyokan yang menewaskan bocah kelas 2 SD di Sukabumi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar)
Sukabumi -

MHD (9) bocah kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Sukabumi diduga tewas dikeroyok teman sekolahnya. Dugaan itu dibantah oleh hasil ekshumasi (pembongkaran makam) dan autopsi oleh tim dokter forensik RSUD Syamsudin.

Penyelidikan kasus itu sesuai dengan laporan polisi B/36/V/2023/SPKT/Polsek Sukaraja/Polres Sukabumi Kota/Polda Jawa Barat pada 22 Mei 2023 tentang dugaan tindak pidana pengeroyokan atau penganiayaan terhadap anak di bawah umur. Pihak kedokteran yang didampingi Kapolres Sukabumi Kota AKBP Ari Setyawan Wibowo menyampaikan hasil autopsi di Mapolres Sukabumi Kota pada Senin (10/7/2023) malam.

Dokter Spesialis Forensik RSUD Syamsudin dr. Nurul Aida Fathia mengatakan, kondisi jasad bocah itu sudah mengalami pembusukan lanjut saat dilakukan ekshumasi karena sudah 11 hari pasca dikuburkan. Pihaknya menemukan tanda luka, namun luka tersebut dipastikan akibat tindakan medis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu memang ada, tapi luka tersebut merupakan akibat tindakan medis. Jadi ditemukan di punggung tangan akibat infus, kemudian di pergelangan tangan, lengan bawah, dan beberapa di lengan atas ada memar itu bisa akibat dari tindakan medis," kata Nurul.

Lebih lanjut, ia juga mengambil beberapa sampel tubuh korban yang diduga keluarga ada tanda kekerasan untuk diuji di laboratorium. Beberapa sampel yang diambil yaitu wajah, dada dan paru-paru. Pada bagian paru-paru, ia menemukan jika korban mengalami gangguan pernafasan.

ADVERTISEMENT

"Ternyata dari hasil pemeriksaan laboratorium pun tidak ditemukan adanya tanda kekerasan. Dalam hal ini kenapa dari lab bisa kelihatan karena tidak ada pendarahan di situ, dari otot tidak ada (pendarahan), dari kulit tidak ada, artinya itu bisa menyingkirkan tanda kekerasan. Jadi memang ada kondisinya, gangguan pada paru-paru atau gangguan nafas," ujarnya.

Berdasarkan temuan tersebut, pihak forensik menyimpulkan jika MHD meninggal dunia akibat penyakit dan mati lemas. Trauma atau luka yang ditemukan pada tubuh korban dipastikan berhubungan dengan tindakan medis sesuai prosedur.


"Betul (karena sakit) mengarahnya ke penyakit karena organ dalamnya pun itu mengarah ke penyakit yang menyebabkan dia kekurangan oksigen dan mati lemas," ucap Nurul.

Kondisi Korban Sebelum Meninggal Dunia di RS

Wakil Direktur Medis RSU Hermina Sukaraja dr. Andreansyah Nugraha mengatakan, korban sempat dirawat di rumah sakit selama empat hari sebelum dinyatakan meninggal dunia. Korban tiba dengan keluhan sakit punggung (kaku), mulut (kaku) disertai batuk-batuk selama beberapa hari. Kemudian ada riwayat infeksi cairan di bagian telinga.

"Pada saat itu kita curigai tetanus makanya kita konfirmasi ada riwayat trauma, tertusuk jarum atau benda tajam, atau adanya trauma jejas yang berlebih, kita tanyakan juga pasien dan keluarga, (jawabannya) tidak ada riwayat konfirmasi," kata Nugraha.

Dia juga mengungkapkan, dalam pemeriksaan visum luar tak ditemukan luka. Begitu pun dengan foto rontgen bagian tulang belakang tak ditemukan retakan atau patah tulang.

"Selama perawatan kemungkinan ini penyebab tetanus karena infeksi, ini dibuktikan ada pemeriksaan lab mengarah leukosit tinggi dan hasil rontgen ada tanda-tanda infeksi, ditambah di telingan ada cairan infeksi," jelasnya.

Selama di Instalasi Gawat Darurat (IGD) kondisi bocah laki-laki itu semakin kritis sehingga ia dirawat di ICU selama tiga hari. Selama dalam perawatan, kondisinya pun semakin memburuk karena kondisi perjalanan penyakit.

"Yang namanya infeksi berat bisa mengkibatkan koma atau penurunan kesadaran. Jadi penyebab kematian perjalanan dari penyakit, yaitu tetanus berikut dengan infeksinya. Kita sudah informasikan juga kepada keluarga pada saat sebelum tindakan kegawatan, meninggal pun kita konfirmasi lagi," ungkapnya.

Pihaknya menduga, korban tak mendapatkan imunisasi tetanus secara utuh. "Waktu itu kita tanyakan riwayat imunisasi ternyata dari orang tua memang riwayat imunisasinya tidak lengkap cuma orang tua tidak tahu, tidak dilakukan imunisasi tetanus (lalu) ada infeksi tertentu tanpa ada trauma tertusuk itu bisa (tetanus)," tutupnya.




(dir/dir)


Hide Ads