Menjalankan tugas dengan dukungan peralatan yang lengkap jadi harapan para petugas pemadam kebakaran di Dinas Satpol PP dan Damkar Indramayu. Bagaimana tidak, sarana prasarana hingga jumlah sumber daya manusia yang ada di bidang Damkar ini masih jauh dari kata layak.
Kondisi itu hampir terjadi sejak awal terbentuknya pemadam kebakaran. Kala itu, di tahun 2000-an, damkar mulai diadakan namun belum masuk dalam struktural.
Baca juga: Hii..! Ada Ular Kobra Ngumpet di Kamar Mandi |
Namun, di tahun 2004-an Damkar Indramayu digabung dengan dinas lainnya. Bahkan, keberadaannya sempat menjadi unit pelaksana teknis daerah (UPDT).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah ada sejak 2000-an tapi waktu itu sifatnya belum struktural yang penting ada. Tahun 2004-2005 nempel di PU dulu namanya Cipta Karya. Sampai jadi UPTD," kata Kabid Damkar Dinas Satpol-PP dan Damkar Kabupaten Indramayu, Joni Takarasel, Senin (10/7/2023).
Setelah itu, Damkar digabungkan dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) yang menurutnya tidak satu rumpun dalam tugasnya. Dimana, damkar fokus ke misi penyelamatan bukan penindakan atau penertiban.
Singkatnya setelah bergabung lanjut Joni, damkar memiliki dua pos tambahan. Selain damkar pusat di jalan Gatsu Indramayu, juga terdapat pos di Kecamatan Widasari dan Patrol. Hal itu dinilai sangat kurang melihat dari peta wilayah Indramayu yang cukup luas terdiri dari 31 Kecamatan.
"Sesungguhnya secara kelembagaan kurang, minimal 5 pos. Tapi mengingat jumlah SDM dan peralatan tidak ada ya masa harus dipaksakan," kata Joni.
Kekurangan itu tidak jadi alasan Damkar untuk berhenti memberikan pelayanan. Petugas Damkar Indramayu tetap dituntut bekerja optimal dan mempertaruhkan nyawa ketika kebakaran.
Selain itu untuk mengantisipasi hal ini, damkar sempat memakai sistem gotong royong yaitu bekerjasama dengan masyarakat dalam penanganan peristiwa kebakaran. Penguatan berbasis gotong royong itu diikuti oleh relawan yang kemudian disebut redkar (relawan pemadam kebakaran) pada tahun 2020-an lalu. Namun, karena minimnya anggaran, efektivitas redkar dinilai kurang.
"Ya masih ada walaupun hubungan nya (dengan relawan) tidak se semangat seperti awal dibentuk," ungkap Joni.
Hingga saat ini, diakui Joni jumlah personel masih sangat minim diantaranya hanya memiliki 16 orang PNS dan beberapa orang relawan. Mereka bertugas selama 24 jam di tiga pos.
Dari total 4 tim yang terbentuk, mereka akan berjaga secara bergantian. Meski demikian, satu tim yang tidak bertugas tetap waspada untuk mengantisipasi adanya permintaan bantuan personel.
Terkait armada yang jadi satu alat utama pemadam kebakaran. Damkar Indramayu hanya memiliki sekitar 13 unit armada. Dari total tersebut pun hanya berfungsi sekitar 7 unit armada yang tersebar di 3 pos.
"Sebetulnya menghambat tapi saya menyiasati lah. Nah yang 3 piket itu satu libur. Yang libur itu bukan libur tapi stand-nya," ujar Joni.
Selain itu, wilayah yang luas pun jadi salah satu hambatan bagi damkar. Sehingga, petugas di setiap pos harus tetap siap melakukan perbantuan.
"Nah kalau masuk gang sempit ya kita siasati pakai selang yang panjang," katanya.
(iqk/iqk)