Hobi memburu stiker menjadi satu kegiatan yang ngetrend di tahun 2000-an. Masih ingat dibenak Putra Prima Perdana, demi mendapatkan stiker yang diinginkannya dia rela membeli produk sepatu, baju atau produk fashion lainnya. Dia juga kerap hadir di event-event musik hingga event skate board demi stiker yang diburunya.
Pria kelahiran Bogor 198 ini mengaku, hobi memburu stiker sudah dilakukannya sejak duduk di bangku SMP. Dia yang sudah lama tinggal di Kota Bandung menyatakan, hobinya semakin menjadi-jadi ketika duduk di bangku SMA dan saat dirinya kuliah.
"Senang nempel kalau beli produk dapat striker, kaya beli sepatu Vans, sepatu Adidas. Selain itu dulu beli kaos pasti dapat stiker kaya beli produk-produk distro di Jalan Sultan Agung," kata Prima kepada detikJabar di Pasar Kreatif Jabar, Jalan Pahlawan, Kota Bandung belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang karib disapa Boim ini mengisahkan, sewaktu duduk di bangku SMA ia kerap datang ke sejumlah acara musik. Menurut Boim, band-band yang hadir di acara tersebut kerap menyebar stiker dan menjadi buruan banyak penonton, termasuk dirinya.
Bukan untuk menjadi kolektor, stiker-stiker yang ia dapat itu seluruhnya langsung ditempelkan ke benda-benda yang diinginkan. Dari mulai kaca rumah, lemari, laptop hingga helm.
"Stiker pasti di tempel, nggak disimpan, misal dulu acara Jambore Ska di Cibubur Tahun 2004, tiketnya pake stiker, masih nempel di lemari, yang masih nempel di gitar band Extream Decay dari Malang dan masih banyak lagi," ungkapnya.
Boim menilai, bagi sebagian orang stiker hanya tempelan biasa dan sebagai pemanis dalam setiap produk, brand atau event. Tapi baginya, stiker memiliki seni untuk mengekspresikan diri.
"Ekspresi diri, misal kultur musik, suka band apa, misal Slipknot, Eminem, Linkin Park atau apa. Anak gunung misal North Face atau Patagonia," jelas Boim.
Kebanggaan Tersendiri
Bagi Boim, berburu stiker menjadi hobi di masa mudanya. Menurutnya, ketika memiliki stiker brand produk ternama atau event ternama, itu menjadi kebanggaan tersendiri.
"Kan kalau anak skate, ketika dapat stiker di satu event, terus ditempel di papan skatenya, nggak satu ya, tapi banyak dan beragam, ya jadi punya nilai tersendiri," tuturnya.
Atau ketika helm yang setiap harinya digunakan untuk berkendara dan dipenuhi beragam stiker, itu memiliki kebanggaan tersendiri bagi si pemilik helm tersebut.
"Kalau yang suka dan pernah merasakan masa itu, pasti bangga," ucapnya.
Jualan Stiker
Boim, pria Bandung yang besar di Depok mengaku dari hobinya itu, kini ia mulai membuka usaha menjual stiker. Menurutnya, di era tahun 2000-an, memang sudah banyak yang menjual stiker, tapi untuk di tahun 2020 ke atas sudah cukup jarang ditemui.
"Dulu banyak yang jualan, apalagi di BIP dan Dewi Sartika, itu kejayaan stiker sablon, karena dulu belum ada printing," kata Boim.
Usaha stiker tersebut, dilakukan di Pasar Kreatif Jabar dan striker yang dijualnya dijajakan di sebuah gerobak.
Karena hobi akhirnya dia tergugah menjual stiker dengan beragam gambar yang dijualnya.
Selain itu, menurutnya ketika orang tidak mampu membeli produk tapi menginginkan stikernya, maka usahanya itu menjadi alternatif bagi orang yang hobi memburu stiker.
"Inspirasi saya pertama, awalnya suka dulu, nempel-nempel, kadang bikin dulu yang jarang beredar di pasaran, makannya saya lihatnya bukan ke popularitas tapi desainnya," tuturnya.
(wip/mso)