Ucapan terakhir Paryanto (53), salah satu korban dukun Tohari alias Mbah Slamet di Jawa Tengah menjadi kunci utama terungkapnya kasus pembunuhan berantai atau Serial Killer. Diketahui, Tohari diduga menipu dengan dalih penggandaan uang sebelum akhirnya membunuh korban.
Kepada detikJabar, GE selaku anak Paryanto memperlihatkan pesan tersebut. Dia mengatakan, pesan itu dikirim oleh ayahnya pada Kamis (23/3) sekitar pukul 00.54 WIB.
Mulanya pesan itu berisi lokasi terduga Slamet Tohari. Paryanto mengirimkan lokasi itu kepada anak perempuan pertamanya karena curiga terjadi hal yang tak diinginkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Takut ayah mati ini sharelock Pak Slamet. Misal ayah nggak ada kabar sampai hari Minggu, langsung saja ke lokasi bersama aparat ya," kata Paryanto dalam pesan tersebut.
Selain mengirimkan pesan teks, Paryanto juga mengirimkan voice note kepada anaknya. Dalam rekaman itu, suara parau Paryanto terdengar. Setidaknya ada tiga rekaman yang dikirim Paryanto pada sang anak.
"Disharelock ini rumah orang tuanya, takut kenapa-napa ayahnya gitu. Lokasinya ini dimana? Lokasi di rumahnya dia gitu loh, masih satu kampung, sekitar 100 meter, sama aja di kampungnya Slamet," ucap Paryanto dalam rekaman suara.
Pada rekaman kedua dan ketiga, Paryanto mengatakan jika ia ketakutan di Banjarnegara. Korban juga mengungkapkan sempat meminum air kemasan yang diberikan oleh Mbah Slamet.
"Ini waspada saja takutnya ayah kan namanya nggak punya teman, nggak punya rekan-rekan yang ayah percaya lagi, pokoknya ayah agak sedikit ngeri, apalagi tadi di hutan, ayah nggak sadar, bawaannya ngantuuk mulu," katanya.
"Minum pocari sweet, tidur lagi, tidur lagi sambil nunggu, kepala ayah langsung tidur di bawah, ini saja ayah kaya mabok, ngomong sendiri kaya orang gila, ya sudah ya. Moga-moga selamat sampai tujuan dan sukses. Amin," ucap Paryanto mengakhiri rekaman suara tersebut.
Anaknya berinisial GE (15) menuturkan, jika ia jarang bertemu dengan sang ayah karena sering bepergian. GE mengatakan, kejadian dugaan pembunuhan berencana itu awal mula diketahui dari voice note sang ayah kepada kakaknya. Dari situ, ia menaruh kecurigaan jika ayahnya dalam kondisi terancam.
"(Tahu dari mana terancam?) karena dari suaranya, dari vn (voice note) itu. Terus bilangnya, kalau ayah nggak ada kabar sampai hari Minggu, kalau belum pulang sampai hari Minggu bawa aparat ke sini, dari situ saya berenam dari Sukabumi langsung berangkat ke lokasi," kata GE saat ditemui detikJabar di rumah neneknya, Cibaraja, Selajambe, Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Selasa (4/4/2023).
Atas kejadian ini, dia mengikhlaskan kepergian korban. Pihaknya juga menuntut agar pelaku mendapatkan hukuman setimpal.
"Ya musibah, intinya ikhlas saja. Saya juga pengen hukumannya setimpal sama seperti apa yang pelaku lakukan ke ayah saya," ujarnya.
(mso/mso)