Soal M/45 di Lemari Misterius yang Kuak Profesi Ayah di Sumedang

Kabupaten Sumedang

Soal M/45 di Lemari Misterius yang Kuak Profesi Ayah di Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Selasa, 04 Apr 2023 09:30 WIB
Pistol Mitraliur M/45 peninggalan ayah Nuryana
Pistol Mitraliur M/45 peninggalan ayah Nuryana (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang - Seorang warga asal Sumedang menyerahkan senjata buatan Swedia peninggalan ayahnya yang diketahui adalah seorang pejuang TNI AD saat melawan DI/TII. Jenis senjatanya adalah Pistol Mitraliur M/45 dengan kaliber 9 mm.

Dikutip dari berbagai sumber, senjata api jenis Pistol Mitraliur muncul pada akhir perang dunia I. Senjata ini menggabungkan kemampuan menembak serupa senjata mesin dengan isi amunisi pistol.

Kala itu, beberapa negara yang memproduksi senjata jenis ini dengan beragam namanya, di antaranya Italia (villar perosa), Jerman (Bergmann MP18), Amerika (Thompson), Inggris (Lanchester), Uni Soviet (PPD-34), dan beberapa negara lainnya.

Di Indonesia sendiri, Pistol Mitraliur mulai populer pada saat perang kemerdekaan. Pistol Mitraliur yang banyak dipakai, satu di antaranya adalah Pistol Mitraliur Carl Gustaf M/45 buatan Swedia.

Senjata inilah yang diserahkan oleh warga Sumedang bernama Nuryana. Senjata tersebut diketahui merupakan peninggalan almarhum ayahnya yang kemudian diketahui sebagai pejuang TNI AD yang bergerilya melawan DI/TII.

Tentang M/45

Dilansir dari https://weaponsystems.net yang dipindai pada Senin (3/4/2023) malam, di sana disebutkan bahwa Carl Gustav m/45 adalah senapan sub mesin pada era Perang Dunia 2 yang berasal dari Swedia. Senjata tersebut dikembangkan pada akhir Perang Dunia 2 yang dibuat dengan menerapkan teknik baru sebagai cara mengurangi biaya produksi.

Ciri khas dari senjata ini memiliki pegangan belakang yang dilapisi kayu. Sementara pegangan depannya bertumpu pada sebuah magasen tempat di mana peluru bersemayam.

Carl Gustaf M/45 mampu menembakan peluru kaliber 9 mm dengan putaran magasen antara 24 sampai 36 putaran. Tembakan itu sepenuhnya otomatis dengan laju tembak pada kisaran 600 rpm. Inilah yang membuatnya mudah dikendalikan dengan jarak tembak paling efektif pada kisaran 200 meter.

Carl Gustav buatan Swedia ini telah diekspor ke berbagai negara. Kala itu, senjata ini pun diproduksi di negara Mesir dengan di bawah lisensi.

Namun seiring berjalannya waktu, senjata ini pun pada akhirnya tergantikan oleh senapan mesin serbu yang lebih modern, salah satunya adalah MP5 (keluarga pistol mitraliur yang diproduksi oleh perusahaan senjata asal Jerman pada tahun 1960-an).

Sementara itu, Danrem 062/TN Kolonel Inf Asep Sukarna memaparkan, senjata tersebut adalah senjata standar TNI AD dan digunakan pada waktu dulu termasuk pada saat melawan DI/TII.

"Ini jenis senjata PM Mitraliur M/45, ini senjata standar TNI, ini digunakan pada saat dulu, pada saat DI/TII pun menggunakan ini," ungkap Asep kepada detikJabar, Senin (3/4/2023).

Mantan Pejuang Melawan Pemberontakan DI/TII

Berita sebelumnya, Nuryana (32), warga Dusun Bojongeureun, Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Sumedang menyerahkan satu pucuk senjata api beserta puluhan amunisi kepada Danrem 062/TN Kolonel Inf Asep Sukarna.

Senjata jenis Pistol Mitraliur M/45 buatan Swedia itu diketahui peninggalan ayah Nuryana yang bernama Darja'i. Darja'i diketahui merupakan mantan pejuang saat menumpas pemberontakan DI/TII.

Nuryana (ketiga dari kiri) saat penyerahan senjata.Nuryana (ketiga dari kiri) saat penyerahan senjata. Foto: Nur Azis/detikJabar

Dalam sebuah piagam, ayah Nuryana tercatat sebagai anggota TNI dari Divisi IV Siliwangi dengan pangkat terakhir Sersan dan bertugas di Kodim Kota Bandung.

Penyerahan senjata dilakukan di rumah kontrakan di Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin (3/4/2023) sore. Di rumah kontrakan itulah Darja'i tinggal dan menghembuskan napas terakhirnya.

Penyerahan senjata itu turut dihadiri Dandim 0610 Sumedang Letkol Inf Hendrix Fahlevi Rangkuti, Danramil 1005 Jatinangor Kapten Arh Ateng Jaelani, beberapa anggota TNI, dan keluarga almarhum.

Nuryana mengaku senjata api peninggalan almarhum ayahnya itu ditemukan berawal saat dirinya tengah mencari sebuah dokumen untuk mengurus pensiunan ayahnya.

"Jadi pas sedang mengurus surat-surat pensiunan, ada yang kurang terkait dokumennya itu," ungkap Nuryana kepada detikJabar di lokasi.

Ia saat itu teringat wasiat ayahnya yang mana jika terdapat kesusahan, maka bongkarlah sebuah lemari yang ada di dalam kamar ayahnya. Selain itu, ia diperintahkan untuk segera melapor kepada kantor Koramil terdekat.

"Lemari ayah saya itu dari sejak saya kecil tidak boleh dibongkar. Namun karena teringat pesan ayah saya, jadi lemari itu saya bongkar dan saya saat itu langsung menghubungi anggota karena di dalam lemari ternyata didapati senjata api," paparnya.

Nuryana sendiri mengaku belum terlalu paham akan sosok ayahnya yang sudah meninggalkannya sejak masih kecil.

"Saya baru tahu bahwa ayah saya pejuang setelah melihat beberapa piagam penghargaan dan piagam-piagam itulah yang menjelaskan siapa sosok ayah saya setelah diterangkan oleh anggota TNI," ungkapnya.

Danrem 062/TN Kolonel Inf Asep Sukarna mengungkapkan, senjata yang diserahkan merupakan bukti bahwa almarhum Darja'i adalah pejuang. Hal itu lantaran senjata tersebut hadiah bagi almarhum lantaran telah turut serta dalam menumpas pemberontakan DI/TII.

"Senjata ini sebagai bukti bahwa beliau mendapatkan senjata ini hasil dari perjuangan sendiri saat bergerilya melawan DI/TII dan beliau dihadiahi senjata ini disertai sertifikat yang ditandatangani pada tahun 1949 dan menjelaskan bahwa senjata ini adalah miliknya beliau dan legal," ungkap Asep. (yum/yum)



Hide Ads