Luas Longsoran Dinding Kawah Gunung Galunggung Capai 7 Hektare

Luas Longsoran Dinding Kawah Gunung Galunggung Capai 7 Hektare

Faizal Amiruddin - detikJabar
Selasa, 14 Mar 2023 19:02 WIB
Longsoran di dinding kawah Gunung Galunggung, Senin (13/3/2023).
Longsoran di dinding kawah Gunung Galunggung, Senin (13/3/2023). (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Kejadian longsor tebing kawah Gunung Galunggung Kabupaten Tasikmalaya ternyata bukan kali ini saja terjadi. Setidaknya kejadian longsor tersebut untuk yang ketiga kali.

Catatan detikJabar, kejadian longsor tebing kawah Galunggung pernah terjadi pada tahun 2017 silam. Ketika itu longsoran menimbun musala yang berada di area dasar kawah. Longsor juga menyebabkan dua orang yang sedang berburu burung warga Desa Mekarjaya Kecamatan Padakembang Kabupaten dilaporkan hilang.

Masih di titik yang sama, longsor kembali terjadi pada Oktober 2022. Material dinding kawah amblas ke dasar kawah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terakhir pada Minggu (12/3) lalu, longsor kembali terjadi. Kali ini luasan dinding kawah yang longsor cukup besar, ditaksir luasnya mencapai 7 hektar. Material sebanyak itu amblas ke dasar kawah. Bekas longsoran di dinding kawah itu terlihat besar dari wilayah Kota Tasikmalaya yang jaraknya mencapai belasan kilometer.

"Menurut taksiran memang luas longsoran mencapai 7 hektar, itu perkiraan karena sulit untuk melakukan pengukuran secara mendetail," kata Sumarsono, site manager objek wisata Gunung Galunggung, Selasa (14/3/2023).

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan titik longsor berada di bagian barat, atau berada di seberang tepi kawah yang biasa dikunjungi wisatawan. "Lokasi dari tempat wisatawan jauh, jaraknya sekitar 1,5 kilometer. Jadi lokasi longsor itu di seberang lokasi wisatawan," kata Sumarsono.

Titik longsor menurut Sumarsono merupakan tebing yang dapat dikatakan labil. "Itu kan jalur aliran air dari kawah Purba, bisa jadi memang kondisi tanahnya labil," kata Sumarsono.

Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung, Gradita Trihadi juga membenarkan bahwa titik longsoran merupakan jalur air dari kawah Purba. "Itu memang jalur air dari kawah yang ada di atas, atau disebut Kawah Purba. Penyebab lainnya bisa juga dipicu curah hujan yang tinggi," kata Gradita.

Kawah Purba sendiri merupakan bagian dari kaldera puncak tertinggi Gunung Galunggung atau dikenal warga dengan sebutan puncak Gunung Dinding Ari. Kawah Purba juga disebut-sebut terbentuk pada letusan Gunung Galunggung pada tahun 1822 silam.

Sejauh ini belum ada jalur pendakian resmi untuk menjangkau Kawah Purba atau puncak Dinding Ari.

"Tidak ada jalur pendakian ke arah puncak Galunggung atau ke daerah dekat longsor. Wisatawan hanya sampai bibir kawah bagian timur, hanya sampai puncak tangga," kata Sumarsono.

Sementara itu Irman Mandor salah seorang pegiat pecinta alam mengatakan untuk mendaki puncak Dinding Ari Gunung Galunggung tidak bisa dilalui dari arah timur atau kawasan objek wisata. Umumnya pendakian dilakukan dari arah barat atau dari wilayah Kecamatan Sariwangi.

"Setahu saya yang longsor itu bukan jalur pendakian ke puncak Dinding Ari. Yang longsor itu lereng, dinding kawah hasil letusan 1982. Di atas itu ada lagi Kawah Purba," kata Irman.

Irman mengatakan kalau pun ada yang menjangkau kawasan dinding kawah itu biasanya warga setempat.

"Biasanya warga yang mikat (berburu/menangkap) burung, yang berani merambah daerah itu. Tapi kalau sekarang sudah tak ada yang berani, setelah kejadian longsor tahun 2017 lalu," kata Irman.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads