Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon memiliki tradisi menarik yang rutin digelar setiap tahun. Dalam tradisi tersebut, berbagai macam permainan menantang ditampilkan. Mulai dari permainan bola api, tongkat api, hingga mandi petasan.
Berbagai permainan berbahaya itu ditampilkan langsung oleh sejumlah santri yang belajar di Madrasah Al-Hikamus Salafiyah (MHS) Pondok Pesantren Babakan, Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.
Dengan banyaknya atraksi yang ditampilkan, maka tak heran jika tradisi tahunan ini selalu berhasil menyedot antusias para penonton. Mereka rela berdesakan di pinggir lapangan demi bisa menyaksikan berbagai atraksi yang dipertunjukkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun siapa sangka, jika di balik keseruan dari tradisi sepak bola api hingga mandi petasan di Pondok Pesantren Babakan ini, ternyata ada cerita heroik yang tersimpan.
Bayquni, selaku pembina dari permainan sepak bola api ini mengatakan, jika permainan menantang seperti ini sebenarnya sudah ada sejak masa penjajahan.
Kala itu, kata dia, permainan semacam ini telah ditampilkan oleh para ulama terdahulu dengan menggunakan bola yang terbuat dari batu. Saat itu, para ulama menampilkan permainan ini sebagai bentuk perlawanannya terhadap penjajah.
"Awalnya permainan sepak bola ini dilakukan oleh kyai-kyai zaman dulu waktu zaman penjajahan. Tapi saat itu bola yang digunakan bukan bola api, tapi bola yang terbuat dari batu. Dan tujuannya itu untuk menakut-nakuti penjajah," kata Bayquni saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Setelah memasuki era kemerdekaan, tepatnya sekitar tahun 1950-an, permainan ini pun masih berlangsung dan dilestarikan. Tapi bola yang digunakan tidak lagi terbuat dari batu, melainkan bola api yang dibuat dari bahan kelapa.
"Untuk permainan bola apinya sendiri mulai dilakukan sejak tahun 1950-an. Dan tujuannya pun sudah berbeda dengan saat masa penjajahan. Kalau masa penjajahan kan tujuannya sebagai bentuk perlawanan, kalau sekarang tujuannya untuk meyakinkan para santri terhadap keajaiban tuhan," kata dia.
Menurut Bayquni, dengan menjalani berbagai tirakat khusus, maka para santri akan bisa melakukan permainan berbahaya ini tanpa mengalami luka.
Baca juga: Jawa Barat Dirundung Wabah Flu Burung |
Hingga kini, tradisi sepak bola api dan beberapa permainan berbahaya lainnya masih dilestarikan dan menjadi tradisi tahunan yang rutin digelar di lingkungan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.
Tradisi ini merupakan kegiatan yang menjadi penanda bahwa telah berakhirnya masa belajar tahunan di MHS Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Selain itu, tradisi ini juga digelar dalam rangka untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
"Jadi memang kegiatan ini digelar dalam rangka menyambut bulan puasa, sekaligus sebagai pertanda bahwa kegiatan belajar untuk tahun ajaran sekarang sudah selesai," ucap Bayquni.
(mso/mso)