Pertunjukan tak biasa ditampilkan oleh sejumlah santri di Cirebon, Jawa Barat. Dengan bertelanjang kaki tanpa pelindung apapun, mereka nampak asyik beradu ketangkasan memainkan bola api di atas lapangan.
Untuk sebagian orang, pertunjukan tersebut mungkin terlihat sangat berbahaya. Tapi bagi para santri dari Madrasah Al-Hikamus Salafiyah (MHS), Pondok Pesantren Babakan, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, kegiatan itu bahkan telah menjadi tradisi yang rutin digelar setiap tahun.
Seperti permainan bola pada umumnya, pertandingan bola api ini dimainkan oleh para santri yang terbagi menjadi dua tim. Setiap tim masing-masing terdiri dari sekitar enam orang pemain, berikut dengan penjaga gawang atau kiper.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama pertandingan berlangsung, kobaran api dari bola yang dimainkan oleh para santri itu terus menyala tanpa sedikit pun padam. Setiap kali api meredup, panitia pertandingan pun siap menggantinya dengan bola yang baru.
Tak terlihat raut takut atau khawatir dari wajah para santri yang memainkan bola api ini. Meski tanpa alas kaki, mereka nampak asyik dan seolah tidak merasakan panas saat menendang hingga memegang bola api tersebut.
Pertunjukan berbahaya nan atraktif ini pun nampak disambut antusias oleh para santri lain maupun warga sekitar yang ingin menonton. Mereka rela berdesakan di balik pagar lapangan demi bisa menyaksikan pertandingan bola api ini.
Pembina dari pertandingan bola api di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Bayquni mengatakan, kegiatan ini telah menjadi agenda rutin yang digelar setiap tahun. Kegiatan ini digelar sebagai pertanda telah berakhirnya masa belajar tahunan di MSH Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin.
![]() |
Di samping itu, tradisi pertandingan bola api yang dimainkan oleh para santri ini juga digelar dalam rangka untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
"Jadi memang kegiatan ini digelar dalam rangka menyambut bulan puasa, sekaligus sebagai pertanda bahwa kegiatan belajar untuk tahun ajaran sekarang sudah selesai," kata Bayquni saat ditemui di sela-sela acara pertandingan bola api yang digelar di lapangan desa setempat, Minggu (5/3/2023) malam.
Bayquni menjelaskan, bola yang digunakan dalam permainan ini adalah bola yang terbuat dari kelapa. Sebelum digunakan, kelapa tersebut telah lebih dulu direndam di dalam minyak tanah selama satu bulan.
Selain permainan bola api, dalam tradisi tahunan itu para santri juga turut memperagakan beberapa penampilan lainnya yang tidak kalah berbahaya. Beberapa penampilan tersebut di antaranya adalah mulai dari permainan tongkat api hingga atraksi mandi petasan.
Bayquni menyebut, sebelum melangsungkan pertunjukkan berbahaya ini, semua santri yang terlibat dalam kegiatan itu telah lebih dulu melakukan persiapan secara matang. Oleh karenanya, meski bersentuhan langsung dengan api, namun para santri itu tidak ada yang mengalami luka bakar.
"Kalau bagi yang tidak punya persiapan mungkin akan panas. Tapi untuk para santri-santri ini, alhamdulillah selama ini tidak apa-apa," kata dia.
(yum/yum)