Jawa Barat Dirundung Wabah Flu Burung

Jabar Sepekan

Jawa Barat Dirundung Wabah Flu Burung

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 05 Mar 2023 20:00 WIB
Puluhan hewan peliharaan di Cimahi divaksinasi rabies dan flu burung
Puluhan hewan peliharaan di Cimahi divaksinasi rabies dan flu burung. (Foto: Whisnu Pradana)
Bandung -

Pemprov Jawa Barat kini sedang waspada menghadapi wabah flu burung. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) mencatat sudah ada 2 wilayah di Jabar yang dilaporkan terpapar virus avian influenza (AI) itu yakni Kota Cirebon dan Kota Cimahi.

Di Kota Cirebon, kasus flu burung sudah terdeteksi sejak Januari 2023. Sementara di Kota Cimahi, kasusnya baru muncul belakangan ini setelah puluhan unggas milik warga di Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, mati mendadak secara bertahap pada 16-21 Februari 2023.

Menurut pengakuan peternaknya, Yuyun Somantri (53), unggas peliharaannya yang mati yaitu ayam, entog, dan kalkun. Ia awalnya kaget karena hewan peliharaannya itu tiba-tiba banyak yang mati tanpa ada gejala sakit terlebih dahulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada detikJabar, Yuyun mengaku saat itu belum mengetahui penyebab peliharaannya mati mendadak dalam jumlah banyak. Sebab ayamnya masih ada yang selamat padahal ada di satu kandang.

"Ya waktu itu belum tahu flu burung atau apa, soalnya kan hasil (uji laboratorium) belum keluar. Soalnya kalau disebut penyakit, kan harusnya mati semua. Tapi ini masih ada yang selamat," kata Yuyun.

ADVERTISEMENT

Yuyun sendiri langsung mengubur ayam peliharaannya yang mati mendadak. Kemudian didapat informasi ayamnya mati gegara Flu Burung, ia langsung membakar kandang tempat ayamnya dipelihara.

Kepala Bidang Pertanian pada Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Cimahi Mita Mustikasari mengatakan pihaknya sudah menindaklanjuti laporan soal unggas milik peternak yang mati mendadak. Tercatat, ada 49 ekor unggas yang mati selama periode itu.

"Kita sudah terima laporan soal unggas mati mendadak, jadi dalam laporannya itu sekitar seminggu ada 49 ekor yang mari," kata Mita.

Belakangan setelah ditelusuri, kini total ada 172 unggas yang terkonfirmasi positif flu burung atau H5N1. Kepala Dispangtan Kota Cimahi Tita Maryam mengatakan, selain unggas yang mati mendadak, masih ada unggas milik peternak yang sakit akibat Flu Burung dan menunggu divaksinasi.

"Minggu lalu kami terima laporan 49 unggas mati mendadak dalam kurun waktu kurang dari sepekan sejak 16 sampai 21 Februari. Hasil uji sampel menunjukkan positif Avian Influenza atau flu burung," ujar Tita saat dikonfirmasi, Kamis (2/3/2023).

Pihaknya sendiri memastikan unggas melakukan pengambilan sampel untuk pengujian di Balai Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (BKHKMV) Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

"Semua unggas dapat terserang virus Avian Influenza, tetapi memang lebih sering menyerang ayam dan kalkun. Penyakit ini bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi," ucap Tita.

Pejabat Otoritas Veteriner DKPP Jawa Barat drh Supriyanto memastikan hasil identifikasi di lapangan kasus flu burung tersebut bukan kategori H5N1 clade baru yaitu 2.3.4.4b. Pihaknya menyebutkan, AI yang terjadi di Kota Cirebon dan Kota Cimahi tersebut masih tergolong flu burung varian lama yang muncul di Indonesia pada 2014.

"Jadi kemarin identifikasi di lapangan, flu burungnya masih sama seperti flu burung yang sebelumnya. Yang pada umumnya menyerang pada unggas air, entog, bebek, terus menular ke ayam," tuturnya.

Ia juga memastikan kasus flu burung di Jabar belum ada yang dilaporkan terinfeksi kepada manusia. Kasus yang dilaporkan masih terjadi pada unggas meski tingkat mortalitinya begitu tinggi hingga menimbulkan kematian bagi hewan.

"Sampai dengan saat ini itu baru unggas. Faktornya memang karena cuaca, peralihan musim. Jadi kalau basah, virus itu cenderung lebih mudah berkembang. Karena sifatnya AI mortalitasnya tinggi, kematiannya tinggi pada sekumpulan unggas, jadi bakal mati semua," tuturnya.

Namun demikian, pihaknya menegaskan sudah mengimbau kabupaten/kota melalui surat edaran. Salah satunya, tidak memasukkan unggas baru terlebih dahulu ke kandang dan menjaga kebersihan kandang dengan cara menyemprotkan cairan disinfektan.

"Sesuai dengan surat yang kita kirimkan, kalau menemukan kasus kematian unggas di lapangan, cepat lapor ke petugas. Karena kecepatan pelaporan berkolerasi ke tindakan penanganannya. Tindakan securitynya, penyemprotan disinfektan. Dan diusahakan jangan memasukkan unggas baru ke lingkungan, dari luar daerah jangan dimasukan dulu ke kandang," pungkasnya.

(ral/iqk)


Hide Ads