Belum lama ini, detikJabar berkesempatan mewawancarai Hanan Attaki di kantornya di Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung. Hanan Attaki begitu ramah. Ia mengenakan kemeja kuning dan kupluk hitam. Perbincangan dengan pendiri komunitas Shift Pemuda Hijrah itu diawali dengan perjalannya di dunia dakwah.
Pendakwah kelahiran Aceh itu mengaku mengenal dakwah sejak masih berseragam putih abu-abu. Ia kala itu belajar di salah satu pesantren. Namun, ada hal yang membuatnya tak nyaman.
"Ya disuruh salat itu susah. Kadang melihat ada yang harus disiram untuk salat subuh. Susah banget buat bangun subuh. Belajar agama, fiqih dan lainnya, ternyata tidak membuat saya lebih bersemangat beribadah dan berakhlak baik," kata Hanan saat berbincang dengan detikJabar, Jumat (17/2/2023).
Hanan yang awalnya kehilangan semangat untuk belajar. Namun, girahnya kembali muncul kala ia bertemu dengan Jemaah Tabligh. Perjumpaannya dengan Jemaah Tabligh itu saat Hanan Attaki kelas dua SMA.
Ia melihat Jemaah Tabligh tengah beriktikaf di masjid lingkungan rumahnya. Hanan Attaki pun penasaran, ia terus memperhatikan dan hingga akhirnya memilih untuk ikut berkecimpung.
"Belajar dakwah lebih santun. Setelah ikuti itu, saya semangat beribadah. Semangat memperbaiki diri. Terus saya belajar, syariat dan lainnya dengan dibarengi metode dakwah," ucap Hanan Hattaki.
Girah Hanan Attaki memuncak untuk belajar ilmu agama. Sekembalinya ke pesantren, ia makin getol belajar agama. Hingga akhirnya, ia pun melanjutkan pendidikannya di Mesir. Pendakwah berkupluk itu mengambil jurusan Tafsir Al Quran, Universitas Al-Azhar, Kairo,
Dakwah Itu Seni
Hanan Attaki makin matang setelah belajar di Al Azhar. Ia menemukan filosofi dakwah yang dilakukannya. "Dakwah adalah seni memikat hati. Bukan sekadar mengajarkan kebenaran, bukan sekadar memberi tahu halal dan haram, hukum, jadi mengajak orang bersimpati. Menerima kebaikan maupun kebenaran," ucap Hanan Attaki dengan suara lembutnya.
Hanan Attaki juga menganggap dakwah merupakan program untuk perubahan. Jadi, dakwah tak hanya sekadar ceramah. Tapi program yang berkesinambungan untuk mengarah pada kebenaran dan kebaikan. Ia pun mengungkap alasannya menyasar anak muda sebagai bagian dari program dakwahnya.
"Kita lihat dulu segmentasi, obyek dakwahnya siapa. Yang belum tergarap di Indonesia itu adalah anak-anak muda. Anak-anak muda yang suka main. Semua anak muda, yang rajin, berprestasi, gaul dan cenderung ke kriminal," kata Hanan Attaki.
Baca juga: Hanan Attaki Bantah Tuduhan Eks HTI |
"Anak-anak muda di jalan juga belum banyak yang tergarap ya. Saya membuat metodologi dakwah yang cocok dengan anak-anak muda itu," ucapnya menambahkan.
Hanan Attaki memang memiliki santri dari kalangan geng motor dan lainnya. Ia berjuang agar dakwah bisa diterima dan mengajak pada kebenaran. Walhasil, Shift Pemuda Hijrah pun dibentuk.
"Dulu saya bikin taklim kecil di Masjid Al Latief. Awalnya ada 50 orang anak muda, 20 di antaranya anak muda. Saya menemukan banyak potensi hebat, ya ada geng motor Brigez, skateboard dan lainnya," ucap pendakwah kelahiran 12 Juli 1981.
Taklim yang ia bentuk itu akhirnya membesar. Komunitas Pemuda Hijrah terbentuk. Awalnya, program mengarah pada gaya hidup atau lifestyle. Ia juga tak menyangka tren yang dibentuknya bersama kelompok pemuda menyebar ke seluruh Indonesia.
"Jadi Pemuda Hijrah itu bukan organisasi, ini komunitas dan model lifestyle baru anak muda. Hijrah itu artinya ke masjid meninggalkan dosa. Lebih luas, lifestyle yang positif," kata Hanan Attaki.
Shift atau Pemuda Hijrah dibentuk dan dipatenkan menjadi yayasan pada 2021.
Pesan Trend
Dakwah melalui Pemuda Hijrah memang sudah diterima di kalangan anak muda. Namun, Hanan Attaki tak punya cita-cita lain. Tahun 2021, kemudian ia mendirikan Pesan Trend. Pesan Trend didirikan di kawasan hutan Cilengkareng Bandung.
Pesan Trend adalah dakwah lanjutan yang digagas Hanan Attaki. Dakwah yang berkonsep program.
"Jadi tak hanya sekadar ngaji. Kita arahkan ke hal yang positif dan produktif. Ada yang nggak lulus SMA, kuliah cenderung dunia gelap, siswanya," kata pendakwah berusia 41 tahun itu.
Pesan Trend mengajarkan pada anak-anak muda yang putus sekolah tentang skil. Di dalamnya ada Sekolah Rimba. Para siswa itu dididik tentang berkebun, mengenal alam, olahraga dan lainnya.
Luas Pesan Trend mencapai sembilan hektare. Ia menggratiskan para siswa yang belajar. Ia berharap program Pesan Trend yang digagasnya itu bisa mencetak generasi untuk memajukan bangsa.
Sebelum tersohor hingga membuat kawasan sembilan hektare menjadi kawah candradimuka para anak muda yang putus sekolah, Hanan Attaki pernah berjuang untuk berbisnis. Ia pernah menulis hingga membangun gerai pengisian pulsa.
"Ada 60 counter pulsa. Jual beli mobil bekas juga pernah. Usaha kecil-kecilan dulu. Tapi, itu juga tidak terurus. Hingga akhirnya merintis sekolah, seperti kantor untuk tempat kumpul anak-anak muda Bandung," ucap Hanan Attaki. (sud/yum)