Napas Jelata Mengais 'Harta Karun' di TPA Sarimukti

Napas Jelata Mengais 'Harta Karun' di TPA Sarimukti

Tim detikJabar - detikJabar
Jumat, 27 Jan 2023 17:46 WIB
Sebuah gubuk berfungsi sebagai warung berdiri di tengah-tengah gunungan sampah TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Sebuah gubuk berfungsi sebagai warung berdiri di tengah-tengah gunungan sampah TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB). (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Bandung -

Bau busuk langsung menusuk hidung begitu menjejakkan kaki di area tempat pembuangan sampah (TPA) Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Pemandangan sampah yang menggunung tersaji di depan mata.

Rasa mual tak bakal bisa ditahan bagi orang biasa yang datang ke tempat pembuangan sampah terbesar di Bandung Raya itu. Namun bukan soal bagi sopir dan pemulung yang mengais rezeki dari sampah rumah tangga itu.

Pemulung di TPA SarimuktiPemulung di TPA Sarimukti Foto: Whisnu Pradana

Bagi pemulung, tumpukan sampah yang datang dari berbagai wilayah di Bandung Raya itu ibarat menyimpan harta karun. Selain menjual rongsokan untuk dijual, tak jarang pemulung juga menemukan benda yang bernilai tinggi yang mungkin secara tak sengaja terbuang oleh pemiliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang dialami Deden Sutisna, pria asal Cipeundeuy, KBB yang juga berprofesi menjadi pemulung di TPA Sarimukti. Di satu waktu, dewi fortuna sedang berpihak pada Deden. Saat sedang mengeruk gundukan sampah ia menemukan benda berharga berukuran kecil yang mungkin juga diharapkan pemulung lain.

"Saya pernah sekali dapat emas putih, pas ditimbang itu 2,5 gram. Akhirnya dijual langsung. Tapi saya lupa kapan dapat itu. Cuma pernah sekali itu saja, sampai sekarang nggak pernah lagi," kata Deden.

ADVERTISEMENT
Warung di tengah TPA SarimuktiWarung di tengah TPA Sarimukti Foto: Whisnu Pradana

Kehidupan rakyat jelata di TPA Sarimukti bukan hanya soal geliat mereka yang membuang dan memulung sampah bernilai di sana. Tetapi juga, tentang mereka yang menjajakan segelas kopi hangat di tengah gunungan sampah.

Mereka adalah Halimah (60) dan Siti (35), pasangan ibu dan anak itu setia menjajakan kopi dan gorengan kepada siapa saja yang mampir ke warung sederhana yang mereka jajakan.

Menyantap gorengan di sini memberikan sensasi tersendiri bagi, sebab ditemani oleh ribuan lalat yang mengerubungi. Ipin (42), salah satu pemulung yang menjadi langganan di warung Halimah. Ia menyebut sangat terbantu dengan keberadaan warung itu karena tak perlu jauh-jauh mencari warung jika hendak ngopi sambil istirahat sejenak.

"Ya sudah biasa, jadi nggak kerasa bau atau jijik lagi. Setiap hari istirahat di sini. Ngopi sama ngerokok, kalau makan beli di tempat lain," kata Ipin.

Seperti apa serba-serbi kehidupan rakyat jelata di TPA Sarimukti ? jelajahi artikel berikut ini :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
(yum/yum)


Hide Ads