Pembuangan sampah dari Bandung Raya ke TPA Sarimukti, di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) tersendat karena akses di area TPA serta alat berat mengalami kerusakan.
Tersendatnya pembuangan sampah itu berbuntut panjang. Mulai dari pengangkutan yang terhambat, antrean panjang truk di jalan menuju TPA Sarimukti, hingga perjuangan sopir bermalam di truk demi menunggu giliran menurunkan muatan.
Salah satunya Hendrayana (49), sopir truk yang mengangkut sampah dari Melong, Kota Cimahi. Dua pekan belakangan, ia beberapa kali harus rela tidur di dalam truknya karena belum kebagian giliran menurunkan sampah yang diangkut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya sering kalau nginap, soalnya kan misalnya datang malam, itu baru besoknya bisa buang muatan. Sama-sama dengan sopir lainnya," kata Hendrayana saat berbincang dengan detikJabar, Selasa (17/1/2023).
Perjuangan Hendrayana dan sopir truk lain yang bernasib serupa tak bisa dipandang sebelah mata. Hendrayana bercerita kalau ia sampai jatuh sakit karena pola kerja yang tak menentu ditambah bayang-bayang infeksi saluran pernafasan karena kerap menghirup bau menyengat dari sampah yang diangkutnya.
"Ya sampai sakit karena sering nginap. Kalau saya itu meriang, masuk angin, sakit kepala. Ditambah kan sering mencium bau sampah, terus jadi enggak sehat juga," kata Hendrayana.
Selain kondisi kesehatan, ia juga saat ini terbebani karena pengeluarannya saat menunggu giliran membuang muatan menjadi membengkak.
"Ya ada, biasanya sehari itu Rp 50 ribu satu rit. Sekarang menunggu kan harus menguarkan uang lebih, bisa lah sekitar Rp 150 ribu. Belum setor buat istri," ucap Hendrayana.
Seminggu Tak Pulang ke Rumah-Dikomplain Warga
Lain lagi cerita Riki Supriatna. Pria 20 tahun yang juga berprofesi sebagai sopir truk sampah dari Rancaekek, Kota Bandung itu sudah seminggu tak pulang ke rumah.
Hal itu karena saban malam ia menginap di truk sampah yang dikemudikannya imbas tersendatnya pembuangan ke TPA Sarimukti.
"Sudah seminggu kayak gini, jadi ya nggak sempat pulang. Soalnya nginep di sini terus, belum pulang lagi. Nah sekarang kan terus tidur di sini tiap malam. Jadi capek sebetulnya seperti ini kurang istirahat juga," ucap Riki.
Sementara saat ini, kata Riki, ia harus meluangkan waktu lebih lama karena terjadi antrean panjang truk di jalur menuju TPA Sarimukti yang membuat akses masuk harus bergiliran.
"Kalau sekarang ya hampir 24 jam. Kemarin saya datang jam 9 malam, sampai sore aja belum tentu bisa terbuang. Antreannya panjang, mungkin 3 kilometer sampai. Jadi sepertinya baru bisa pulang lagi ke Bandung itu nanti malam," kata Riki.
Perjalanan pulang ke Bandung tepatnya daerah Rancaekek, bukan berarti akhir jam kerja bagi Riki. Sebab ia harus langsung mengangkut sampah yang sudah menunggu giliran.
"Ya sekarang pulang misalnya, nah itu saya bukan pulang ke rumah buat istirahat. Tapi ke pangkalan, ambil uang bensin terus angkut sampah lagi. Berangkat siang atau sore ke Sarimukti, antre lagi. Sudah seminggu gini," kata Riki.
Apesnya lagi, Riki yang sudah berkorban banyak justru kerap menerima komplain dari warga karena terlambat mengangkut sampah sehingga menumpuk.
"Ya warga nggak tahu kondisinya seperti ini, sering juga dimarahin sama warga soalnya sampah telat diangkut. Padahal kan ya karena memang di sini sedang ada masalah," kata Riki.
(dir/dir)