Barisan truk bermuatan sampah terparkir di jalan utama menuju TPA Sarimukti, di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Dari pagi hingga pagi lagi, berulang sejak dua pekan belakangan.
Di sepanjang jalan itu juga berderet rumah-rumah warga, yang berdiri jauh sebelum TPA Sarimukti beroperasi pada 2006 silam. Sontak, penghuninya bakal disergap bau busuk dan anyir dari sampah yang diangkut.
Tak jarang, tetesan air lindi dari bak truk sampah menetes di permukaan jalan. Seketika, lalat hijau mengerubungi sumber bau dan penyakit bagi warga setempat yang kebanyakan pasrah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya mau bagaimana lagi, sudah sering seperti ini. Tapi sekarang yang paling parah. Hampir dua mingguan," kata Tatang Setiawan (36), warga Kampung Ciburahol saat berbincang dengan detikJabar.
Rumahnya berjarak sekitar empat kilometer dari gerbang TPA Sarimukti. Biasanya ia tak terlalu terganggu dengan truk sampah yang melintas. Namun lain cerita kalau sampai parkir di pinggir jalan.
"Kalau hanya lewat ya sudah biasa, wajar karena melintas. Kalau parkir kan beda lagi, baunya pasti kecium. Belum airnya netes, lalat, rujit kalau bahasa sundanya," tutur Tatang.
Ia berharap segera ada solusi agar kondisi serupa tak berulang. Sebab warga setempat juga mengalami dampak dari terhambatnya pembuangan sampah di TPA Sarimukti.
"Ya harus ada solusinya, soalnya kan kita juga kena dampaknya. Meskipun ya ada kompensasi tiap bulannya," tutur Tatang.
Hal serupa dirasakan Nurwanti (34). Wanita yang menjalankan usaha warung di depan rumahnya itu juga terdampak bau dari banyaknya truk sampah yang menunggu giliran masuk ke TPA Sarimukti.
"Ya mau bagaimana lagi, ditahan-tahan saja soalnya kondisinya lagi ada gangguan kan. Baju jemur di luar juga ya sebetulnya jadi bau lagi," kata Nurwanti.
Namun di sisi lain, ia bersyukur warungnya jadi laku karena sopir truk yang menunggu giliran banyak yang beristirahat sambil ngopi dan jajan alakadarnya.
"Ya ada rezekinya juga, banyak yang ngopi, beli rokok, jajan. Ya dinikmati saja," tutur Nurwanti.
Keluhan warga soal bau sampah sebetulnya didengar sopir truk. Namun mereka juga tak bisa berbuat banyak sebab antrean menuju TPA Sarimukti cukup panjang sehingga ada beberapa truk yang terpaksa parkir di dekat permukiman warga.
"Ya banyak yang protes kebauan, tapi ya gimana lagi. Antreannya panjang, kalau cari yang jauh dari rumah warga juga kan sudah banyak truk yang parkir. Jadi mau ga mau terdampak," kata Hendrayana, salah satu sopir truk sampah.
(dir/dir)