Semerbak Aroma Kopi di Tengah Tumpukan Sampah TPA Sarimukti

Semerbak Aroma Kopi di Tengah Tumpukan Sampah TPA Sarimukti

Whisnu Pradana - detikJabar
Selasa, 17 Jan 2023 16:15 WIB
Sebuah gubuk berfungsi sebagai warung berdiri di tengah-tengah gunungan sampah TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Sebuah gubuk berfungsi sebagai warung berdiri di tengah-tengah gunungan sampah TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB). (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Bandung -

Halimah (60) tengah berbaring di atas kasur kumal di dalam gubuk yang dibangun alakadarnya. Sementara anaknya Siti (35) melayani beberapa pembeli.

Keduanya pasangan anak dan ibu yang berjualan kopi dan makanan ringan di tengah-tengah gunungan sampah area TPA Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Demi memenuhi kebutuhan hidupnya, ia menyingkirkan rasa malu dan jijik. Memilih menjajakan kebutuhan primer bagi para pemulung yang mengadu nasib mengais pundi-pundi dari tumpukan sampah yang baru dibongkar dari truk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sambil berbincang dengan Halimah, detikJabar bakal sedikit menggambarkan kondisi lapak dagangan itu. Dua buah kursi panjang dipajang di bagian depan bagi para pelanggannya. Kemudian ada deretan minuman seduh digantung dengan tali rapia. Di meja ada roti, gorengan, dan camilan lain.

Di bagian dalamnya, lantai lapak terbuat dari tumpukan sampah. Tak ditambah alas lagi. Kasur tempat Halimah berbaring hanya terbalut sprei yang sudah lusuh menyeruak bau tak sedap.

ADVERTISEMENT

Belum lagi, ribuan lalat yang hinggap di semua bagian lapak. Pun pada badan orang-orang yang sedang beristirahat sambil menikmati kopi dan rokok. Sekali digebrak, ribuan lalat itu akan langsung terbang tak karuan.

"Saya sudah 16 tahun jualan di sini (area TPA Sarimukti). Sekarang anak yang melanjutkan," kata Halimah kepada detikJabar, Selasa (17/1/2023).

Sebuah gubuk berfungsi sebagai warung berdiri di tengah-tengah gunungan sampah TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB).Sebuah gubuk berfungsi sebagai warung berdiri di tengah-tengah gunungan sampah TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Foto: Whisnu Pradana/detikJabar

Alasannya satu, ia butuh uang untuk keperluan keluarganya. Ia sebetulnya punya warung juga di rumahnya yang berjarak beberapa kilometer dari TPA Sarimukti, namun keuntungan yang didapat jauh dari harapan.

"Kalau di sini, sedikitnya itu sehari bisa dapat Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu. Ya banyak yang jajannya pemulung juga. Kopi, rokok, gorengan," kata Halimah.

Awalnya Halimah berjualan di depan gerbang TPA Sarimukti. Sampai akhirnya ia pindah posisi berkali-kali. Dan lapak dagangnya sekarang pun boleh jadi bakal bergeser lagi jika ekskavator hendak menggaruk sampah yang menjadi alas tempatnya berpijak

"Ada mungkin 20 kali pindah, soalnya kan selalu gerak alat beratnya. Jadi kalau harus geser ya geser. Tapi kan perlu uang, soalnya sekali geser terus bangun lagi warung itu modalnya Rp 500 ribuan," kata Halimah.

Ternyata Halimah tak sendiri. Di pinggir warungnya berderet warung lain yang menjajakan produk serupa seperti yang dijualnya. Namun ia sudah punya langganan sendiri.

"Banyak di sini, di sebelah saya juga kan warung semua. Tapi ya namanya rezeki kan sudah diatur, ya Alhamdulillah setiap hari ada yang datang. Banyak yang sudah langganan juga," tutur Halimah.

Sebuah gubuk berfungsi sebagai warung berdiri di tengah-tengah gunungan sampah TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB).Sebuah gubuk berfungsi sebagai warung berdiri di tengah-tengah gunungan sampah TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Foto: Whisnu Pradana/detikJabar

Halimah tak tahu sampai kapan ia akan berkutat sebagai pedagang di lingkungan yang amat jauh dari kata sehat dan layak. Seperti warung-warung pada umumnya di lingkungan permukiman masyarakat.

"Belum tahu, ya jalani aja terus sekarang. Kebetulan kan anak yang lanjutin, kalau saya jarang di sini juga, ini juga sudah sakit-sakitan," kata Halimah.

Warung milik Halimah dan Siti buka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB dan tutup pada pukul 15.00 WIB.

Ipin (42), salah satu pemulung yang menjadi langganan di warung Halimah. Ia menyebut sangat terbantu dengan keberadaan warung itu karena tak perlu jauh-jauh mencari warung jika hendak ngopi sambil istirahat sejenak.

"Ya sudah biasa, jadi nggak kerasa bau atau jijik lagi. Setiap hari istirahat di sini. Ngopi sama ngerokok, kalau makan beli di tempat lain," kata Ipin.

(yum/yum)


Hide Ads