Sejarah Pembangunan Jalur Tengkorak 'Cae' di Masa Hindia Belanda

Lorong Waktu

Sejarah Pembangunan Jalur Tengkorak 'Cae' di Masa Hindia Belanda

Nur Azis - detikJabar
Selasa, 17 Jan 2023 07:00 WIB
Tanjakan Cae di Sumedang
Tanjakan Cae di Sumedang (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Ruas Jalan Sumedang - Malangbong menjadi akses penghubung lainnya dari Kabupaten Sumedang menuju Kabupaten Garut. Ruas jalan ini menjadi akses bagi warga Sumedang yang berada di sekitaran wilayah Wado, Darmaraja, Cisitu, Jatinunggal dan Jatigede.

Di sana terdapat sebuah tanjakan yang cukup terkenal, yakni tanjakan Cae. Tanjakan ini berada diantara Dusun Pasirhurip dan Dusun Cilangkap, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang. Panjang lintasannya kurang lebih sekitar 1,5 kilometer.

Tanjakan Cae dikenal lantaran rawan kecelakaan dan sudah banyak menelan korban jiwa. Terakhir dan cukup menyedot perhatian publik adalah kecelakaan yang menimpa bus rombongan peziarah dari Cisalak, Kabupaten Subang pada 2021. Dalam insiden itu, 30 Orang dikabarkan meninggal dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam Surat Kabar Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlanssch-Indie yang terbit Senin, 6 Juli 1931 disebutkan bahwa jalur Sumedang - Malangbong menjadi jalur baru.

Jalur tersebut diresmikan pada hari Sabtu (diperkirakan tanggal 4 Juli 1931 lantaran di sana tidak dicantumkan tanggal peresmiannya. Penulis sendiri merunut pada surat kabar tersebut, sebab diterbitkan pada Senin, 6 Juli 1931).

ADVERTISEMENT

Pembangunan ruas Jalan Sumedang - Malangbong sendiri dilatar belakangi karena adanya bencana banjir hingga memutus sebuah jembatan yang ada di wilayah Wado.

"Ini menyangkut pemulihan jalur yang terputus karena beberapa bulan lalu jembatan kayu di Wado jebol disapu banjir," tulis Het Nieuws Van den Dag Voor Nederlanssch-Indie sebagaimana dilansir detikJabar dalam situs delpher.nl.

Peresmian ruas jalan itu dihadiri oleh Residen Priangan Tengah Kuneman bersama istrinya, Asisten Residen Sumedang Ruys, Bupati Sumedang, Pegawai Negeri Sipil dari Dinas Umum Sumedang bersama istrinya, Kepala Rimbawan Majalengka, Insinyur Provinsi Pengelolaan Air di Bandung Ir. J. A. H. Ondang, seorang direktur yang bekerja di Kabupaten Sumedang, pak Ardja dan banyak lainnya.

Akses jalur baru Sumedang - Malangbong yang dibangun saat itu panjangnya 12,8 kilometer dengan menghabiskan anggaran sebesar 20.000 gulden.

"Perlu disebutkan bahwa jalan baru tersebut memiliki panjang total 12,8 kilometer dan seluruh pekerjaan menelan biaya sekitar f20.000," tulis Het Nieuws van den Dag voor Nederlanssch Indie.

Sementara itu, Warga sekaligus sesepuh Desa Cilangkap, Suhada alias Pak Gede (77) menuturkan, pada sekitar tahun 1967, kondisi ruas jalan Sumedang - Malangbong atau tepatnya di kawasan tanjakan Cae masih berupa bebatuan dengan aspal seadanya.

Saat itu, lanjut dia, kendaraan angkutan umum yang dikenal warga pun baru ada satu unit berupa kendaraan jenis oplet miliknya pak Sunarya. Kendaraan itu biasa mengangkut warga dari Wado (Sumedang) menuju Malangbong (Garut) atau pun sebalikya.

"Mobil oplet itu jurusan Wado - Malangbong dan hanya satu kali pulang pergi, kebanyakan kalau warga sini itu jalan kalau mau ke Malangbong," ujar Suhada.

Suhada mengatakan, saat itu di sekitar tanjakan Cae sendiri baru berdiri tiga unit rumah.

"Tahun sekitaran itu, di sini baru ada tiga rumah, rumah mertua saya dan dua rumah warga lainnya, saya masih ingat karena saat itu saya baru nikah dan tinggalnya di rumah mertua saya," tuturnya.

Petugas mengevakuasi korban kecelakaan bus PO Sri Padma Kencana di Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (10/3/2021). Hingga Rabu (10/3) malam, petugas kepolisian mencatat sebanyak 22 orang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut dan 28 korban selamat dilarikan ke RSUD Kabupaten Sumedang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.Petugas mengevakuasi korban kecelakaan bus PO Sri Padma Kencana di Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (10/3/2021). Hingga Rabu (10/3) malam, petugas kepolisian mencatat sebanyak 22 orang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut dan 28 korban selamat dilarikan ke RSUD Kabupaten Sumedang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa. Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI

Tidak terbayangkan, bagaimana suasana jalur Sumedang - Malangbong tepatnya di tanjakan Cae saat itu.

"Dulumah babi hutan dan gerombolan monyet masih ada dan suka melintas di sekitar tanjakan Cae ini," ujarnya.

Tanjakan Cae, sambung dia, dulunya bernama Ciasem yang mengacu pada sebuah aliran air yang berada di sekitaran tanjakan. Namanya berganti menjadi tanjakan Cae lantaran saat itu banyak ditumbuhi tanaman cae di sepanjang jalannya.(Red: tanamam jenis polong yang memiliki biji bernama saga atau cae).

"Dulunya mah kalau warga mau ke arah tanjakan itu tuh bilangnya mau ke Ciasem, sebab di sana ada sumber aliran air yang suka dimanfaatkan oleh warga," papar Suhada.

Suhada memaparkan, tanjakan Cae sangat rawan akan kecelakaan. Sebab, tanjakan Cae memiliki medan tanjakan atau turunan cukup panjang ditambah kelokan-kelokan dan lebar jalannya yang terhitung sempit.

"Kalau dibanding dengan tanjakan Gentong kayanya lebih panjang tanjakan Cae, terus di sini itu jalannya sempit dan berkelok," tuturnya.

Saking banyaknya, Suhada sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa jumlah kecelakaan yang pernah terjadi di tanjakan Cae.

"Kalau yang masih saya ingat itu kecelakaan yang menimpa truk pembawa udang, truk pembawa gas, terus sebuah bus dan terakhir yang banyak memakan korban itu sebuah bus juga, wah tidak kehitung kalau dengan yang lainnya," ungkapnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads