Tanjakan Cae merupakan bagian dari ruas Jalan Sumedang-Malangbong. Jalur ini menjadi akses jalan lainnya dari Kabupaten Sumedang menuju Kabupaten Garut.
Tanjakan Cae dikenal lantaran rawan kecelakaan dan sudah banyak menelan korban jiwa. Terakhir dan cukup menyedot perhatian publik adalah kecelakaan yang menimpa bus rombongan peziarah dari Cisalak, Kabupaten Subang pada 2021. Dalam insiden itu, 30 Orang dikabarkan meninggal dunia.
Ruas jalan ini berada diantara Dusun Pasirhurip dan Dusun Cilangkap, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang. Panjang lintasannya kurang lebih sekitar 1,5 kilometer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ruas jalan tanjakan Cae memang dikenal memiliki medan tanjakan atau turunan yang menantang alias tanpa jeda.
![]() |
Medan tanjakan akan dihadapi setiap pengemudi yang datang dari arah Darmaraja menuju Malangbong. Sementara medan turunan akan dihadapi pengemudi dari arah sebaliknya. Para pengemudi dituntut ekstra hati-hati serta kondisi tubuh dan kendaraannya harus dalam keadaan prima.
Suhada alias Pak Gede (77), warga sekaligus sesepuh Desa Cilangkap menuturkan, tanjakan Cae dulunya bernama Ciasem yang mengacu pada sebuah aliran air yang berada di sekitaran tanjakan.
"Dulunya mah kalau warga mau ke arah tanjakan itu tuh bilangnya mau ke Ciasem, sebab di sana ada sumber aliran air yang suka dimanfaatkan oleh warga," ujar Suhada kepada detikJabar, Jumat (13/1/2023).
![]() |
Namanya berganti menjadi tanjakan Cae, lanjut Suhada, lantaran di sepanjang jalannya saat itu banyak ditumbuhi tanaman cae (Red: tanamam jenis polong yang memiliki biji bernama saga atau cae).
"Cae itu tanaman sejenis tanaman rambat yang bijinya memiliki warna merah dan hitam seperti wayang, daunnya suka dimanfaatkan jadi obat herbal," ujarnya.
Menurut Suhada, tanjakan Cae sangat rawan akan kecelakaan. Sebab memiliki medan tanjakan atau turunan cukup panjang ditambah kelokan-kelokan dan lebar jalannya yang terhitung sempit.
"Kalau dibanding dengan tanjakan Gentong kayanya lebih panjang tanjakan Cae, terus di sini itu jalannya sempit dan berkelok," tuturnya.
Saking banyaknya, Suhada sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa jumlah kecelakaan yang pernah terjadi di tanjakan Cae.
"Kalau yang masih saya ingat itu kecelakaan yang menimpa truk pembawa udang, truk pembawa gas, terus sebuah bus dan terakhir yang banyak memakan korban itu sebuah bus juga, wah tidak kehitung kalau dengan yang lainnya," paparnya.
![]() |
Ia pun mengimbau kepada setiap pengemudi yang melintasi tanjakan Cae agar ekstra hati-hati serta menggunakan gigi rendah pada kendaraannya.
"Pokoknya kalau lewat tanjakan Cae harus gunakan gigi rendah, apalagi bagi pengemudi yang belum pernah melintas ke sini," ucapnya.
Salah seorang warga Sumedang, Bobby menceritakan pengalamannya saat melintasi tanjakan Cae.
"Saya waktu itu pakai motor matic dan pernah berhenti di tengah tanjakan lantaran tidak kuat menembus tanjakannya," ujarnya.
Ia pun menyarankan kepada para pengemudi baik roda dua atau roda empat agar benar-benar memperhatikan kondisi kendaraannya.
"Terutama yang harus diperhatikan soal pengereman sih. Kalau yang belum tahu medan, tanjakan Cae itu seperi biasa, tapi kalau sudah dicoba melintasinya, baru terasa bagaimana tanjakan Cae itu," tuturnya.
(yum/yum)