Fenomena bermain lato-lato tengah digandrungi anak-anak di seluruh pelosok Tanah Air meski keberadaanya banyak mendapat keluhan karena suaranya yang dianggap bising. Meski begitu, lato-lato disebut bisa melepaskan ketergantungan anak bermain gadget.
Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Hery Wibowo mengatakan, secara umum, lato-lato menjadi momentum terbaik bagi orang tua untuk melepaskan anak dari ketergantungan bermain gadget.
Menurutnya dengan anak bermain lato-lato, mereka bisa sedikit terhindar dari potensi negatif yang kemungkinan dialami ketika terlalu banyak bermain gadget itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini juga momentum terbaik untuk membangun 'growth mindset' dengan penekanan bahwa proses itu penting, tidak ada sukses instan, dan berlatih akan membawa hasil," kata Hery dalam keterangan resminya, Selasa (10/1/2023).
Ia menjelaskan, ada delapan fakta sosiologis terkait permainan lato-lato. Yang pertama, lato-lato dianggap mampu membangun interaksi sosial karena akan lebih menyenangkan untuk dimainkan bersama-sama.
"Artinya, inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi 'alien' karena suka menyendiri dan generasi rebahan. Tanpa terasa kohesi sosial antar anak-anak mulai terbangun," ungkapnya.
Kedua, lato-lato mampu membangun identitas sosial dan konsep diri yang positif karena secara tidak langsung, anak yang memainkan lato-lato akan berusaha menunjukkan kemahirannya di depan teman sebayanya.
Ketiga, lato-lato juga bisa menjadi magnet 'Fear of Missing Out' atau FOMO. Hery menjelaskan, FOMO menjadi salah satu karakteristik kuat dari generasi Z yang lahir dari tahun 1995-2012. Sebab, mereka selalu takut dikatakan ketinggalan zaman sehingga mereka berlomba mengejar apapun yang sedang viral.
Selanjutnya, lato-lato mampu mewadahi karakter generasi Z sebagai generasi do it yourself. Permainan ini dengan segala kesederhanaannya mampu mendorong pemainnya melakukan ragam inovasi saat memainkan dan menikmatinya.
Fakta kelima, memainkan lato-lato juga bisa jadi alternatif membangun hubungan sosial yang menyenangkan bagi orang tua dan anak.
"Momentum memainkan lato-lati dapat menjadi waktu berkualitas bagi anak dan orang tua, sekaligus wahana pemahaman nilai-nilai positif dan sarana orang tua mengapresiasi kelebihan sang anak, sehingga anak makin merasa berharga. Ini penting bagi tumbuh kembangnya kelak," paparnya.
Keenam, potensi panjat sosial (pansos). Di era media sosial sekarang, popularitas di dunia sosial seakan menjadi level atau status sosial alternatif di luar dunia nyata. Kemahiran memainkan lato-lato dapat menjadi wahana pansos bagi pemainnya.
Dua fakta terakhir adalah bermain lato-lato dapat menjadi stress healing bagi sang anak untuk rehat sejenak dan mengisi energi untuk kembali siap melakukan aktivitas sekolah dan mampu memberikan pengaruh ekonomi positif bagi penjual dan produsennya.
Namun Herry juga mengungkapkan jika orang tua tetap harus bisa mengawasi anak-anak meski hanya bermain lato-lato. Sebab ayunan bola yang kuat dan tidak terkontrol berpotensi membentur ke bagian tubuh pemainnya, seperti mata, hidung, ataupun kepala.
"Sehingga diperlukan fokus dan konsentrasi penuh dalam memainkan, agar tidak membahayakan pemain maupun teman-teman disekitarnya," ujarnya.
(bba/yum)