Orang tua korban keracunan chiki ngebul (Chikbul) di Desa Ciawang Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya mengatakan anaknya sempat muntah darah.
"Pas muntah pertama ada darahnya, tapi sedikit," kata Wiwin (30) ibu kandung IR bocah 13 tahun siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (9/1/2022).
Dia mengisahkan pada Selasa (15/11/2022), anaknya IR pergi ke sekolah. Seperti biasa dia juga menyempatkan sarapan. "Sarapan dulu biasa," kata Wiwin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah sampai ke sekolah IR jajan chikbul yang dijajakan pedagang di halaman sekolahnya. Tak lama setelah menyantap chikbul itu, IR langsung mengalami gejala keracunan.
"Nah setelah itu anak saya langsung merasa puyeng, perutnya begah dan mual. Dia juga muntah, nah pas muntah di sekolah itu ada darahnya," kata Wiwin.
Wiwin mengaku melihat kejadian itu karena dia sedang mengantarkan adik IR yang sekolah di tempat yang sama. "Saya kebetulan ada di sekolah, mengantarkan adiknya," kata Wiwin.
Setelah mengalami keracunan, IR langsung dibawa ke Puskesmas. Dia terus mengalami gejala keracunan, tak berhenti muntah-muntah.
"Oleh gurunya dibawa ke Puskesmas. Semuanya ada 7 yang keracunan. Tapi hanya anak saya yang dirujuk ke rumah sakit karena takut ada apa-apa," kata Wiwin.
IR kemudian mendapatkan perawatan beberapa jam di rumah sakit SMC, sebelum akhirnya diperbolehkan pulang. "Di rumah sakitnya sebentar. Masuk rumah sakit jam 11 siang, jam 4 sore sudah pulang lagi," kata Wiwin.
Wiwin juga mengatakan yang membuat gejala yang dialami IR lebih parah ketimbang korban lainnya, diakibatkan IR meminum cairan yang ada di chikbul tersebut. "Jadi anak saya mah diminum sama airnya. Katanya ada airnya, nah oleh anak saya diminum," kata Wiwin.
Sejak kejadian itu Wiwin mengatakan anaknya kapok untuk jajan makanan itu. "Sekarang kapok dia," kata Wiwin.
Sebelumnya Kepala Loka Pengawas Obat dan Makanan (POM) Tasikmalaya, Jajat Setia Permana mengatakan pihaknya sudah memberikan edukasi kepada pedagang agar pemberian zat nitrogen pada makanan tersebut tidak berlebihan, serta tidak meninggalkan sisa ketika disajikan kepada konsumen.
"Yang membahayakan itu ketika cairan nitrogennya masih tersisa di makanan. Jangan berlebihan, kemudian jenis nitrogen yang digunakan juga harusnya nitrogen yang food grade," kata Jajat.
Dia mengatakan jika cairan itu sampai tertelan maka bisa mengakibatkan keracunan, gejalanya mual, muntah dan gejala lain yang lebih serius. "Nitrogen itu sifatnya kan dingin sekali, sehingga dia bisa merusak jaringan tubuh juga," kata Jajat.
Jajat menambahkan pihaknya sedang menantikan arahan lebih lanjut dari BPOM terkait penanganan peredaran Chikbul ini.
"Sedang disusun panduannya. Tapi imbauan kami sementara kepada para pedagang agar bisa memastikan tidak ada sisa cairan nitrogen di makanan itu, dan yang tak kalah penting nitrogennya harus food grade," kata Jajat.
Jika kedua poin penting itu tak bisa dipenuhi, Jajat mengimbau pedagang untuk tidak berjualan karena bisa membahayakan. Untuk memastikan cairan nitrogennya sudah tidak ada, Jajat mengatakan paling tidak cairan nitrogen itu sudah tak terlihat.
"Untuk memeriksanya ya minimal cairannya sudah tak terlihat. Tapi kalau ragu, ya mendingan dihindari. Kami juga sedang menunggu panduan dari pusat," kata Jajat.
(yum/yum)