Cianjur dalam Kepungan Sesar Aktif

Cianjur dalam Kepungan Sesar Aktif

Ikbal Selamet - detikJabar
Jumat, 06 Jan 2023 13:56 WIB
Sesar Cugenang.
Sesar Cugenang. (Foto: Ikbal Selamet/detikJabar)
Cianjur -

Badan Geologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan terdapat tujuh sesar aktif yang teridentifikasi mengelilingi Cianjur dan sekitarnya. Bahkan diduga ada klaster atau segmen patahan lain yang belum teridentifikasi.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono juga mengungkapkan pihaknya berhasil mengidentifikasi sesar atau patahan yang menjadi penyebab gempa berkekuatan 5,6 Magnitudo di Kabupaten Cianjur, yakni Sesar Cugenang.

Namun selain itu, ada sesar lain yang sudah teridentifikasi dan melintasi Kota Santri. Di antaranya Sesar Cimandiri, Sesar Nyalindung-Cibeber, dan Sesar Rajamandala. Bahkan ada juga sesar lain yang berdekatan dengan Cianjur yakni, Sesar Cirata, Sesar Padalarang Bagian Barat, dan Sesar Lembang.

"Ini (wilayah Cianjur) adalah zona sesar yang sangat komplek dan sangat aktif. Ada banyak sekali sesar yang mengelilingi Cianjur. Sebagian besar merupakan bagian atau sistem dari Sesar Cimandiri, termasuk Sesar Cugenang juga diduga merupakan bagian dari Sesar Cimandiri," ujar Daryono, Jumat (6/1/2023).

Dia menjelaskan berdasarkan data aktivitas kegempaan BMKG sejak tahun 2008, sesar tersebut sangat aktif. Bahkan dia menyebut jika pada zona sesar tersebut, terutama pada zona Sesar Cimandiri juga ditemukan aktivitas kegempaan yang kemungkinan berasaldari patahan yang belum terpetakan atau teridentifikasi.

"Dalam peta kegempaan milik BMKG, disebutkan masih banyak klaster-klaster sesar aktif yang belum terpetakan. Termasuk Sesar Cugenang pun baru teridentifikasi," kata Daryono.

Menurut dia, sesar yang belum terpetakan harus menjadi kewaspadaan semua pihak. Sebab dikhawatirkan akan terjadi aktivitas kegempaan yang merusak.

"Hal itu patut diwaspadai. Kita tidak boleh fokus pada sesar yang sudah terpetakan. Seperti Sesar Cugenang ini, sebelumnya kan belum terpetakan, tapi kita tahu kalau di daerah tersebut itu sesarnya aktif. Ini jadi pembelajaran bagi daerah lain, kalau memang di situ ada kluster kegempaan yang aktif dan belum terpetakan, waspada suatu saat akan terjadi gempa yang merusak," jelas Daryono.

Selain itu, Daryono menekankan kepada pemerintah daerah untuk melihat aspek histori atau sejarah kegempaan di wilayahnya. Menurutnya, jika suatu daerah pernah terjadi gempa hebat di masa lampau, besar kemungkinan hal itu akan terjadi kembali di kemudian hari.

"Seperti di Cugenang, pada 1879 dan 1897 pernah terjadi gempa, tapi tidak teridentifikasi sesarnya. Barulah di 2022 terulang lagi gempa. Segmen Rajamandala juga pernah sebabkan gempa pada 1901. Setelah diidentifikasi kembali oleh BMKG, ternyata titik gempanya sangat banyak," ungkap Daryono.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawari mengatakan, meskipun Cianjur dikelilingi banyak sesar, dirinya mengimbau agar masyarakat tidak panik. Serta meminta pemerintah daerah agar mulai menata kembali tata ruang sesuai dengan rekomendasi BMKG.

"Yang penting jangan panik, mulailah mengatur kembali tata ruang, rumah-rumah dibangun dengan spesifikasi tahan gempa, kalau belum mampu membangun rumah tahan gempa bisa konsultasi ke Dinas PUPR. Jadi ga usah panik," kata dia.

Dwikorita mengatakan pencegahan atau mitigasi bencana gempa bumi yang dilakukan BMKG adalah dengan mengidentifikasi kluster patahan dan mensosialisasikan hasil kajian ke pemerintah. Namun hasil idenntifikasi itu tak akan disampaikan detail kepada publik.

"Kita tidak akan membuka ke publik agar tidak menimbulkan kecemasan, tapi kami akan sampaikan ke pemerintah daerah supaya menjadi pertimbangan dalam penataan ruang ke depannya," ujar dia.

(mso/orb)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT