Seekor lutung berwarna hitam menghebohkan warga Cibatu Legok, Desa Nagrak, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Hewan yang dilindungi itu terlihat berjalan dan sesekali diam di atap rumah warga sebelum lompat ke rumah lainnya.
Rahmat (53) warga setempat mengatakan, lutung itu sempat bertengger di rumahnya pada siang hari. Dia melihat, lutung itu berukuran besar, berekor panjang dan berwarna hitam yang mengkilap.
"Bersih, buntutnya sekitar semeteran. Lama nangkring (diam) di sini, anak-anak di sini diam sambil ngusir-ngusirin. Lutungnya kalem, cuman takut juga kalau ditangkap," kata Rahmat kepada detikJabar, Senin (19/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Ketua RT 22 Cibatu Legok, Dedi Hidayat, menduga jika lutung itu bukan peliharaan warga. Itu karena terlihat dari tingkahnya yang masih liar dan tidak menggunakan tanda-tanda hewan peliharaan seperti kalung dan lainnya.
"Diduga bukan peliharaan soalnya nggak jinak, jadi masih liar lah. Kalau peliharaan pasti jinak. Anak-anak sama warga pada takut, khawatirnya kalau nggak diusir takutnya nyelakain," ujar Dedi.
"Nggak ada kalung rantai, nggak ada ciri-ciri. Kalau ada yang punya pasti ada rantai atau apa. Soalnya itu kan bukan monyet kecil, itu gede. Warna hitam, lutung, kalau monyet ukurannya kecil warnanya abu-abu," sambungnya.
Lutung yang terlihat, menurutnya hanya ada satu ekor. Sebelum turun ke atap rumah warga, seekor lutung itu terlihat lompat-lompat di pohon.
"Warga lapor ada monyet ke pohon, pas kita cek ternyata (bukan monyet) tapi lutung," ujarnya.
Dia mengaku warga merasa resah dengan keberadaan hewan tersebut. Terlebih, warga pun mendengar jika hewan itu sebelumnya turun di kampung lain pada hari yang berbeda.
"Jangan sampai ada lagi, soalnya itu kan hewan yang disebut jinak nggak juga. Khawatir ganas. Resahnya takut masuk ke dalam rumah, kalau masuk kan lebih bahaya," tutupnya.
Diduga Berasal dari Situ Gunung
Peneliti primata sekaligus pegiat lingkungan Sukabumi Hijau Dede Rizal menanggapi soal fenomena seekor lutung yang turun ke pemukiman warga di Cibatu Legok, Desa Nagrak, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Menurutnya ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan lutung tersebut turun ke pemukiman.
"Kalau menurut saya, satu ekor (lutung turun ke pemukiman) kemungkinan dia tersesat. Kedua dia bisa saja faktor human, misalnya ditangkap dan dilepas," kata Dede kepada detikJabar, Senin (19/12/2022).
Dari potongan gambar dan video yang dilihatnya, hewan yang dilindungi itu termasuk dalam kategori jenis Lutung Jawa. Dia juga menduga, habitat lutung itu ada di Situ Gunung, terlihat dari jarak di mana ia ditemukan.
"Situ Gunung, itu kan salah satu habitatnya atau di hutan-hutan juga ada. Kemungkinan lokasinya di Cisaat, Situ Gunung (hutan atau danau)," sambungnya.
Pria yang meneliti primata lutung jawa ini juga memperkirakan usia lutung itu sekitar tujuh tahunan dengan jenis kelamin jantan. Turunnya lutung ke pemukiman, kata dia, sangat berbahaya dan dapat berpotensi menimbulkan konflik dengan manusia.
"Bahaya banget. Pertama dapat menyebabkan konflik dengan masyarakat. Bisa saja nanti ditembak atau dibunuh, sedangkan lutung dilindungi UU. Ini kan lutung itu sifatnya berkoloni, kalo solitaire ini bahaya dia bisa tersesat, apalagi kalau ada ternyata itu dipelihara," ungkapnya.
Dia menyarankan jika warga menemukan lutung atau hewan liar serupa untuk segera melaporkan hal tersebut ke petugas yang berwenang.
"Segera laporkan untuk mengevakuasi lutung ini. Kalau sudah masuk (pemukiman) dan konflik bukan hanya tanggung jawab nasional tapi masyarakat. Fungsi lutung di habitatnya sangat besar," imbaunya.
Dihubungi terpisah, Kepala Resort Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Situ Gunung Asep Suganda menuturkan, jarak antara habitat lutung di Situ Gunung dengan pemukiman warga cukup jauh. Sehingga, ia memperkirakan jika hewan itu merupakan peliharaan warga.
"Radiusnya terlalu jauh 11 kilometer dari Situ Gunung, mungkin itu peliharaan yang lepas. Terus sudah masuk ranah wilayah kerja Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA karena di luar kawasan (TNGGP Situ Gunung)," ucapnya.
Dia membantah jika lutung yang turun ke pemukiman berasal dari Situ Gunung. Sejauh ini, kata dia, lutung yang berasal dari TNGGP terpantau berada di delapan titik dengan kawanannya.
"Kemungkinan bukan (dari Situ Gunung) atau akibat perdagangan satwa liar. Tidak begitu yakin juga," jelas Asep.
"Ada delapan titik pengamatan, rata-rata (jumlahnya) 10 sampai 20 ekor pada tiap titik pengamatan. Sejauh ini masih sering lihat ada lutung yang gendong bayinya," sambungnya.
(yum/orb)