Minat kerja menjadi buruh migran banyak digandrungi warga Kampung Kaputren, Desa Putri Dalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Sejak tahun 90-an, 60 persen warga setempat menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri.
Ragam keunikan pun banyak ditemukan di 'Kampung TKW' itu. Selain mayoritas penduduknya bekerja di luar negeri dan fasih berbahasa asing, sejumlah eks TKW di kampung tersebut juga mendirikan Sekolah Bahasa.
Lurah kampung Kaputren, Yahya mengatakan, Sekolah Bahasa yang baru berjalan sekitar tiga bulan itu digelar setiap Sabtu-Minggu sore. Bahasa Inggris, Mandarin dan Arab adalah tiga mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Bahasa itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kaputren ini kan sudah mulai banyak dikunjungi tamu-tamu dari luar (turis asing). Biar ketika ada tamu dari luar kita sambut dengan ramah, anak-anak biar bisa menyapa minimal sedikit welcome," kata Yahya kepada detikJabar.
"Makanya kita di sini, saya dengan komunitas saya ini dibikin setiap sore itu Sekolah Bahasa. Baru tiga bahasa sekarang, setiap jam empat sore atau habis ashar, di sini (balai budaya Kaputren) anak-anak kumpul," sambungnya.
![]() |
Disampaikan Yahya, guru yang mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak di kampungnya itu adalah para eks TKW. Nurhasanah adalah guru Bahasa Inggris, Nunung Nuraini guru Bahasa Mandarin dan Uun guru Bahasa Arab. Mereka mengajar dengan sukarela.
"Belajar bahasa itu enggak dipungut biaya karena hanya berbagi ilmu saja," ujar Yahya.
Sekolah Bahasa itu didirikan sebagai wujud aksi nyata untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak di kampung tersebut dalam menguasai bahasa asing. Sehingga, keistimewaan kampung ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis asing.
"Jikalau nanti bisa bahasa dan ada minat bekerja ke luar negeri, ya minimalnya sudah punya bekal bahasa. Maksudnya kami bukan menyuruh anak-anak untuk bekerja ke luar negeri tapi minimal ketika ada tamu dari luar, bisa berbahasa asing gitu," jelas dia.
(orb/yum)