Naik ke puncak cerobong api (flare stack) tak banyak disanggupi pegawai pada umumnya. Meski tantangan cukup berat, namun Asep (41) tetap beranikan diri menyalakan api pada cerobong perusahaan setinggi 50 meter itu.
Selama tiga tahun belakangan, Asep Dede Slamet, bekerja di PT. Pertamina EP Zona 7 Field Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Salah satu tugasnya, ia menyalakan api pada flare stack atau yang dikenal alat pembakar vertikal.
Dengan memakai perlengkapan keselamatan lengkap, warga Kabupaten Kuningan itu menaiki cerobong setinggi 50 meter. Hanya berbekal kayu panjang, ia menyalakan api untuk pembakaran gas sisa yang tidak terpakai atau kontrol tampungan produksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini, kami memerlukan waktu 3 - 5 jam untuk menyalakan flare ketika mati. Karena naik ketinggian 50 meter cukup lama," kata karyawan PT Pertamina EP, Asep Dede Slamet, Rabu (7/12/2022).
Selain itu, resiko lain yang dihadapi Asep ketika bertugas pun cukup banyak. Mulai dari terpeleset hingga terkena petir juga menjadi satu kekhawatiran.
"Resiko cukup banyak, terpeleset kan tinggi bisa jatuh. Atau kalau hujan bisa kena petir," kata Asep.
Berkaca dari resiko dan efesiensi bekerja. Tim produksi onshore PT Pertamina EP Zona 7 Field Jatibarang, menemukan inovasi dalam proses penyalaan api pada flare stack. Alat yang disebut SI ASEP ini bisa digunakan melalui sensor temperatur maupun berbasis aplikasi pada smartphone.
System Ignition Automatic Spark to Energize Pilot Flare atau SI ASEP, dikembangkan tim selama satu tahun belakangan. Aplikasi ini bisa mengaktifkan igniter yang berada di ujung cerobong api (flare stack). Sehingga, api bisa dinyalakan dan dipadamkan lebih mudah dan cepat hanya lewat handphone atau fitur manual di sekitar kantor.
![]() |
"Kita membuat SI ASEP ini dia tuh bisa menyalakan flare stack otomatis, dengan temperatur yang kita set. Selain otomatis, kita juga bisa melakukan manual dengan smartphone atau aplikasi SI ASEP dan menggunakan tombol di control room," kata anggota tim maintenance, Ahmad As'ari (32).
Awalnya, tim hanya melihat pada sistem pemantik pada kompor gas. Kemudian, mereka simulasikan cara kerja kompor gas ke pipa sederhana untuk menyalakan api. Sehingga, proses tersebut bisa dilakukan di tiga titik flare stack distrik Cemara Indramayu.
"Saat ini sudah terpasang tiga, nanti kita pasang di 14 titik lokasi. Untuk Haki sistem ini sedang proses verifikasi," kata Ahmad.
Dengan sistem ini, proses penyalaan api pada flare stack lebih aman. Bahkan, waktu pengerjaan cukup efesien hanya lewat genggaman tangan.
(yum/yum)