Trans Metro Bandung (TMB) saat ini belum menjadi angkutan umum andalan di Kota Bandung. Jumlah penumpangnya pun alami pasang surut. Selain itu, beberapa penumpang mengeluhkan fasilitas pendukung, seperti shelter atau halte.
Sekda Kota Bandung Ema Sumarna mengaku telah memiliki rencana untuk mengubah wajah transportasi publik atau angkutan umum. Ema menginstruksikan agar Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung berkoordinasi dengan DPRD.
"Iya, Dishub harus lakukan ekspos dulu ke Komisi C DPRD. Ini perlu ada koordinasi. Nah, kalau pendekatan dari anggarannya belum bisa direalisasikan, karena kita harus ekspos atau informasikan dulu ke Komisi C, rilnya bagaimana," kata Ema kepada detikJabar, Rabu (23/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ema mengaku Pemkot Bandung telah memiliki rencana mentransformasi transportasi publik. Ia mendorong agar ada kesepakatan dan kesepahaman dengan berbagai pihak.
"Kita ingin melakukan proses perbaikan mengenai masalah transportasi umum di Kota Bandung. Ya, publik transport ini paling logis untuk dikembangkan," kata Ema.
"Ke depan, mungkin contohnya nanti tidak ada angkot. Semua angkutan terkonversi dengan publik transport yang lebih representatif. Jadi, mereka (angkot) jadi feeder-feeder," ucap Ema menambahkan.
Ema mengatakan pihaknya bakal melakukan mengubah rute angkutan umum. Tujuan lainnya, dikatakan Ema, pengembangan angkutan umum bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mengurai kemacetan.
"Kalau sekarang kita dorong orang tidak gunakan kendaraan pribadi, tapi angkutan alternatifnya belum siap. Pasti mereka tidak mau," kata Ema.
Sekadar diketahui, mengutip data dari Open Data Bandung, dalam empat tahun terakhir, jumlah penumpang terbanyak terjadi pada 2018. Pada tahun 2018 total penumpang TMB mencapai 1.054.397 orang. Kemudian, pada 2019 penumpang TMB mengalami penurunan. Pda 2019, penumpang TMB hanya 873.572 orang.
Tahun 2020, jumlah penumpang TMB benar-benar anjlok. Jumlah penumpang TMB hanya menyentuh 360.749 orang. Jauh daripada tahun-tahun sebelumnya, atau menurun hingga 70 persenan lebih.
Tahun lalu, jumlah penumpang TMB juga tak begitu bagus. Masih sama dengan 2020, yakni 337.261. Lebih besar dibandingkan tahun 2020. Penumpang TMB saat ini mengalami penurunan.
Kondektur TMB koridor dua Wiko P mengamini kondisi angkutan umum pelat merah itu masih belum dilirik masyarakat. "Ya kurang stabil. Belum normal intinya mah, masih naik turun kalau jumlah penumpang mah," kata Wiko.
Lebih lanjut, Wiko menjelaskan tentang penumpang TMB. Untuk koridor dua, Wiko mengaku setiap dalam satu rit atau pulang pergi, jumlah penumpang hanya mencapai 30 sampai 45 orang. Bahkan,
"Kalau lagi jelek mah tidak sampai segitu. Kalau pagi, sekali tarikan bisa 30 orangan. Sore juga sama. Tapi, jam enam ke atas itu sudah sepi lagi," ucap Wiko.
Wiko mengatakan TMB sejatinya angkutan perkotaan yang murah. Tarif untuk umum hanya Rp 4 ribu. Sedangkan untuk pelajar Rp 2 ribu.
Lihat juga video 'Luhut: Progres Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sudah Capai 80,40%':