Di sudut kontrakan yang tak senyaman rumah kampung halamannya, seorang janda yang menghidupi anak tiga dengan bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK).
Sebut saja Mawar (nama samaran), perempuan berusia kepala tiga yang berasal dari Tasikmalaya ini mengadu nasib dengan menjajakan tubuhnya di Pangandaran. Ia tinggal di salah satu kontrakan berukuran 3Γ3 meter di Pangandaran.
Mawar bekerja di tempat hiburan sebagai pemandu lagu sekaligus PSK. Ia menggantungkan hidupnya menjadi kupu-kupu malam di Pangandaran sejak beberapa tahun lalu usai bercerai dengan suaminya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dihubungi detikJabar, Mawar berkenan menjawab pertanyaan yang diajukan. Ia bercerita soal kehidupan kelamnya.
"Beberapa tahun lalu saya bercerai karena kondisi ekonomi keluarga, ketiga anak disimpan di rumah nenek di Tasikmalaya," kata Mawar saat dihubungi, Senin (7/11/2022).
Ia mengungkap betapa sulitnya mencari uang. Belum lagi mental yang terganggu karena ingat ada anak yang harus dinafkahi.
"Menjadi PSK memang bukan sebuah pilihan yang tepat, tetapi jika hal itu menjadi pundi uang, apa boleh buat," ucapnya.
Saat ditanya soal rencana penutupan 33 tempat hiburan malam di Pangandaran tempat Mawar bekerja oleh Pemkab Pangandaran, kebingungan menyergap pikirannya. Ia belum terpikir akan bekerja menjadi apa.
"Bingung aja saya harus kerja apa nantinya," ujarnya.
Menurutnya isu penutupan tempat hiburan malam di Pangandaran sudah terdengar sejak tiga hari lalu. Banyak PSK yang sudah tahu kabar itu.
"Ya dengar malam minggu kemarin dari temen-temen PSK bahwa bakalan ada penutupan," ucapnya.
Sementara itu, dalam Sekali menjadi 'selimut hidup', Mawar biasa dibayar Rp 300-500 ribu. Kemudian jika hanya menjadi pemandu lagu, ia hanya mendapatkan Rp 100-200 ribu. "Ya belum kalau dari hasil saweran," ungkapnya.
Penghasilan yang didapatkan itu selanjutnya akan diberikan kepada anaknya di Tasikmalaya. Sebagian lagi dipakai untuk dirinya menyambung hidup di Pangandaran.
Ia pun berharap mendapatkan perhatian pemerintah. Sebab ia sudah kebingungan mencari penghasilan jika tempat hiburan malam benar-benar ditutup. "Kalau misalkan ada perhatian dari pihak pemerintah, kita harus kerja apa?" ucapnya.
(orb/orb)