Alasan Siswa Cianjur Belajar di SD Berdinding Bilik

Alasan Siswa Cianjur Belajar di SD Berdinding Bilik

Ikbal Selamet - detikJabar
Selasa, 01 Nov 2022 14:26 WIB
Aktivitas belajar si SD Cianjur
Aktivitas sekolah bilik di Cianjur (Foto: Ikbal Selamet/detikJabar)
Cianjur -

Puluhan siswa SDN Bunijaya Kecamatan Cikadu, Cianjur belajar di ruang kelas yang berbilik bambu dan beralaskan tanah. Pihak sekolah terpaksa menggunakan bangunan itu agar aktivitas pembelajaran tetap berjalan dan sekolah tidak digabung.

Dikhawatirkan penggabungan sekolah akan memicu penurunan partisipasi belajar, karena siswa harus belajar ke sekolah induk yang sekolahnya berjarak beberapa kilometer dari tempat tinggalnya.

Supiandi, guru SDN Bunijaya, mengaku prihatin dengan kondisi siswa yang harus belajar di ruang kelas yang hanya terbuat dari bilik bambu tanpa lantai, mengingat bangunan sekolah yang lama sudah rusak akibat bencana dan selalu dihantui bencana susulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sedih lihat siswa belajar dalam kondisi seperti ini. Tapi bagaimana lagi, bangunan yang lama tidak memungkinkan untuk dipakai, dan berpotensi juga terkena longsor atau pergerakan tanah ketika musim hujan. Jadi terpaksa belajar di sini," kata dia, Selasa (1/11/2022).

Dia mengatakan selain berpotensi terkena bencana susulan, para orangtua siswa juga enggan menyekolahkan anaknya jika masih menggunakan bangunan lama.

ADVERTISEMENT

"Lokasinya jauh, kalau jalan kaki sekitar 45 menit. Ditambah lagi potensi bencana. Jadi jumlah siswa setiap tahunnya itu menurun ketika kita menggunakan bangunan yang lama. Kalau di lokasi sekarang, meskipun seadanya, jumlah siswa masih stabil bahkan cenderung naik," kata dia.

Menurutnya jika jumlah siswa terus menurun, maka sekolah tersebut akan digabung dengan sekolah lainnya. Dikhawatirkan penggabungan tersebut akan memperburuk tingkat partisipasi sekolah.

Pasalnya para orangtua lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya jika sekolah tersebut dimerger.

"Makanya kami pertahankan sekolah ini karena takut akan banyak anak putus sekolah. Orangtua siswa sempat mengungkapkan ke kami jika mereka memilih anaknya tidak bersekolah, karena kalau dimerger atau digabung, lokasi sekolahnya jauh, lebih jauh dari bangunan yang lama. Jalan kaki sekitar 1,5 jam," ucap dia.

"Daripada banyak anak putus sekolah, kami pertahankan sekolah ini meski kondisi belajarnya memprihatinkan," kata dia menambahkan.

Kepala SDN Bunijaya Ade Subagja, mengatakan pihaknya sudah melaporkan kondisi sekolah tersebut ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disparpora). Dia pun mengusulkan agar segera ada bantuan untuk pembangunan ruang kelas baru.

Dia berharap pemerintah memprioritaskan pembangunan ruang kelas untuk puluhan siswa di SDN Bunijaya Cikadu.

"Sudah diinformasikan ke dinas, kita juga ajukan agar ada pembangunan ruang kelas, supaya siswa bisa belajar dengan layak. Saya harap jadi prioritas di tahun depan, sehingga siswa bisa belajar dengan nyaman," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, nasib para siswa di SDN Bunijaya Kecamatan Cikadu, Cianjur, Jawa Barat begitu memprihatinkan. Puluhan siswa ini terpaksa belajar di bilik bambu beralaskan tanah. Bahkan bangunan itu lebih mirip kandang ternak dibandingkan ruang kelas untuk belajar.

Bangunan sekolah tersebut terdiri dari satu bangunan utuh dengan panjang sekitar 12 meter dan lebar 3,5 meter. Bangunan itu disekat menjadi empat ruang kelas yang digunakan siswa kelas 3, 4, 5 dan 6 untuk belajar.

Dinding bangunan kelas itu terbuat dari bilik bambu yang penuh rongga, sehingga membuat siswa kerap kali diselimuti hawa dingin kala hujan deras mengguyur.

Alasnya pun masih berupa tanah merah, tidak ada keramik. Akibatnya di kala hujan, air seringkali masuk dan membuat siswa belajar dengan kondisi berlumpur.

Tak hanya itu, sekolah ini juga tak punya toilet, sehingga para siswa terpaksa menahan diri jika ingin buang air kecil atau besar. Namun beberapa siswa yang tidak bisa menahannya, biasanya pergi ke rumah warga di sekitar sekolah untuk numpang ke toilet.

Meski begitu, para siswa tetap antusias belajar. Raut wajah penuh senyum terpancar dari para siswa, kendati harus menimba ilmu dengan kondisi yang memprihatinkan.




(dir/dir)


Hide Ads