M Aldifi Tegarajasa sibuk melayani permintaan foto dari penggemarnya. Aktor cilik yang akrab disapa Tegar itu mondar-mandir memenuhi permintaan foto di area bioskop Ciwalk Kota Bandung.
"Tegar, Tegar, foto dulu ya, Nak," kata salah seorang ibu yang membawa anaknya. Tegar pun mengamini permintaan ibu itu. Dari arah belakang, Tegar pun muncul memenuhi permintaan foto bersama. Tegar juga mengamini permintaannya.
Wajah Tegar terekam oleh para pengunjung bioskop dan para tamu yang ingin menonton film 'Tegar'. Film karya Anggi Frisca bersama Aksa Bumi Langit dan Sinema yang menginspirasi masyarakat Indonesia. Tegar merupakan pemeran utamanya.
Permintaan foto bersama itu terus berlanjut hingga pemutaran film pun dimulai. Tegar tampak begitu ceria. Tegar menggunakan sepeda kecil untuk membantunya bergerak. Ya, Tegar adalah anak berkebutuhan khusus. Ia tunadaksa. Tegar kini menjelma sebagai aktor cilik yang menginspirasi keluarga di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tegar juga menyabet gelar sebagai aktor terbaik pada ajang BaliMakarya Film Festival Internasional (BFFI) yang digelar di Bali, Jumat (21/10). Film ini juga yang membuka ajang internasional itu.
"Senang bisa dapat aktor terbaik. Senang banget tidak menyangka," kata Tegar sembari tersenyum saat ditemui detikJabar di Ciwalk Bandung, Jumat (28/10/2022).
Sembari berbincang dengan detikJabar, Tegar tetap meladeni permintaan para pengunjung. Ia tersenyum. Tegar menginginkan film yang dimainkannya itu bisa menginspirasi teman-teman disabilitas. "Teman-teman disabilitas tetap sangat ya. Jangan menyerah," ucap Tegar dibarengi senyum yang mengembang.
Tegar memang murah senyum. Keceriaannya mampu menghipnotis orang-orang yang dijumpai. Tanpa bicara pun, Tegar seakan memberi semangat hidup pada siapapun. "Saya tidak pernah akting. Jadi, latihan akting dulu selama setahun sebelum main film. Senang banget," kata Tegar.
Anugerah Tuhan
Tegar adalah anak dari pasangan suami istri asal Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Achmad Afrie Sandi dan Pipit. Kedua orang tua Tegar mengaku bangga dengan semangat hidup anaknya. Afrie dan Pipit juga sepakat tak akan mengumbar kesedihan atau tangisan di hadapan Tegar, baik saat Tegar masih balita hingga dewasa. Afrie dan Pipit mengatakan Tegar adalah anugerah.
"Nggak pernah kami sembunyikan Tegar di hadapan umum, sampai dia bisa diajak jalan pun. Saya ingin mematahkan stigma orang-orang. Jadi, punya anak seperti Tegar (disabilitas) itu anugerah," kata Afrie dengan mata berkaca-kaca.
Afrie dan Pipit sudah mengetahui kondisi Tegar saat masih dalam kandungan, tepatnya saat usia kandungan enam bulan. Afrie dan Pipit pun saling menguatkan. Rasa cinta, sayang, hingga kepercayaan diri yang kuat pun ditularkan ke Tegar. "Awal memang sedih. Tapi, buat apa sedih. Saya tidak ingin kesedihan orang tua berpengaruh terhadap mental anak. Saya dan suami sudah memutuskan dan berjanji agar tak menangis di depan Tegar," ucap Pipit, ibu dari Tegar.
"Tapi, akhir-akhir ini saya menangis di depan Tegar. Ya, tangisan bahagia melihat apa yang dicapai Tegar. Alhamdulillah," ucap Pipit sembari tersenyum.
Pipit menceritakan anak yang sudah berusia 11 tahun itu punya semangat yang tinggi. Mentalnya pun kuat. Bahkan, Pipit tak pernah mendengar Tegar mengeluh tentang keterbatasan yang dimilikinya. "Saya bersyukur banget, di balik kekurangan pasti ada kelebihan. Pesan untuk semuanya, mari rangkul anak-anak disabilitas. Seperti Tegar, yang mendapatkan kesempatan untuk berkarya.
Pipit juga mengucapkan terima kasih pada Anggi Frisca dan Aksa Bumi Langit yang mempercayai Tegar. Ia berharap ada Tegar-Tegar yang lain bermunculan sebagai inspirasi masyarakat.
Saling Membutuhkan
Film Tegar berkisah tentang anak disabilitas yang hanya memiliki satu kaki dan tak punya tangan, yakni Tegar. Film ini menjadi oase para penikmat film yang rindu dengan sentuhan humanis di dalam layar.
Dikutip dari detikNews, Anggi Frisca mengaku ingin mempersuasikan perubahan pada setiap penonton mengenai pola pikir tentang orang-orang berkebutuhan khusus atau disabilitas untuk berinklusi. Hal yang terkadang kita lupa karena menganggap diri sendiri lebih 'sempurna' sehingga merasa lebih mengetahui apa yang terbaik untuk orang lain.
"Pesan di film ini adalah mengingatkan setiap manusia yang sifatnya saling membutuhkan. Mereka yang berkebutuhan khusus memiliki sesuatu kelebihan yang kami tidak miliki dan sebagai manusia. Jangan meninggalkan mereka di belakang dan menjadikan mereka sesuatu yang tidak dianggap karena setiap manusia punya kesamaan hidup," tuturnya.
Singkatnya, film ini menceritakan Tegar tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya. Ayah Tegar pergi meninggalkannya dan Ibunya (Sha In Febriyanti) sibuk bekerja. Satu-satunya orang yang mencintai Tegar sepenuh hati hanya Kakek (Deddy Mizwar). Suatu ketika Tegar diharuskan menjalani kehidupan seorang diri ketika Ibu harus bekerja di luar kota dan perawatnya (Joanita Chatarine) meninggalkan meninggalkannya.
Film produksi Aksa Bumi Langit dan Citra Sinema ini tidak terbatas menghadirkan kehidupan para difabel, namun juga turut melibatkan teman-teman difabel secara langsung dalam proses produksinya. Tegar digarap dengan prinsip SDG, yakni Leave no one behind , yang bermakna berjalan bersama teman-teman penyandang disabilitas tanpa meninggalkan mereka di tengah kondisi yang dimiliki.
(sud/iqk)