Kisah Ehan Warga yang Lolos Longsor Maut di Sukabumi

Kisah Ehan Warga yang Lolos Longsor Maut di Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 25 Okt 2022 16:00 WIB
Warga yang lolos dari longsor maut di Sukabumi
Warga yang lolos dari longsor maut di Sukabumi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar)
Sukabumi -

Kejadian tebing longsor di Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi menyisakan kenangan pahit bagi korban. Diketahui, longsor itu diduga disebabkan oleh rembesan air kolam pemancingan yang menyebabkan tebing ambruk.

Setidaknya ada dua rumah rusak berat, tiga orang selamat dan tiga orang meninggal dunia. Ehan (37) salah satu korban selamat menyampaikan kesaksiannya saat peristiwa itu berlangsung.

Ehan mengatakan, pada Senin (24/10) kemarin sekira pukul 15.00 WIB dirinya sedang memasak di dapur. Di tengah rumah ada dua anaknya yang sedang bermain, salah satunya merupakan batita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak berselang lama, tiba-tiba dia mendengar suara gemuruh dan anaknya menjerit dari ruang tengah. Selain itu, mereka merasakan getaran rumah seperti gempa disertai dengan tanah yang mulai masuk ke depan rumahnya.

"Kemarin jam 15.00 WIB lagi masak di dapur, di atas ada suara ngaguruh, murangkalih ngajerit lagi ngasih susu botolan ke adeknya, nanya 'mama eta naon?' Pas di ruang tengah sudah ngageleger, rumah sudah goyang," kata Ehan kepada detikJabar, Selasa (25/10/2022).

ADVERTISEMENT

Tiang pondasi yang ada di depan rumahnya menjadi perantara penyelamat Ehan bersama dua buah hatinya. Tiang itulah yang mengganjal tubuh mereka dari dalam rumah yang setengah berbentuk bilik itu.

"Untung ada tiang di depan, kalau tidak ada saya tidak tahu lagi," ujarnya.

Ehan dan keluarganya kemudian berhasil keluar setelah warga menjebol bilik rumahnya itu. Selain Ehan, kakak iparnya, Maman (60) dan Mumu (57) serta Bayu (7) turut menjadi korban tewas dalam peristiwa tersebut.

Suami Ehan sekaligus adik Maman, Enjang (57) menuturkan, saat kejadian tersebut dirinya sedang berada di kebun. Air matanya tak kuasa tumpah saat melihat rumah biliknya itu rata dengan tanah dan kakaknya meninggal dunia.

"Kakak saya orang baik tapi kenapa meninggal dengan cara seperti ini," lirihnya.

Diusianya yang tak lagi muda, Enjang harus kehilangan satu-satunya tempat tinggal untuk istri dan kedua anaknya. Dia meminta bantuan dari pemerintah untuk memberikan solusi atas kondisinya tersebut.

"Saya nggak punya modal, nggak punya uang dan nggak tahu bakal begini kejadiannya. Tolong pemerintah yang budiman," sambung Enjang.

Dia menuturkan, kejadian tebing longsor di kampungnya itu tak biasa. Pasalnya, saat kejadian tidak ada hujan dan cuaca sedang panas. Pihaknya menduga, longsor tersebut disebabkan oleh rembesan air kolam ke tebing tanah.

"Ada warga bikin kolam, baru dibikin langsung diisi air, sekitar 1 minggu. Pokoknya sudah selesai langsung diisi air, sore diisi air, paginya air itu surut. Logikanya surut itu kemana? Pasti ke dalam tanah," ucapnya.

"Saya bilang bahaya, harusnya ini dikeringkan dulu 1-2 bulan. Kalau kolam biasanya sudah air dibuang, dikeringkan dulu terus ditaplok (ditambal tanah). Dia bilangnya nggak usah, diinjak-injak saja," sambungnya.

Surutnya air kolam itu disebutnya sebagai pertanda dari Tuhan. Namun, saran dari warga pun tak didengar oleh pemilik kolam.

"Itu sudah dikasih tahu sama Tuhan yang Maha Kuasa, disurutkan air. Terus orang-orang ngasih tahu tapi nggak digugu," tuturnya.

Dia mengaku akan membuat laporan ke pihak berwajib. Dia menuntut agar pemilik kolam bertanggung jawab.

"Ya mau laporan, kan demi keamanan. Secepatnya. Ya saya gitu aja, saudara saya yang meninggal, saya perlu bikin rumah, (longsor) bukan karena ada kesalahan dari saya atau keluarga saya," ucapnya.




(dir/dir)


Hide Ads