TPU Sirnaraga Bandung yang Menyimpan Banyak Cerita

TPU Sirnaraga Bandung yang Menyimpan Banyak Cerita

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Minggu, 23 Okt 2022 08:30 WIB
TPU Sirnaraga Bandung.
TPU Sirnaraga Bandung (Foto: Anindyadevi Aurelia/detikJabar).
Bandung -

Siang itu matahari terasa begitu menyengat di Kota Bandung. Nampak beberapa warga berjalan melewati daerah TPU Sirnaraga usai menjalankan salat dzuhur dari masjid terdekat. Beberapa pedagang nampak sibuk menyiapkan dagangannya bagi pembeli yang biasanya adalah warga sekitar.

TPU Sirnaraga seolah bukanlah tempat dengan momok yang mengerikan. TPU ini dianggap layaknya hunian biasa, bersanding dengan perkampungan sekitar. Wara-wiri keranda yang kosong sejalur dengan wara-wiri jalan yang digunakan oleh warga melintas dengan kendaraannya.

Anak-anak kampung bermain, bercanda gurau, di sela-sela ribuan nisan. Bahkan jika ada peziarah yang datang, mereka bisa menunjukkan dimana letaknya. Cukup sebutkan nama pada nisan dan ciri-cirinya. Mereka hapal di luar kepala, sebab itu lah tempat bermainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bicara soal TPU yang satu ini, memang memiliki banyak keunikan. Tak hanya karena lahannya yang luas, namun juga menjadi TPU muslim tertua di kota Bandung. Sebagai TPU tertua, tentu terdapat banyak cerita di dalamnya.

Namanya Sirnaraga, yang berarti badan yang hilang atau lenyap. Memiliki arti yang begitu dalam mengenai tempat peristirahatan kita untuk yang terakhir kalinya.

ADVERTISEMENT

"Makam ini kurang lebih luasnya 12 hektar dengan 40.000 jumlah total kuburan. Makam Sirnaraga sebetulnya tidak diketahui berdiri sejak kapan, diperkirakan sekitar tahun 1920 namun ada makam yang sudah dikuburkan sejak tahun 1602. Makam tersebut disebut makam mbah Panjang," cerita Mirdha Airina mengawali sesi walking tour Cerita Bandung.

1. Terdapat Makam Tertua, Makam Mbah Panjang

Sebagai seorang story teller, ia berusaha menjelaskan sejarah dari berbagai literasi yang tak banyak orang tahu, termasuk cerita yang tersimpan dalam makam Sirnaraga. Makam mbah Panjang ini merupakan dua makam dengan nisan yang bertuliskan nama laki-laki dan perempuan khas kerajaan zaman dahulu.

Tertulis nama Ki Ageng Stio Penditoratu dan Putri Dewi Lintang Trengganu, diduga keduanya adalah pasutri dari kerajaan Mataram yang diperkirakan pada sekitar tahun 1602 tersebut sedang menguasai tanah Parahyangan. Disebut makam mbah Panjang karena makam tersebut memiliki panjang kurang lebih dua meter.

Namun sayangnya sudah tak diketahui lagi letak persis makam mbah Panjang sebab terlalu banyak kuburan yang ada di makam Sirnaraga. Mayoritas makam pun berbeda-beda kondisinya, ada yang masih terawat dengan baik namun tak jarang nama pada nisannya tak terbaca lagi.

2. Terdapat Makam Penjahat Kelas Kakap

Kemudian Sirnaraga ini juga menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi penjahat kelas kakap yang sangat terkenal di Bandung pada tahun 70-an. Ialah Mat Peci, sosok penjahat yang selalu menggunakan peci.

Pria yang berasal dari Leuwigoong, Garut ini sebetulnya adalah anak keturunan orang berada. Namun ia telah menentukan pilihan hidupnya menjadi seorang kriminal. Ia tak punya belas kasih pada mereka yang tak bersalah.

"Mat Peci jatuh cinta dengan seorang gadis bernama Euis, namun kisah mereka terhalang restu orang tua. Dengan penuh kekecewaan ia merantau ke Bandung menjadi calo tiket bioskop di Cicadas (bioskop Liberty). Ia bergaul dengan para preman dan terpengaruh profesi itu," ungkap Mirdha.

Pemilik nama asli Mamat bin Sutomo ini mulai terbiasa melakukan kejahatan. Ia tak segan membunuh seorang sersan untuk merampas pistolnya. Pistol tersebut kemudian digunakan untuk merampok. Sebut lah salah satu kasusnya yang paling terkenal ialah merampok dan menembak mati pasutri di sekitar jalan Paskal.

"Sampai akhirnya, cinta yang membuatnya berhasil diringkus polisi. Suatu hari buronan polisi ini bertemu dengan Euis yang menjadi pelacur di Cicadas. Mat Peci membawa Euis bertamasya ke Danau Cangkuang, kemudian menyeberang danau menuju Candi Cangkuang," kisah Mirdha.

"Ada mitos bahwa sepasang kekasih yang menyeberang ke Candi Cangkuang bisa putus. Mitos itu terjadi pada mereka, karena sepulangnya dari situ Mat Peci sudah diikuti polisi. Sampai akhirnya Mat Peci mengalami luka di bagian kaki, yang menyebabkan ia tak lagi kebal senjata saat sampai di Stasiun Leuwigoong," lanjutnya.

Mat Peci mengantongi ilmu kebal, inilah yang membuatnya konon begitu sulit ditangkap meski dihujani peluru oleh polisi. Namun, satu titik kelemahannya yakni bagian kaki. Saat kakinya sudah terluka, maka kekebalannya pun hilang. Mat Peci berhasil ditembak mati oleh polisi, di stasiun kampung halamannya.

Karena kesohoran cerita ini, kisah Mat Peci pernah diangkat menjadi film dengan judul 'Mat Peci (Pembunuh Berdarah Dingin)' yang diproduksi PT Diah Pitaloka Film. Pemeran utamanya adalah aktor kawakan Rachmat Hidayat, dengan pemeran wanita Doris Callebaute.

"Jenazah Mat Peci setelah diproses oleh polisi pun dimakamkan di Sirnaraga. Namun karena khawatir tak akan diterima warga karena sejarah kelamnya semasa hidup, Mat Peci dikuburkan dengan nama samaran yakni Dharma Utama," kata Mirdha.

Hingga kini, makam Dharma Utama alias Mat Peci juga sulit ditemukan. Penjaga kubur setempat pun mengaku kalau mungkin kuburan tersebut sudah tak terurus lagi mengingat tak ada lagi yang ingin berziarah ke makamnya.

Namun katanya, dahulu makam Dharma Utama ramai diziarahi para preman. Diduga preman-preman berziarah untuk melakukan permohonan agar memperoleh ilmu kebal.

3. Makam Orang Tersohor

TPU Sirnaraga Bandung.TPU Sirnaraga Bandung. Foto: Anindyadevi Aurellia

Beberapa nama-nama kondang juga disemayamkan di Sirnaraga. Sebut saja Poppy Yusfidawati atau nama panggungnya Poppy Mercury. Ia merupakan penyanyi Bandung seangkatan penyanyi Nike Ardila yang terkenal di era 90-an.

Kemudian ada makam Soeratin, pendiri dan ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Ada pula Gatot Mangkoepradja, tokoh yang berpengaruh bagi Indonesia. Ia adalah anggota Partai Nasional Indonesia, sahabat Ir Soekarno, bahkan keduanya pernah mendekam di penjara yang sama yakni Penjara Banceuy, Bandung.

"Tokoh yang lahir di Sumedang ini juga menjadi kawan yang mendampingi Soekarno menghadapi Sidang Landraad di Cicendo, tepatnya di Gedung Indonesia Menggugat," kisah Mirdha.

4. Nisan dengan Beragam Ciri

TPU Sirnaraga Bandung.TPU Sirnaraga Bandung. Foto: Anindyadevi Aurellia

Jika diperhatikan, makam di Sirnaraga memang punya keunikan yakni pada bentuknya. Tak sekedar oval dengan warna dasar putih dan tinta nama warna hitam. Ada nisan yang terbuat dari batu dan di cat warna biru, ada pula nisan yang berbentuk bengkok ke dalam.

Beberapa nisan juga ditemukan berupa batu berwarna kuning dengan ukiran, atau kuburan yang terawat dan berpagar. Masih banyak lagi ciri-ciri yang sulit disebutkan. Sebagian besar makam menunjukkan budaya masing-masing jenazah, misalnya budaya Jawa akan ada aksara jawa pada nisannya, atau makam kristen dengan lambang salib.

5. Sempat Ambrol diterjang Hujan Badai

Dari 40.000 kuburan, 25 makam terdampak longsor di tanggul Sungai Cilimus sementara tujuh di antaranya harus dipindahkan. Hujan deras yang mengguyur wilayah Cicendo mengakibatkan banjir di kawasan TPU Sirnaraga, sehingga mengakibatkan tanggul Sungai Cilimus longsor.

Tujuh makam yang harus dipindahkan mengalami ambrol akibat tanggul atau dinding pembatas sungai longsor. Tujuh makam ini berada persis di samping sungai.

Sebanyak tujuh makam ambrol di Bandung, Jawa Barat. Ketujuh makam tersebut diketahui rusak akibat longsor di TPU Sirnaraga, Kota Bandung.Sebanyak tujuh makam ambrol di Bandung, Jawa Barat. Ketujuh makam tersebut diketahui rusak akibat longsor di TPU Sirnaraga, Kota Bandung. Foto: Sudirman Wamad

Peristiwa ini terjadi belum lama, yakni pada awal bulan Oktober 2022. Bahkan videonya sempat viral di media sosial, sebab sejumlah kain kafan di makam yang ambrol itu muncul ke permukaan. Kondisi kain kafan yang terlihat itu persis berada di pinggir Sungai Cilimus, tepat di bagian tanggul yang longsor.

Mungkin masih banyak kisah yang belum terkuak, banyak juga nama yang tak lagi dikenal bahkan tak diketahui dimana letaknya bersemayam. Tapi kisah-kisah yang berakhir di makam Sirnaraga akan selalu jadi pembelajaran menarik.

Perjalanan ke makam muslim tertua ini tak hanya menceritakan sejarah, namun juga menyadarkan diri. Bahwa nanti akan ada masanya kita semua akan bertemu di tempat peristirahatan yang sama.

Halaman 2 dari 2
(aau/mso)


Hide Ads