Bagi banyak orang, masjid adalah tempat yang nyaman untuk beribadah, menenangkan hati, dan mencari kedamaian. Namun, kenyamanan itu kini mulai memudar di salah satu masjid besar di Bandung.
Atap yang bocor, langit-langit yang rusak, dan tetesan air hujan yang masuk ke dalam ruang utama membuat suasana ibadah menjadi kurang khusyuk. Kondisi itu diketahui telah terjadi selama bertahun-tahun.
Ketika hujan turun, lantai masjid dipenuhi genangan air akibat kebocoran yang terjadi di berbagai titik. Tak hanya di selasar, bahkan ruang utama masjid pun tak luput dari tetesan air hujan yang merembes dari atap yang telah lama rusak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menghadapi keterbatasan dana untuk merenovasi, pihak Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) terpaksa mengambil langkah darurat. Plastik-plastik lebar dipasang di beberapa bagian langit-langit untuk menampung air yang menetes.
Sementara itu, ember-ember berjejer di beberapa sudut untuk menampung air yang jatuh agar tidak menggenangi lantai dan mengganggu jemaah.
![]() |
"Sebelumnya yang di ruang utama itu ada kebocoran di atas, airnya itu netes ke lantai yang paling dasar yang dipakai salat. Itu cukup mengganggu, tapi karyawan kita itu memang punya inisiatif jadi pakai plastik seperti itu," ucap Ketua DKM Masjid Raya Bandung Ayi Hasyim Ashari, Selasa (4/3/2025).
"Itu memang saya akui kurang estetik, tapi itu efektif dan alhamdulillah jadi yang di bawah itu tidak terlalu banyak titik bocornya," sambungnya.
Ayi menerangkan, kebocoran pada atas masjid sudah terjadi sejak tahun 2020 lalu. Meski awalnya sedikit, namun lama kelamaan kebocoran semakin bertambah banyak.
"Makin ke sini memang titik bocor itu makin besar terutama kalau hujannya besar dan lama seperti itu. Kita bisa merasakan tetesan airnya cukup banyak ke lantai ini," ungkapnya.
![]() |
Menurut Ayi, kebocoran terjadi karena usia konstruksi masjid yang sudah tua. Seharusnya, dilakukan renovasi khususnya pada bagian atap masjid agar kebocoran bisa diatasi.
"Karena kalau saya lihat sendiri ke atas itu memang ada area yang betonnya itu memang sudah rapuh seperti itu dan kita tidak berani untuk (otak-atik) ya karena tentu beresiko," ujarnya.
Di tengah kondisi tersebut, semangat beribadah masyarakat tetap tinggi. Ayi memastikan pengurus masjid lebih memprioritaskan kenyamanan dan keselamatan jemaah sembari menunggu proses renovasi dilakukan.
Namun, tanpa perbaikan segera, kerusakan bisa semakin parah dan mengancam keselamatan bangunan serta kenyamanan jamaah. Karena itu, Ayi berharap pemerintah bisa segera membantu proses renovasi masjid yang jadi ikon Kota Bandung tersebut.
"Kalau untuk renovasi kebocoran yang seluruhnya itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Tentu ini perlu bantuan dari pemerintah, dari masyarakat luas seperti itu. Jadi antisipasi kami adalah yang terpenting saat ini kami adalah bagaimana jemaah itu selamat," katanya.
(orb/orb)