Banjir terus terjadi di beberapa kawasan Kota Bandung. DRPD pun menyoroti soal efektivitas kolam retensi dalam menanggulangi banjir.
Wakil Ketua DPRD Kota Bandung Achmad Nugraha menilai penanganan banjir sejatinya bukan bertumpu pada kolam retensi. Achmad Nugraha memiliki pandangan lain tentang persoalan banjir di Bandung.
"Sebenarnya, belokan aliran sungai itu menjadi persoalan. Satu hal yang paling penting adalah membangun (fasilitas penanganan banjir) itu harusnya pada pointer yang menjadi persoalan," kata Achmad Nugraha saat berbincang dengan detikJabar di DPRD Kota Bandung, Kamis (20/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Achmad menjelaskan kolam retensi itu hanya untuk mencegah dampak banjir. Namun, lanjut dia, kolam retensi juga bisa jadi tak efektif ketika hujan besar dan debit air yang deras.
"Hujan besar air tumpah ke luar. Apakah terhambat (aliran air) karena kolam retensi, belum tentu. Pada saat air mengalir kemudian terjadi di belokan sungai yang 90 derajat, akhirnya meluap. Nah, ini yang tidak diperhitungkan," tutur politikus PDI Perjuangan itu.
Lebih lanjut, Achmad menerangkan kondisi banjir akibat belokan aliran sungai itu terjadi di beberapa tempat, seperti Astanaanyar, Pagarsih dan lainnya. Achmad juga menyoroti persoalan banjir di Gedebage. Ia mendorong agar Pemkot Bandung berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan instansi terkait lainnya.
Sekadar diketahui, sejak 2017 hingga 2022, Pemkot Bandung telah membangun beberapa kolam retensi. Dikutip dari LPSE Kota Bandung, pembangunan kolam retensi di Sarimas Sukamiskin pada 2017. Pagu anggarannya Rp 9,8 miliar. Kontrak pengerjaan pembangunan kolam retensi ini mencapai Rp 7,7 miliar. Kemudian, penambahan anggaran untuk pengawasan teknik pembangunan kolam retensi Sarimas ini mencapai Rp 229 juta.
Kemudian, pada 2018, Pemkot menggelontorkan anggaran Rp 6,5 miliar untuk pembangunan kolam retensi Sirnaraga. Sebelum pembangunan kolam retensi ini, angaran belanja jasa konsultasinya mencapai Rp 251 juta.
Masih di tahun 2018, Pemkot Bandung juga merencanakan pembangunan kolam retensi Gedebage dengan anggaran Rp 286,6 juta. Dua tahun setelah perencanaan, pada 2020 lelang pembangunan kolam retensi Gedebage pun dibuka. Nilai kontrak pembangunan kolam reteni ini mencapai Rp 6,6 miliar.
Kemudian, pada 2021, pemkot menganggarkan pembangunan kolam retensi Bima dan pengawasan tekni pembangunannya, anggarannya masing-masing adalah Rp 4,9 miliar dan Rp 215,4 juta.
Tahun ini, pemkot telah menganggarkan pembangunan kolam retensi Cisanggarung senilai Rp 5,6 miliar. Lelang proyek ini sempat gagal.
Sekda Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan kajian pembangunan kolam retensi sejatinya kebijakan Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM). Menurutnya, pembangunan kolam retensi masih perlu dilakukan.
"Yang jelas sebanyak mungkin. Sekarang yang sedang progres itu di Cisanggarung. Itu nanti akan mengurangi limpahan debit air yang ke arah Arcamanik, Cisaranten ke sana," kata Ema di Balai Kota Bandung, Senin (17/10/2022).
(sud/dir)