Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Jawa Barat merespons soal rencana kenaikan tahu dan tempe imbas naiknya harga kedelai. Disperindag memastikan sudah ada distribusi kedelai yang disubsidi pemerintah pusat ke Jabar sebanyak 32 ribu ton untuk mengantisipasi hal itu.
Kepala Disperindag Jawa Barat Iendra Sofyan merinci, Jawa Barat mendapat kuota paling besar dibanding daerah lain untuk subsidi kedelai dari pemerintah. Ia membandingkan dengan Jawa Tengah yang hanya mendapat kuota 10,7 ribu ton dan Jawa Timur 11,7 ribu ton kedelai.
"Program penanganan kenaikan kedelai sekarang sudah dilakukan pusat melalui Bulog. Dan Jabar itu paling besar, kuotanya 30 juta kilogram (30 ribu ton). Realisasinya sampai 12 Oktober itu total sudah 32 juta kilo, sudah melebihi batas kuota yang disediakan," kata Iendra saat diskusi di Bandung, Selasa (18/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iendra mengungkap, kenaikan kedelai sebagai bahan baku tahu tempe tidak bisa dibendung lantaran 90 persen diimpor dari luar negeri. Sementara, pemerintah sudah berupaya mencari solusinya dengan cara mendorong para petani agar menanam sendiri kedelai itu di daerah.
Namun, upaya ini menemui jalan buntu. Masalahnya terjadi karena petani tidak mendapat untung dibanding dengan menanam komoditi tanaman lain, ditambah kualitas kedelainya juga kalah jauh dengan kedelai hasil impor dari luar negeri.
"Sudah pernah kita dari Kementerian Pertanian supaya petani menanam kedelai, tapi petaninya tidak tertarik. Jadi sudah dicoba sebetulnya supaya kita tidak ketergantungan dengan kedelai impor," ungkapnya.
Meski begitu, Disperindag memastikan sudah berkoordinasi dengan para pengurus Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) di Kota Bandung maupun Jabar. Kuota kedelai subsidi itu pun dijual oleh pemerintah dengan harga seribu rupiah per kilogram supaya bisa meringankan para perajin tahu tempe.
Iendra juga memastikan, KOPTI tidak jadi mogok produksi mengambil opsi lain atas kenaikan kedelai itu. Mereka akan menaikkan harga jual tahu tempe, tampa menurunkan volume dari komoditinya di pasar tersebut.
"Pengusaha tahu tempe ini tidak jadi mogok produksi, mereka enggak mogok tapi menaikkan harga. Kalau tahun sebelumnya dia menurunkan volume tapi dengan harga yang sama, sekarang strateginya menaikkan harga tapi dengan volume yang sama," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, perajin tahu dan tempe di Jabar batal mogok produksi imbas kenaikan harga kedelai. Mereka sepakat menaikkan harga pada 20 Oktober 2022.
"Iya batal mogok (produksi). Kita menaikkan harga. Macam-macam, paling Rp 5 ribu per papannya," kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu Tempe Jabar M Zamaludin saat dihubungi detikJabar, Senin (17/10/2022).
Pihaknya mengaku mogok produksi tetap tidak akan membuat harga kedelai stabil. Sehingga, perajin membatalkan mogok produksi, namun, tetap menaikkan harga tahu dan tempe untuk mencegah kerugian.
"Makanya kita batalin demo (mogok produksi). Januari bisa jadi demo (mogok), atau ke atas (pusat). Soalnya naik terus," ucap Zamaludin.
Zamaludin mengatakan, saat ini produksi tahu dan tempe masih normal. Ia memastikan harga tahu dan tempe naik pada 20 Oktober. Namun, ia juga tak menampik sudah ada beberapa perajin yang menaikkan harga tahu dan tempe.
"Harga kedelai sekarang Rp 13.300 per kilogram. Jadi, kerugian kita lumayan gede, Rp 200 sampai Rp 300 ribu, tergantung banyaknya produksi. Ada juga sampai jutaan (kerugian)," katanya.
(ral/iqk)