Dinas Kesehatan Sumedang mencatat 14 kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) dari bulan Januari hingga September 2022. Kasus DBD sendiri tercatat banyak menyerang kepada usia produktif.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, dr Reny K Anton secara terperinci menyebut, kasus DBD pada 2020 tercatat ada sebanyak 707 kasus dengan angka kematian sebanyak 7 orang.
Lalu kemudian pada 2021, sambung Reny, kasus DBD mencapai 1331 kasus dengan angka kematian mencapai 15 orang. Sementara pada 2022, kasus DBD tercatat ada sebanyak 1648 kasus dengan angka kematian 14 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika menghitung berdasarkan CFR (Case Fatality Rate) maka pada 2022 ini kasusnya lebih banyak tapi angka kematian jika dibanding 2021 maka beda satu angka atau lebih banyak di 2021," paparnya saat jumpa pers bersama sejumlah media di Sumedang, Selasa (11/10/2022).
Reny melanjutkan, kasus DBD ini paling banyak menyerang pada usia produktif antara 15 - 40 tahun. Lalu selanjutnya pada usia 5 - 14 tahun dan paling sedikit menyerang anak usia kurang dari 1 tahun.
"Paling banyak itu usia 15 tahun sampai 40 tahun, mereka adalah anak-anak sekolah setingkat SMP dan SMA serta usia produktif dewasa muda lainnya," terangnya.
Reny menjelaskan, kasus DBD ini dapat ditekan melalui upaya antisipasi berupa tindakan preventif dan promotif secara bersama dengan melibatkan masyarakat. Salah satunya memperhatikan kebersihan sanitasi lingkungan.
"Kita tahu bahwa nyamuk DBD ini sukanya berkembang biak di genangan air yang bersih yang terdapat di lingkungan sekitar kita, seperti di selokan-selokan, di tempat minum hewan peliharaan kita, talang air dan tempat-tempat yang berpotensi adanya genangan air bersih, itu harus kita cek genangannya," paparnya.
Reny menyebut, pemberantasan jentik nyamuk ini dapat dilakukan dengan gerakan 3 M Plus, yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang bekas.
"Terkait pemberantasan sarang nyamuk juga dapat dilakukan dengan adanya Juru pemantau jentik (Jumantik) atau orang yang melakukan pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik nyamuk atau pembentukan Girij (Gerakan satu rumah satu Jumantik) di setiap Desa," paparnya.
Reny menambahkan, dalam penanganan dan pananggulangan temuan kasus DBD tidak serta merta harus dilakukan dengan cara fogging. Hal itu lantaran perlu adanya penyelidikan epidemologi terlebih dulu.
"Fenomena yang banyak ditemui itu seperti, kalau ada kasus DBD rata-rata masyarakat meminta fogging padahal dalam penanganan kasus DBD ini perlu adanya penyelidikan epidemologi terlebih dulu. Itu dilakukan oleh petugas Puskesmas dan petugas DBD, ada pola dan struktur dalam penanganan untuk temuan DBD di tengah masyarakat," paparnya.
Lihat juga video 'Bill Gates Dukung Riset Atasi Demam Berdarah di Yogyakarta':