Cerita Buruh Perempuan Hadapi Ekonomi Sulit di Tengah Harga BBM Naik

Cerita Buruh Perempuan Hadapi Ekonomi Sulit di Tengah Harga BBM Naik

Rifat Alhamidi - detikJabar
Rabu, 21 Sep 2022 13:51 WIB
Tiga perempuan buruh Jabar
Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar
Bandung -

Ribuan massa yang berasal dari driver ojol hingga buruh menggelar demonstrasi di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat. Mereka menuntut dibatalkannya harga kenaikan BBM subsidi sekaligus mendesak pemerintah menaikan upah untuk buruh.

Pantauan detikJabar, ribuan buruh turun di depan kantor Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang berasal dari berbagai aliansi pekerja. Dari ribuan massa tersebut, ada 3 buruh perempuan yang menyita perhatian.

Mereka adalah Tati Nariyati, Sri Rahayu dan Anisa. Ketiganya berasal Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang datang dari Kabupaten Bandung Barat (KBB). Saat ini, mereka bekerja di sebuah perusahaan di wilayah Batujajar, KBB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada detikJabar, ketiganya mengaku ikut demo karena mulai merasakan dampak dari kenaikan BBM. Sebab selain menjadi pekerja, mereka juga berstatus sebagai ibu rumah tangga (IRT) yang diharuskan mengatur semua kebutuhan bahan dapur.

"Pengennya stabil lagi kayak dulu. Kalau sekarang, BBM naik, harga-harga juga ikut naik ya yang dampaknya kerasa banget sama kita," kata Tati, buruh asal KBB yang sudah bekerja dari tahun 2004 di pabrik tekstil, Rabu (21/9/2022).

ADVERTISEMENT

Rekan Tati, Sri Rahayu juga ikut bersuara soal kenaikan BBM. Menurutnya, kenaikan BBM tidak diimbangi dengan pendapatan para buruh yang tidak ikut naik sehingga daya beli para pekerja menjadi tak seimbang.

"Setidaknya sekarang dengan kondisi barang-barang naik, pendapatan tetap. Akhirnya kami yang buruh ikut terdampak karena memang gaji buruh tetep segitu-gitu aja," tuturnya.

Sebagai seorang ibu, Sri tak hanya memikirkan bagaimana nasib buruh saat ini. Dengan naiknya harga BBM, Sri turut menyuarakan kondisi masyarakat lain mulai dari tukang ojek, tukang becak hingga sopir angkot yang memang tidak punya pendapatan tetap seperti yang dia rasakan.

"Kalau saya, kan bisa bareng sama suami karena kerja juga. Jadi bisa saling nutupin kebutuhan rumah. Ini gimana kalau masyarakat lain yang pendapatannya enggak tetap, kan ikut terdampak gara-gara kenaikan BBM," ungkapnya.

Sri dan ribuan buruh yang lain pun menuntut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil supaya menaikkan upah pekerja hingga 25 persen. Sebab, hitung-hitungan itu menurut Sri sudah sesuai dengan kebutuhan buruh saat ini yang terdampak kenaikan BBM.

"Sekarang kan daya beli buruh berkurang sampai 25 persen, sementara gaji enggak naik. Dengan kenaikan BBM, kami pengen gaji buruh dinaikan sampai 25 persen supaya seimbang," ucapnya.




(ral/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads