'Perlawanan' Ortu Santri hingga Penjelasan Pihak Ponpes soal Penganiayaan

Round-Up

'Perlawanan' Ortu Santri hingga Penjelasan Pihak Ponpes soal Penganiayaan

Hakim Ghani - detikJabar
Rabu, 14 Sep 2022 08:35 WIB
Poster
Ilustrasi (Foto: Edi Wahyono/detikcom).
Garut -

Seorang santri berinisial AH (16) menjadi korban kekerasan yang dilakukan temannya di lingkungan pesantren di Garut. AH dianiaya lantaran diduga mencuri beberapa barang milik kawannya.

Peristiwa penganiayaan tersebut diketahui terjadi di salah satu pondok pesantren yang terletak di Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut pada hari Sabtu, tanggal 30 Juli 2022 lalu.

Menurut orang tua AH, Neneng Nuryana, kejadian bermula ketika anaknya diminta untuk mengakui tudingan teman-temannya yang menuduh AH mencuri barang berupa telepon genggam milik salah seorang santri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada yang bilang ke anak saya, sudah ngaku saja. Kalau ngaku, nggak akan dipukul. Anak saya kemudian mengaku tapi malah dipukuli," ucap Neneng saat dikonfirmasi detikJabar.

Neneng menjelaskan, berdasarkan hasil penelusurannya, anaknya tak hanya dipukul sekali. Sebab, dari hasil pemeriksaan dokter, sang anak mengalami luka robek pada gendang telinga sebelah kiri akibat penganiayaan tersebut.

ADVERTISEMENT

Usai terjadinya penganiayaan terhadap anak lelakinya itu, Neneng kemudian berkompromi dan mengaku berbesar hati untuk mengganti ponsel milik rekan anaknya yang hilang.

Sementara pihak pondok pesantren kemudian angkat bicara mengenai kejadian tersebut. Diwawancarai wartawan di kantornya Selasa (13/9), pengasuh ponpes, Ustaz Lutfi Lukman Hakim mengatakan penganiayaan terjadi usai sejumlah santri menemukan bukti jika barang mereka yang dicuri berada di tangan AH.

"Ya namanya masih muda, masih rawan, secara manusiawi ya kesal sehingga terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan," ungkap Lutfi.

Lutfi menjelaskan berdasarkan pengakuan AH, dia mengaku mencuri sejumlah barang milik santri. Di antaranya, adalah dua buah telepon genggam dan satu buah jam tangan.

"Satu mengambil jam tangan, dua mengambil HP yang sudah dijual. Ketiga mengambil HP yang ada, yang dijadikan alat bukti ketika sidang," kata Lutfi

"Jam tangan posisinya berada di rumahnya, dan ahadnya (minggunya) sudah diserahkan kepada pesantren ke sini. Dan pihak orang tua pun sudah mengganti HP yang dijual oleh pelaku," ujar Lutfi menambahkan.

Usai kejadian tersebut, kata Lutfi, pihaknya kemudian mengumpulkan para pihak yang terlibat, termasuk orang tua AH. Dari hasil perundingan tersebut, para pihak sepakat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan. Orang tua AH juga diketahui sudah mengganti ponsel milik rekan AH yang diduga dicuri, serta mengembalikan jam tangan milik teman AH yang didapati ada di rumahnya.

Terkait hal tersebut, detikJabar kemudian mengkonfirmasi kembali kebenarannya kepada Neneng. Namun, Neneng membantah apa yang diungkap pihak pesantren. Neneng mengatakan, pihaknya mengganti ponsel milik teman AH yang dituduhkan dicuri oleh anaknya itu atas dasar itikad baik.

"Saya mengganti bukan artinya saya mengakui anak saya mencuri, tapi itu atas itikad baik," ungkap Neneng.

Neneng juga mengutarakan alasan yang akhirnya membuat dia melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Menurut Neneng, pihak pesantren dan para santri yang menganiaya anaknya tidak memiliki itikad baik.

"Malah anak saya yang dipanggil bareng sama temannya yang menjadi saksi, bahwa anak saya mencuri," ujar Neneng.

Pihak keluarga AH diketahui membuat laporan atas kasus tersebut pada hari Minggu (11/9) lalu. Pelaporan dilakukan di Mapolres Garut. Kapolres AKBP Wirdhanto Hadicaksono membenarkan laporan tersebut telah diterima oleh pihaknya.

"Laporan sudah diterima dan sedang ditindaklanjuti," ucap Wirdhanto.

Wirdhanto mengatakan saat ini pihaknya tengah berupaya untuk memintai keterangan dari kedua belah pihak. Polisi berupaya untuk menengahi kasus tersebut.

"Kita akan lakukan penyelidikan lebih lanjut. Kita akan panggil semua. Syukur-syukur bisa dilakukan restorative justice bila di antara satu dengan yang lain bisa saling memahami," katanya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads