Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Para penjual bensin eceran di perkampungan atau wilayah terluar seperti perbatasan kabupaten/kota juga ikut naik.
Diketahui, pedagang bensin eceran memang masih ilegal. Mereka hanya dibekali dengan surat izin atau keterangan dari pemerintah desa setempat.
Kendati demikian, usaha bensin eceran cukup menjanjikan dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat khususnya di wilayah perkampungan yang berada di wilayah terluar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang. Kecamatan tersebut merupakan kecamatan ujung selatan di Karawang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Purwakarta di sebelah timur, dan Kabupaten Cianjur di sebelah selatan.
Cecep (45), salah satu pedagang bensin eceran asal Cintalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang mengaku memulai usaha bensin eceran sejak dua tahun lalu. Dari usaha itu ia mengaku tak mendapat untung banyak.
"Untungnya kecil, tapi BBM ini termasuk kebutuhan pokok, jadi pasti selalu dibeli setiap hari," kata Cecep saat ditemui di warung bensin ecerannya, Selasa (6/9/2022).
Para pembeli bensin eceran, kata Cecep, mayoritas adalah tukang ojek dari kampung menuju Pasar Loji.
"Kebanyakan tukang ojek, biasanya mereka ngojek nganter pedagang belanja ke pasar waktu subuh, jadi mayoritas pembeli juga warga kecil yang berhak mendapat subsidi," kata dia.
Ia hanya menyediakan tiga jenis BBM, yakni, Pertalite, Solar, dan Pertamax. Dari ketiga jenis BBM tersebut, Pertalite lah yang paling laku dijual. Oleh karenanya ia belanja pertamax lebih banyak.
"Pertalite ini bisa dua rit kalau belanja, soalnya kan belanja sewa mobil karena nggak boleh pakai jerigen, kalau pertamax dan solar cukup satu rit, jadi jika di total rata-rata 40 liter Pertalite, 20 liter pertamax, dan 20 liter Solar, itu baru habis dalam seminggu," kata dia.
Solar sendiri kata Cecep, mayoritas dibeli oleh para petani dan pelaku usaha penggilingan padi yang ada di sekitar wilayah Cintalanggeng, yang semuanya juga termasuk usaha kecil.
Sejak kenaikkan BBM Pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000, Pertamax dari 12.500 menjadi Rp 14.500, dan Solar dari harga Rp 5.150 menjadi Rp 6.800, Cecep juga merasa kebingungan menjual harga bensin eceran.
"Kalau Pertalite ini kan biasanya dijual Rp 10 ribu perliter itu kita bisa untung seribu rupiah, kalau sekarang pas naik, saya coba jual Rp 12 ribu gak ketemu untungnya, dijual Rp 13 ribu juga dikomplain pembeli, jadinya bingung menjual berapa," imbuhnya.
Alhasil, warung bensin eceran Cecep kesepian pembeli, dan mengalami penurunan omset yang signifikan, imbas bingungnya penentuan harga jual bensin eceran tersebut.
Terpisah, Samsuri (42) pedagang bensin eceran di Cintalaksana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang menuturkan, ia sudah mematok harg Rp 13.000 untuk harga jual Pertalite, Rp 17.000 untuk harga jual Pertamax, dan Rp 9.000 untuk harga jual Solar.
Sejak harga BBM naik, ia juga kehilangan pembeli, "Sejak tanggal 3 pas naik itu memang gak ada, padahal saya belanja sudah kesulitan karena antri sampai tengah malam," kata dia.
Baca juga: Buruh di Jabar Bakal Demo Besar-besaran! |
Ia menyebut, berkurangnya jumlah pembeli disinyalir karena naiknya harga jual yang cukup mahal dari pedagang bensin eceran.
"Biasanya sehari lebih 50 liter saya jual, karena memang letak saya ini berada di jalan raya menuju pasar. Tapi sejak tiga hari kemarin saya cuma bisa jual 20 literan," ungkapnya.
Samsuri menuturkan, omsetnya yang menurun cukup signifikan, juga membuatnya cemas pada masa depan usaha yang digelutinya tersebut.
"Kalau gini terus gak tahu ni, soalnya kita juga hidup dari sini, sumber penghasilan ya dagang bensin eceran," ujarnya.
(mso/mso)