Pasar Cicaheum Bandung: 20 Tahun Tak Bersolek Pasca Kebakaran Hebat

Pasar Cicaheum Bandung: 20 Tahun Tak Bersolek Pasca Kebakaran Hebat

Cornelis Jonathan Sopamena - detikJabar
Kamis, 01 Sep 2022 05:30 WIB
Sejarah Pasar Cicaheum Kota Bandung
Pasar Cicaheum Kota Bandung (Foto: Cornelis Jonathan Sopamena)
Bandung -

Pasar Cicaheum sudah puluhan tahun memegang peran sebagai hulu asupan makanan bergizi wargi Bandung, terutama di Kecamatan Kiaracondong dan Antapani. Cerita indah hingga musibah pun sempat ditorehkan di tempat ini.

Di dalam lorong sempit nan remang-remang Pasar Cicaheum, terdapat sebuah kios yang menjual berbagai bahan dasar untuk meracik semangkuk bakso, cuanki, atau seblak. Eneng (50) dan Hj. Ai (75) adalah sepasang ibu-anak yang berada di dalam kios tersebut.

Ukuran kios mereka tidak terlalu luas, hanya sekitar 2x3 meter. Meski begitu, sejumlah besar barang dagangan mampu mereka posisikan dengan rapi dalam dua jongko, istilah di Pasar Cicaheum untuk kavling, yang dijadikan satu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sini jual jaringan-jaringan sih, buat bakso, seblak, bumbu-bumbu, batagor kering, cuanki," kata Eneng saat ditemui detikJabar di kiosnya, Rabu (31/8/2022).

Telah lebih dari 50 tahun lamanya Hj. Ai menjadi penghuni Pasar Cicaheum. Dirinya pun menjadi salah satu saksi kekejaman si jago merah yang sempat melahap Pasar Cicaheum. Menurut ceritanya, pasar ini sudah dua kali mengalami musibah kebakaran.

ADVERTISEMENT

"Dari tahun 70 ibu (Hj. Ai) mah, dari gadis juga udah jualan. Kan ibunya bapaknya juga di sini jualan. Dua kali pokoknya kebakaran, '88 sama teuing (nggak tahu) tahun berapa," ucap perempuan 50 tahun itu.

Berbagai barang juga sempat ia coba jual. Mulai dari sayuran, pakaian, hingga makanan ringan. Kala Pasar Cicaheum terbakar tahun 1988, Hj. Ai sedang berjualan makanan ringan dan 'jaringan'.

Sejarah Pasar Cicaheum Kota BandungSejarah Pasar Cicaheum Kota Bandung Foto: Cornelis Jonathan Sopamena

Akibat kobaran api yang dahsyat itu, seisi pasar terpaksa diungsikan untuk sementara ke Jalan Kaum dan Jalan Antapani Lama. Pasar Cicaheum pun masih beroperasi seperti biasanya meski tidak sepenuhnya optimal. Hj. Ai sangat bersykur kiosnya masih utuh dan aman dari kobaran api.

"Pindah dulu tempatnya, ngungsinya dekat, ke jalan kesini. Terus ini (pasar yang sekarang) dibangun. Alhamdulillah, (barang dagangan) aman. Untungnya nggak sampai ke sini kebakarannya. Semua pada pindah kesitu sementara. Wah, geus aya sabaraha tahun (beberapa tahun sih ada)," tutur Hj. Ai.

Kepala Pasar (Kapas) Cicaheum, Andri mengonfirmasi hal tersebut. "Iya, tahun '88 pernah terjadi musibah kebakaran. Dari situ sempat peremajaan '92, lalu renovasi 2006. Sampai sekarang belum ada (renovasi) lagi," kata Andri pada detikJabar di Posko Pasar Cicaheum, Rabu (31/8/2022).

Kunjungan Jokowi Beri Harapan Renovasi

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo sempat mengunjungi Pasar Cicaheum pada hari Minggu (28/8/2022) yang lalu. Dalam kunjungannya, Jokowi menyebut siap memberi bantuan untuk renovasi Pasar Cicaheum.

"Mengenai pasar ini, kalau memang ingin dibangun siap bantu," kata Jokowi, Minggu (28/8/2022).

Sontak, ucapan orang nomor 1 di Indonesia itu memberi semangat dan harapan bagi seisi Pasar Cicaheum. Kapas Cicaheum turut menyambut positif rencana tersebut demi meningkatkan perekonomian pedagang.

"Alhamdulillah, mewakili suara pedagang, kalau memang rencana ada renovasi. Dengan adanya renovasi kan perekonomian mereka juga akan semakin meningkat dikarenakan pasarnya bersih, teratur, bagus. Secara tidak langsung itu kan mengundang peminat pembeli untuk belanja di pasar Cicaheum lah gitu," ucap Andri.

Pasalnya, Pasar Cicaheum sudah nyaris 20 tahun tidak melakukan renovasi atau peremajaan. Berbagai lorong pun terlihat kurang terawat dengan rusaknya plafon atau absennya atap.

Selain karena faktor usia, embusan angin yang cukup beringas juga memiliki peran dalam kurang terawatnya Pasar Cicaheum. Andri menyebut pasar ini berada di pusat lintasan angin. Alhasil, angin puting beliung pun relatif sering tercipta.

Sejarah Pasar Cicaheum Kota BandungSejarah Pasar Cicaheum Kota Bandung Foto: Cornelis Jonathan Sopamena

"Karena katanya di sini jalur lintasan angin, makanya kalau ngomong atap itu awet nggak awet yah. Di sini baru dibetulin juga ada angin bisa langsung tersapu itu semua asbesnya. Sekarang sudah rada awet tuh. Tapi biasanya kalau ada apa-apa kita langsung benerin sih, ke pemeliharaan kan masuknya," tutur pria yang sudah 10 bulan menjabar sebagai Kapas Cicaheum itu.

"Angin puting beliung gitu lah. Jadi di sini anginnya suka kenceng. Makanya kalau lagi musimnya gitu disini sering muncul beliung ya. Paling sering dibenerin sama kita itu atap," lanjutnya.

Selain itu, minimnya kesadaran tentang kebersihan pasar dari para pedagang juga menyumbang kendala yang tidak kunjung selesai, yaitu mampetnya saluran air.

"Kalau yang lainnya mungkin saluran lah, mampet itu karena kurangnya kesadaran pedagang. Jadi buang sampahnya kan ke saluran. Tapi kita juga rutin pembersihan itu, kalau nggak kan banjir nantinya," ucapnya.

Rencana Renovasi Terhalang Pandemi

Kondisi pasar yang kurang terawat ternyata juga dikeluhkan oleh para pedagang. Kendati sempat muncul perencanaan renovasi, rencana tersebut diundur lantaran dilanda pandemi. Sehingga, urgensi merenovasi pasar dinilai kurang kuat.

"Pedagang juga ikut mengeluhkan itu. Saya kemarin lihat pedagang di wawancara ya memang mintanya cepat direnovasi sih ya. Dulu pernah ada, cuman terkendala karena Covid," pungkas Andri.

Penjual jaringan, Eneng juga berharap Pasar Cicaheum segera dibenahi. "Iya, sama pak gubernur, direvitalisasi ya. Karena belum disentuh pasar ini sama pak gubernur. Harapannya mah pengen bagus lah," ujar Eneng.

Sejarah Pasar Cicaheum Kota BandungSejarah Pasar Cicaheum Kota Bandung Foto: Cornelis Jonathan Sopamena

Kendati Eneng berharap Pasar Cicaheum segera direnovasi, dirinya juga mengharapkan adanya keringanan dalam penebusan kavling pascarenovasi. Sebab, kavling yang sudah dimiliki tetap diberikan biaya penebusan ketika pasar dibenahi.

"Karena kalau udah dibangun kan jongko-jongkonya harus ditebus, meskipun ini jongko ibu tetap harus ditebus, dibayar. (Saat renovasi) dulu juga sama. Tapi biaya tebusnya mah nggak tahu, pengennya murah lah. Karena kan pemerintah yang bangun," kata wanita pedagang ini.

Selain bentuk pasar yang sudah tidak menarik dipandang, pedagang yang tidak lagi berjualan di dalam pasar juga disayangkan oleh Eneng. Sebab, pedagang yang membuka lapak di samping terminal itu disebut membabat konsumen yang ada.

"Ini (pasar) udah rusak, udah kelamaan. Udah jelek lah dari depan juga. Kalau Ridwan Kamil mah kan bangunannya arsitekturnya bagus, modernnya ada. Nggak tahu nih kapan," ucap Eneng.

"Kalau bisa mah pedagang yang di terminal juga masuk lah kesini biar di dalam teh ramai. Sekarang teh sepi karena yang beli teh di luar, di terminal. Kalau dulu kan nggak ada di terminal, semuanya di jongko, makanya ramai. Semakin kesini lapak-lapak jadi di depan, pembeli teh ke depan kalau subuh tuh ramainya," tutupnya.

(yum/yum)


Hide Ads