Ketut Sudiarsa (42) tampak mengamati puing-puing sisa kebakaran Pasar Tradisional Sri Bantas, Banjar Batanduren, Desa Cepaka, Kecamatan Kediri, Tabanan. Dia hanya bisa pasrah.
Namun, nasib Sudiarsa setidaknya masih lebih baik dibanding banyak pedagang lain. Tidak seluruh barang dagangannya berupa tembakau dilalap api.
"Biasanya jualan tembakau dan es dari pagi sampai jam 9-10 malam. Makanya saya cukup kehilangan, terpukul lah," kata Sudiarsa yang sudah 13 tahun berjualan di Pasar Sri Bantas itu saat ditemui di lokasi kejadian, Kamis (7/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudiarsa mengungkapkan sebelum kejadian pada Rabu (6/11/2024) siang, kiosnya tutup lebih awal karena dia hendak menghadiri undangan pernikahan.
"Kemarin itu kebetulan ada undangan pernikahan jadi tutup lebih awal. Biasanya jam 11 masih banyak pedagang, mau prepare tutup," jelas pria asal Singaraja itu.
Sudiarsa mendapat kabar pasar terbakar sekitar pukul 12.30 Wita. Saat itu, dia sedang berada di acara pernikahan.
"Kerugian paling Rp 10 sampai Rp 15 Juta karena setengahnya aja kena. Kalau modal hampir Rp 50 juta," ungkap pria yang tinggal di Desa Cepaka itu.
"Ya beginilah, tetap dibawa senyum. Namanya juga musibah, kan nggak ada yang tahu," sambungnya.
Sudiarsa dan para pedagang lain hingga sekarang masih menunggu kabar baik dari pengelola pasar dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan untuk bisa berjualan lagi.
"Semoga bisa beraktivitas lagi. Harapan kami, Tuhan bisa segera membalikkan keadaan kami di sini. Semoga pihak terkait bisa membantu kami di sini," imbuhnya.
Hal senada diungkapkan pedagang lainnya, Wayan Jangkrik (60). Dia berharap bisa berjualan kembali secepatnya.
"Harapan supaya cepat terealisasi, supaya cepat berdagangnya. Ya kan kami cari makan di sini, supaya nggak lama nggak jualan," jelas pedagang sembako dan sayuran yang kiosnya berada di tengah pasar itu.
Sebelum kebakaran, Wayan Jangkrik menceritakan saat itu dirinya baru saja sampai di rumah dan hendak beristirahat setelah berjualan dari pukul 04.00 sampai 12.00 Wita.
"Setelah sampai di rumah, sudah rebahan baru dengar pasar kebakar. Nggak percaya pasar kebakar, gak ada punya firasat apa," ujar pria yang berjualan di sana sekitar tujuh tahun terakhir itu.
Akibat kebakaran tersebut, Jangkrik mengalami kerugian sekitar Rp 10 juta. Dia kini hanya bisa pasrah dan berupaya menyemangati pedagang lainnya yang sesekali datang ke lokasi untuk melihat kondisi terakhir pasar setelah kebakaran.
Di sisi lain, Kepala Pasar Tradisional Sri Bantas Nyoman Mega Nopiudya menjelaskan saat ini Pemkab Tabanan tengah berusaha mencari bantuan untuk membangkitkan perekonomian para pedagang.
"Kalau Pj Bupati berusaha untuk mencari bantuan, tapi tidak tahu gimana hasilnya," jelasnya.
Mega masih akan menunggu hasil rapat bersama dari Banjar Batanduren dan para pedagang. Rapat itu salah satunya membahas relokasi sementara pasar yang terbakar.
"Masih menunggu hasil rapat. Tapi ada rencana, relokasi tempat jualan di area parkir pasar. Ya masih di sini," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, kebakaran Pasar Tradisional Sri Bantas di Banjar Batanduren, Desa Cepaka, Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali, diduga disebabkan karena korsleting listrik dari salah satu kios. Pasar itu terbakar pada Rabu (6/11/2024) siang.
Kapolsek Kediri, Kompol I Nyoman Sukadana, mengungkapkan mengungkapkan setidaknya ada sebanyak 188 kios, terdiri dari 22 kios di sisi utara, 22 kios di sisi selatan, dan 144 lapak di tengah di Pasar Sri Bantas.
"Di sebelah utara ada 14 kios yang terbakar, di selatan ada 11 kios yang terbakar, dan 144 lapak yang di tengah, itu ludes semua. Total kerugian lebih dari Rp 8 miliar dengan luas area 60 are," ungkap Sukadana.
(hsa/hsa)