Pernyataan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum soal poligami solusi menekan HIV/AIDS menuai kontroversi. Sorotan tajam juga dilontarkan kaum hawa di Cimahi-Bandung Barat.
Mereka bereaksi atas pernyataan Uu. Ada yang setuju pada beberapa poin yang dilontarkan Uu, namun sebagian lagi menolak sepenuhnya usulan tersebut.
Salah satunya Selebgram cantik asal Bandung Irma Suci Destia. Dia dengan tegas menolak usulan orang nomor dua di Jawa Barat tersebut. Menurutnya, meskipun agama tak melarang poligami namun tak banyak juga wanita yang mau dimadu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mana ada wanita yang mengizinkan dan ikhlas ketika suaminya berpoligami, walaupun agama tidak melarang. Pertanyaannya statement Pak Wagub tersebut apa tidak menyakiti wanita yang ada di Jawa Barat? Tentunya sebagai seorang wanita saya tidak sependapat," ungkap Irma kepada detikJabar, Rabu (31/8/2022).
Pun dengan usulan menikah muda agar terhindari dari HIV/AIDS. Menurutnya perlu ada edukasi mendalam terutama soal risiko pada sisi mental pasangan yang memutuskan menikah muda.
"Saya juga kurang sepakat (menikah muda). Harus ada edukasi bahwa menikah muda itu mengandung risiko terutama dari sisi kesehatan dan kesiapan mental. Malah mungkin bisa timbul penyakit dan permasalahan lain," tutur Irma.
Senada dengan Irma, Miranti Leany (26), warga Cimahi menolak mentah-mentah usulan tersebut. Menurutnya poligami dan menikah muda tak solutif sebagai upaya menekan angka penularan HIV/AIDS.
"Kenapa ujung-ujungnya poligami? Gimana kalau suami dan istrinya salah satu dari mereka ada yang positif (HIV/AIDS) kemudian poligami, kan malah menularkan juga. Jadi aneh sekelas Wagub bisa berpendapat begitu," tutur Miranti.
Pandangan Dokter Soal Solusi Poligami-Menikah Muda
Dari sisi keilmuan, pandangan Uu juga tak sepenuhnya bisa menjadi solusi untuk menekan angka penularan HIV/AIDS. Seperti diungkapkan Indah, dokter umum di Cimahi yang mengatakan solusi menikah muda maupun poligami kurang pas.
"Kalau saya pribadi tidak mempermasalahkan poligaminya karena kan diperbolehkan menurut Islam. Tetapi kalau poligami jadi solusi untuk menurunkan kejadian HIV/AIDS, menurut saya kurang pas karena yang lebih dipentingkan adalah mengubah perilaku populasi berisikonya," ujar Indah.
Penularan HIV/AIDS bisa dari berbagai cara, seperti berganti-ganti pasangan seks. Kemudian penggunaan jarum suntik bersama, serta penularan dari ibu ke janin yang dikandungnya. Poin pertama pun digarisbawahi jika jumlah pasangan lebih dari 4 hingga akhirnya perilaku itu jadi berisiko.
"Kemudian yang lebih berisiko lagi adalah pasangan Lelaki Seks Lelaki (LSL). Untuk LSL angkanya semakin meningkat tapi saya enggak tahu persis angkanya berapa. Cuma risiko kejadian HIV/AIDS pun meningkat," kata Indah.
Kemudian soal menikah muda, kata Indah, jika itu dilakukan oleh pasangan di bawah usia 20 tahun maka berpotensi menimbulkan masalah baru. Misalnya secara fisik dan psikologis kebanyakan pasangan belum siap.
"Secara fisik organ reproduksi wanita belum sempurna di umur kurang dari 20 tahun. Sehingga disarankan jika memang akan menikah di bawah 20 tahun tidak hamil dulu karena risiko anak menjadi stunting, berat badan lahir rendah, risiko lain akan meningkat," ucap Indah.
Namun di sisi lain, ia setuju jika pencegahan HIV/AIDS juga perlu dengan langkah edukasi seks
"Mengenai perlunya sex education bagi masyarakat, itu juga merupakan hal yang penting," kata Indah.
(dir/dir)