Demo di Depan Kantor Pertamina, Mahasiswa di Tasik Tolak Kenaikan BBM

Demo di Depan Kantor Pertamina, Mahasiswa di Tasik Tolak Kenaikan BBM

Faizal Amiruddin - detikJabar
Selasa, 30 Agu 2022 12:27 WIB
Mahasiswa Tasikmalaya demo tolak kenaikan BBM
Mahasiswa Tasikmalaya demo tolak kenaikan BBM (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Wacana kenaikan harga BBM bersubsidi yang berhembus belakangan ini memantik protes dari elemen masyarakat. Mahasiswa ikut turun ke jalan.

Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Tasikmalaya melakukan aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM, Selasa (30/8/2022). Mereka menggelar orasi di depan kantor depot Pertamina Tasikmalaya Jalan Garuda Kota Tasikmalaya.

Mereka menggelar orasi di halaman kantor dan aksi teatrikal menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menolak rencana pemerintah untuk menaikan harga BBM bersubsidi karena akan mengorbankan kondisi ekonomi masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah dan pelaku UMKM yang baru pulih akibat COVID-19," kata Ketua HMI Tasikmalaya Andi Perdiana didampingi korlap aksi Robby Syamsul Maarif.

Andi mengatakan jika terjadi pertalite naik menjadi Rp 10 ribu per liter, diprediksi inflasi alan melonjak hingga 0,8 persen. Ini berarti akan ada kenaikan seluruh harga kebutuhan.

ADVERTISEMENT

Menurut dia kebijakan ini seolah menjadi kado buruk peringatan hari kemerdekaan dari pemerintah kepada rakyatnya. "Kado terburuk HUT RI bagi rakyat, kenaikan BBM subsidi sudah pasti akan menyengsarakan rakyat," kata Andi.

Andi mengaku paham bahwa beban subsidi dan harga minyak dunia sudah berat, tapi ketimbang menaikkan harga BBM subsidi, HMI meminta pemerintah memperbaiki dan memperkuat data kondisi ekonomi rakyat sehingga penyaluran BBM bersubsidi dapat tepat sasaran, yakni kepada masyarakat kelas menengah ke bawah dan pelaku UMKM.

"Membatasi penerima manfaat BBM bersubsidi untuk jenis kendaraan tertentu," kata Andi.

Pembatasan BBM bersubsidi ini, kata Andi harus disertai dengan pengawasan yang ketat agar tidak terjadi kebocoran penyaluran BBM bersubsidi ke sektor industri, pertambangan dan perkebunan.

"Opsi lain yang bisa dilakukan adalah mengalokasikan pendataan yang besar (Windfall Income) dari kenaikan harga
komoditas Sumber Daya Alam (SDA) di pasar global seperti batu bara dan sawit untuk menambal subsidi BBM dan listrik," kata Robby.

Solusi lain adalah realokasi anggaran belanja kementerian/lembaga yang tidak produktif
untuk menopang subsidi BBM dan mendorong percepatan transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan.

Sementara itu jalannya aksi sendiri secara umum berjalan tertib. Polisi yang melakukan penjagaan pun mengatur arus lalu lintas sehingga tidak terjadi kemacetan.




(dir/dir)


Hide Ads