Harga BBM bersubsidi jenis Pertalite direncanakan naik. Kelompok ojek online (ojol) di Kota Bandung memprotes rencana kebijakan itu.
Idrus (40), pengemudi ojol di Bandung, mengaku kecewa dengan rencana pemerintah menaikkan harga Pertalite. Terlebih tarif ojol masih tetap. Sehingga, pendapatan dan pengeluaran tak sebanding.
"Berat ya buat kita yang ojol. Otomatis berat, rugi bagi kita. Syukur-syukur tidak jadi," kata Idrus kepada detikJabar, Rabu (24/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Idrus mengatakan saat ini mendapatkan Pertalite tak gampang. Ia harus mengantre. Meskipun ketersediaannya aman. "Tapi, di tempat lain kadang susah. Kalau sekarang harganya masih sama. Belum naik," kata Idrus.
Senada di sampaikan pengemudi ojol lainnya, Heru Arisandi (36). Namun, Heru mengaku tak biasa berbuat banyak. "Ya mau gimana lagi. Ujung-ujungnya mah pemerintah yang punya kewenangan," kata Heru.
Selama ini, Heru kerap menggunakan Pertamax. Sebab, untuk mendapatkan Pertalite harus mengantre panjang. "Sekarang mah jadi sering Pertamax. Buang-buang waktu kalau mengantre lama," kata Heru.
Sementara itu, Amin Supendi (53) salah seorang ojol lainnya meminta agar pemerintah tak menaikkan harga Pertalite terlalu tinggi. Selama ini, Amin selalu mengeluarkan Rp 20 ribu setiap harinya untuk kebutuhan BBM.
"Kalau kendala cari Pertalite itu hanya antrean. Pasti dapat, ya cuma mengantre. Jadi, jangan mahal-mahal lah kalau naik juga harganya," ucap Amin.
Amin juga berharap pemerintah membuat kebijakan yang tak menyulitkan pekerja seperti dirinya. "Mudah-mudahan ya nggak sulit mencari Pertalite," ucap Amin.
(sud/orb)