Jalan Terjal dalam Merangkul ODHA

Kota Bandung

Jalan Terjal dalam Merangkul ODHA

Wisma Putra - detikJabar
Sabtu, 27 Agu 2022 14:29 WIB
Obat HIV/AIDS.
Foto: Obat HIV/AIDS (Foto: Wisma Putra/detikJabar).
Bandung -

Bukan perkara mudah bagi Female + untuk mengajak orang dengan HIV/AIDS (ODHA). LSM yang konsen dalam penanggulangan HIV/AIDS terus mengkampanyekan agar melawan stigma buruk terhadap ODHA di masyarakat.

Advocacy Officer Female+ Anton mengatakan para penjangkau Female + masih kesulitan mengajak orang yang baru dinyatakan positif terpapar HIV salah satunya untuk melakukan pengobatan.

"Dari beberapa teman-teman penjangkau masih sulit mengajak, stigma di lapangan, masih takut dan belum terima bahwa hasilnya positif, belum faktor keluarga, apalagi kalau dari komunitas LGBT mereka takut ketahuan pihak keluarga," kata Anton kepada detikJabar, Sabtu (27/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anton menyebut pengetesan HIV/AIDS dapat dilakukan di puskesmas. Selain itu untuk obat ARV nya pun sudah bisa didapatkan di rumah sakit, lima puskesmas dan satu klinik di Kota Bandung.

Anton mengakui, ada yang gampang dan ada yang susah mengajak orang yang baru dinyatakan positif HIV/AIDS. Banyak treatment yang dilakukan, agar yang bersangkutan mau segera melakukan pengobatan.

ADVERTISEMENT

"Kita ngobrol, ngasih penguatan supaya dia bisa nerima, dengan statusnya dan kita informasikan setelah positif itu ada penanganan ARV," ujarnya.

"Nanti bakal dikasih pengertian, setelah ngerti dan mau nanti janjian ke rumah sakit untuk mendapatkan ARV," tambahnya.

Anton mengungkapkan virus ini sifatnya menyerang kekebalan tubuh pada manusia, maka pengidap harus mengkonsumsi obat ARV ini.

"Nah kalau misalnya ditekan tidak bisa menyerang kekebalan tubuh, makannya disebutkan tidak ada orang yang meninggal karena HIV, karena HIV bukan penyakit, itu virus tapi karena penyakit yang masuk ke tubuh kita dan kekebalan tubuh kita rendah, otomatis ketika ada penyakit mudah dan yang sebabkan kematian penyakit bawaan itu," tuturnya.

Bahkan menurut Anton, banyak dari mereka yang setelah dinyatakan terpapar menyangkal jika dirinya positif. Dengan berbagai alasan mereka juga menolak untuk melakukan pengobatan.

"Tergantung orangnya, ada yang nerima dengan resiko yang sudah dia lakukan, ada yang menyangkal dan tidak menerima, lain orang lain penanganan. Ada yang sampai sekarang belum, diajakin enggak mau, mereka itu masih menyangkal, bahkan ada yang berpikir mending mati saja," jelasnya.

"Tapi itu tuh bisanya takut karena dirinya sendiri atau takut sama orang tua, saking ketakutan," tambahnya.

Para penjangkau Female+ terus melakukan berbagai pendekatan, agar para pengidap ini segera melakukan pengobatan. Selain itu, para penjangkau juga selalu memberi pemahaman jika HIV/AIDS ini tak semeneakutkan yang dibayangkan, begitupun yang kini dirasakan Anton yang sama-sama ODHA.

"Kita sharing, apa yang dialamin, kita tanya juga, bahwa istilahnya tidak seseram dipikirkan. Udah kena HIV besok lusa juga meninggal, ternyata ada obatnya, saya juga tahu status buktinya sehat-sehat saja lakukan pengobatan dari tahun 2000," tuturnya.

Anton menyebut apa bedanya orang yang memiliki penyakit diabetes dan harus terus meminum obat.

"Kita bandingkan dengan obat penyakit gula, minum obat tiap hari sama saja, resiko kematian sama, tapi mereka banyak pantrangan makanan, kita HIV positif tidak ada pantrangan yang penting obat ARV itu dimakan," ujarnya.

(wip/mso)


Hide Ads