Malam itu, suasana Kota Bandung masih ramai dengan aktivitas warga, terutama di Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Jawa Barat. Lokasinya yang berada di dekat alun-alun, menjadi tempat warga untuk sekedar bercengkrama melepas penat mereka setelah seharian bekerja.
Namun tak banyak yang tahu, di sudut Jalan Dalem Kaum terdapat sebuah makam dari tokoh pendiri pertama tercetusnya Kota Bandung. Dia adalah Raden Adipati Wiranata Koesoemah II, yang dalam pandangan masyarakat pribumi merupakan Bapak Pendiri Kota Bandung.
Berada tak jauh dari lokasi pedestrian yang telah disulap pada 2015 lalu oleh pemerintah daerah, makam RA Wiranata Koesoemah sebetulnya gampang untuk ditemui. Terdapat sebuah gapura di antara jalan pedestrian itu yang menjadi tanda penegasan terhadap keberadaan makam tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat memasuki gang, suasana malam itu begitu asri dengan lampu penerangan di mana-mana. Di sepanjang dinding gang, juga terdapat pot-pot mini plus bendera merah putih yang menghiasi Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2022.
Di awal masuk gang, juga terdapat gapura besar bertuliskan 'Makam Pendiri Kota Bandung RA Wiranata Koesoemah II Bupati Bandung ke 6'. Ada 2 lapak warung dagangan warga serta rumah makan Padang. Di ujung gang, kemudian terdapat kantor RW yang biasanya selalu terdapat warga yang ikut menjaga keberadaan makam.
Saat masuk di depan gerbang komplek pemakaman, suasana bangunan bergaya arsitek era Kolonial bisa terasa kental. Terlihat benteng dengan balutan cat serba putih, membuat makam RA Wiranata Koesoemah gagah berdiri sebagaimana jasa-jasanya terhadap pembangunan awal Kota Bandung.
Suasana di dalam makam pun begitu kontras dengan hingar-bingar di kawasan yang dekat alun-alun Bandung tersebut. Di makam ini, terasa amat sunyi dan sejuk, berbeda jauh jika dibandingkan dengan pedestrian di Jalan Dalem Kaum.
Meski begitu, di dalam makam, sama sekali tak terasa suasana horor nan menyeramkan. Sebab, pemerintah telah menunjuk seorang kuncen yang setiap harinya bertugas menjaga kebersihan makam tersebut.
Meskipun tak banyak penerangan saat malam hari, suasana makam RA Wiranata Koesoemah juga tak menimbulkan kesan mistis. Sesekali, ada beberapa warga yang hilir mudik, bahkan ada yang turut menjaga keberadaan makam tersebut.
Keasrian makam pun terlihat dirawat secara berkala. Lantai putihnya masih tampak bersih, dan tak terlihat ceceran dedaunan di beberapa sudut makam tersebut.
Di makam tersebut, terpadat lebih dari 100 kuburan. Mulai dari kuburan RA Wiranata Koesoemah II, Nyi Raden Ayu Kendran yang merupakan istri RA Wiranata Koesoemah, makam Bupati Bandung ke-15 Raden Tumenggung Male Wiranatakusumah, Tumenggung Male Wiranatakusumah, dan Penghulu Kabupaten Bandung Raden Moch Soleh. Sementara sisanya, merupakan makam dari keturunan adipati.
Empat makam utama berbalut warna hijau dan emas, berada di tengah-tengah. Sedangkan sisanya, berada di pelataran yang terlihat dirawat oleh penjaga makam.
Suasananya pun tak nampak terlihat horor. Malah, keberadaan empat makam utama di tengah-tengah itu menambah gagahnya makam Wiranata Koesoemah, sebagaimana jasanya dalam merintis pendirian Kota Bandung.
Menurut penuturan warga, peziarah yang datang ke makam RA Wiranata Koesoemah bukan hanya berasal dari kalangan keluarga dan pemerintahan. Beberapa peziarah dari luar kota juga ada yang datang ke sana untuk mengenang jasanya dalam pembangunan Kota Bandung.
"Yang dateng ada dari luar kota juga. Ada yang dari Jakarta, Bekasi, terus dari Jawa juga ada," kata Fredy, warga setempat saat ditemui detikJabar di lokasi.
Makam ini dibuka setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB. Peziarah pun disarankan untuk datang pada waktu siang jika ingin berkunjung ke makam tersebut.
"Bukanya siang doang, kalau malem mah nggak boleh. Ditutup," ujarnya.
(ral/mso)