Partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi khususnya kondom di Indonesia masih minim. Perencanaan kehamilan seolah-olah masih menjadi tanggung jawab perempuan.
Berdasarkan data yang dihimpun BKKBN, jumlah keikutsertaan pria dalam program KB yakni kondom baru 3,27 persen dan 0,4 persen untuk vasektomi.
Deputi Bidang Pelatihan Penelitian dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN Prof Muhammad Rizal Martua Damanik mengatakan, ada sejumlah faktor yang membuat pria ogah menggunakan alat kontrasepsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama ada anggapan KB adalah urusan perempuan," kata Prof Damanik dalam agenda The 2nd International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health di Yogyakarta, seperti dikutip dari detikHealth Selasa (23/8/2022).
Kurang Nyaman
Selain itu, masih ada persepsi penggunaan kondom kurang nyaman dan mengurangi kenikmatan seksual. Hal itu, diperburuk dengan stigma dan rumor mengenai kontrasepsi sehingga memengaruhi keputusan pria untuk menggunakan kondom.
Seharusnya, kata Damanik, urusan KB merupakan tanggung jawab kedua belah pihak sebagai wujud kesetaraan gender dalam keluarga.
Di masa kini, KB bukan hanya sebagai upaya penurunan angka kelahiran, namun juga berkaitan dengan tujuan pemenuhan hak-hak reproduksi, maupun promosi, pencegahan dan penanganan masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas, serta kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
"Artinya kan dalam kontrasepsi ini kita bicara tentang kelahiran jumlah penduduk yang besar. Dengan penggunaan alat kontrasepsi kondom bagi pria, artinya kebutuhan biologis itu bisa tersalurkan tanpa menyebabkan kehamilan," ujarnya.
Paling Mudah dan Murah
Kondom dianggap sebagai alat kontrasepsi pria yang paling mudah untuk didapatkan dan digunakan. Selain itu, harganya murah dan minim efek samping.
Sementara itu vasektomi adalah prosedur pembedahan untuk mengikat saluran sperma untuk mencegah pelepasannya pada saat ejakulasi.
Pada pria yang sudah menjalani vasektomi, mereka tetap bisa mengalami ejakulasi tapi air mani tak lagi mengandung sperma sehingga sel telur pasangan tidak terbuahi.
Faktanya, sangat jarang sekali kampanye KB yang menekankan dan memprioritaskan pemakaian kondom untuk laki-laki. Stigma bahwa penggunaan kontrasepsi hanya digunakan perempuan masih melekat kuat di masyarakat.
Padahal pemilihan jenis kontrasepsi atau keikutsertaan dalam program KB menjadi tanggung jawab bersama antara suami dan istri karena penggunaan kontrasepsi merupakan kebutuhan bersama antara keduanya.
"Bayangkan misalnya untuk melangsungkan hubungan suami istri tanpa proteksi berapa banyak anak yang akan dilahirkan, berapa banyak kehamilan yang akan terjadi," ucapnya.
Terkait penggunaan kontrasepsi untuk merencanakan kehamilan juga disinggung oleh Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof dr Ova Emilia, MMed, Ed, SpOG(K)
Mencegah Kematian Ibu di Indonesia
Ia menegaskan tingginya angka kematian ibu di Indonesia salah satunya dilatarbelakangi penggunaan kontrasepsi yang minim.
"Kematian akan ada terus karena KB-nya nggak jalan. Perempuan mungkin saja dipaksa hamil padahal dia ingin berhenti," ucap Prof Ova.
Baca juga: Warga Bandung Bicara soal Penggunaan Kondom |
Program KB di Indonesia seringkali hanya menjadi kewajiban perempuan, didukung oleh keputusan laki-laki sebagai suami. Bahkan, kerap kali suami yang mengatur jenis kontrasepsi yang digunakan untuk istrinya.
Rencana penggunaan kontrasepsi perlu didiskusikan dengan pasangan serta keluarga terlebih dahulu agar tidak menimbulkan ketimpangan peran. Baik suami atau istri memiliki tanggung jawab atas kesehatan reproduksinya.
(yum/yum)