Lorong Waktu: Kenangan di SMA dan Prospek 'Agresif' Agen MLM

Lorong Waktu: Kenangan di SMA dan Prospek 'Agresif' Agen MLM

Yudha Maulana - detikJabar
Jumat, 19 Agu 2022 07:30 WIB
Ilustrasi sekolah
Ilustrasi sekolah (Foto: Getty Images/iStockphoto/smolaw11)
Bandung -

'Karena Anda Berpotensi', jargon itu masih terekam jelas di dalam memori saya. Ucapan itu meluncur dari mulut seorang pria berbaju safari di sebuah aula di Kota Bandung sekitar tahun 2007 ketika saya masih jadi pelajar SMA.

Sebelumnya, pria itu bergelora menceritakan kehidupannya yang pahit dan miskin, tapi berkat kerja keras kesuksesan bisa diraih jua. Bukti sukses itu ditunjukkan lewat foto-foto dirinya berpose acung jempol di depan mobil sport hingga rumah mewah, yang disebut hasil dirinya memeras keringat di MLM itu.

Testimonial itu disambut tepuk tangan dari peserta yang datang. Usia peserta yang mendengar kisah itu juga relatif muda, mungkin tak jauh dari usia saya yang ketika itu masih 16 tahun. Satu lagi kenangan yang membekas, sebagian peserta muda mengenakan baju jas kedodoran!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kembali lagi ke pria berbaju safari tadi, rupanya beliau adalah team leader di salah satu bisnis multi level marketing (MLM). Kedatangannya menjadi bagian dari rangkaian 'ritual' perekrutan calon member baru yang bernama 'prospek'.

Sebenarnya, momen itu bukan kali pertama saya mendapatkan 'prospek' MLM. Beberapa minggu sebelumnya, saya pernah 'diprospek' oleh seorang mahasiswa di sebuah kost-kostan di daerah Setiabudi Bandung.

ADVERTISEMENT

Maklum, bayangan saya ketika itu adalah ingin belajar berbisnis karena teracuni buku Rich Dad Poor Dad-nya Robert Kiyosaki. Tapi nasib malah menyampaikan saya kepada agen-agen MLM ini.

Kata-kata yang diucapkannya hampir mirip dengan pria berbaju safari tadi. Saya dijanjikan bonus jika merekrut anggota baru, level saya juga akan meningkat seiring dengan jumlah downline yang diraih, plus jalan-jalan ke luar negeri dan bonus mewah lainnya.

Ya, sistem gain experience-nya mirip dengan game-game RPG, semakin giat kamu bekerja, semakin banyak duit dan bonusmu. Tapi yang bikin berat, ialah seharusan mengeluarkan uang mulai dari ratusan ribu Rupiah sampai Rp1 juta lebih untuk menebus keanggotan plus barang dagangannya di awal. Penawaran pertama saya tolak.

Satu lagi pengalaman yang tak terlupakan, ketika seorang kawan yang lama tiba-tiba mengajak bertemu. Katanya, ada bisnis yang bisa dielaborasi bersama dan dia juga menyebut hanya saya orang yang bisa dipercaya.

Kami pun janjian, ia mengajak saya ke suatu rumah di selatan Bandung, nah anehnya di ruang tamu rumah tersebut ada sejumlah orang yang diskusi dengan berapi-api. Kira-kira bahasannya seperti ini :

"Keuntungan tim kita bulan ini bisa mencapai Rp40 juta, kalau kita push sedikit lagi bisa sampai Rp50 juta lebih, lumayan lah dibagi-bagi,". Sejurus kemudian ucapan itu disambut tepuk tangan.

Tapi bukan diskusi itu yang mau dibahas, melainkan kawan saya yang enggak ada hujan, enggak ada angin tiba-tiba menawarkan bisnis MLM di ruangan yang berbeda dari sorak sorai keuntungan puluhan juta Rupiah itu.

Ia menjelaskan dengan yakin dan mantap, dibantu rekannya soal keuntungan dan bonus apa saja yang telah diraihnya selama bergabung.

Walau beda perusahaan MLM dan skema bonus, tapi jargonnya tetap sama 'Karena Anda Berpotensi'. Mohon maaf saya tolak lagi, MLM bukan passion saya. Selain itu, saya yang masih SMA entah dari mana bisa dapat uang untuk menebus tanda keanggotaan.

Walau sudah saya tolak, tetapi kawan itu masih begitu agresif lewat telepon dan SMS agar saya mau menjadi anggota. Setelah beberapa hari, akhirnya saya jelaskan segamblang-gamblangnya dan akhirnya dia berhenti juga menawarkan.

Balik lagi ke ritual prospek si pria berbaju safari, awalnya saya tidak tahu bakal ada ritual prospek di sana. Singkat kata, saya diundang teman SMA untuk mengikuti 'Seminar Bisnis bagi Remaja'. Undangan itu dikirim via SMS.

Jangan dibandingkan dengan sekarang, Tahun 2007 komunikasi tercanggih yang bisa saya lakukan hanya sebatas berkirim SMS atau layanan MMS yang menyedot pulsa secara sadis.

Si pengundang juga tak menceritakan detail acaranya, tapi begitu acaranya dimulai dan tahu itu acara itu berkaitan dengan MLM, saya tetap ikuti acaranya. Terkadang meluangkan waktu untuk mendengar kisah dari orang yang berkecimpung di bidang yang tak pernah kita geluti, bisa jadi sesuatu yang berharga.

Walau pun akhirnya saya memilih pulang duluan, begitu orang-orang berjas kedodoran itu bergerak sambil menanyakan "Jadi mau ambil paket yang mana?".

Perlu digaris bawahi, tulisan ini tidak beritikad untuk memojokkan bisnis MLM mana pun. Toh, nyatanya ada kawan saya yang bergabung dan serius merintis bisnis MLM ini selepas SMA. Kini kehidupannya terlihat mapan dan punya bisnis sampingan selain MLM.

Ia juga rajin mengunggah foto jalan-jalan ke luar negeri bersama istrinya, sambil mengajak downline-nya agar lebih giat bekerja dan menggapai sukses. Memang, kawan saya yang sukses di MLM ini bukan sosok yang kaleng-kaleng, sejak saya kenal di SMA, sosoknya memang ulet, cerdas dan pekerja keras.

Pelajaran yang dipetik dari MLM ini, bidang apa pun yang digeluti selama fokus dan konsisten bisa membuahkan hasil 'Karena Anda Berpotensi'.

Itulah sepenggal momen Lorong Waktu yang dialami Yudha Maulana saat berseragam SMA di Kota Bandung. Bila detikers pernah merasakan pengalaman yang sama atau ingin berbagi pengalaman nostalgia ingin kami muat, boleh ikut membagikan kenanganannya dengan menghubungi Redaksi detikJabar (redaksijabar@detikjabar.com) atau kirim pesan lewat IG @detikJabar.

(yum/yum)


Hide Ads