Daftar Gejala Long COVID, Mudah Lelah hingga Sulit Konsentrasi

Daftar Gejala Long COVID, Mudah Lelah hingga Sulit Konsentrasi

Tim detikHealth - detikJabar
Senin, 18 Jul 2022 09:25 WIB
ilustrasi sakit
Ilustrasi gejala long COVID (Foto: iStock
Bandung -

Sebagian besar penyintas COVID-19 di Indonesia mengalami long COVID atau gejala berkepanjangan pasca terkena COVID-19. Varian COVID-19 yang terakhir banyak menyebar yakni Omicron.

Meski seseorang mungkin hanya mengalami gejala ringan, ada efek jangka panjang disebut Long COVID yang bisa dihadapi.

Long COVID adalah kondisi di mana seorang penyintas COVID-19 masih merasakan gejala penyakit tersebut dalam jangka waktu yang lama, bahkan setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sendiri menggunakan istilah Post-COVID Conditions untuk menggambarkan kondisi ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang menjadi pemicunya yakni sindrom pernapasan akut parah yang berdampak pada banyak organ lain. Dalam riset bertajuk 'Clinical characteristics and quality of life of persistent symptoms of COVID-19 syndrome in Indonesia' disebutkan bahwa 66,5 persen dari 385 responden yang dianalisis mengalami keluhan long COVID.

Secara umum, gejala long COVID yang ditemui penyintas COVID-19 di Indonesia :

ADVERTISEMENT

Sebanyak 16,8 persen subjek penelitian melaporkan mengalami gejala persisten selama lebih dari 3 bulan. Gejala paling umum yang dialami oleh pasien adalah sebagai berikut:

  • Kelelahan: 29,4 persen
  • Batuk: 15,5 persen
  • Nyeri otot: 11,7 persen
  • Dispnea: 11,2 persen
  • Sakit kepala: 9 persen
  • Gangguan tidur: 8,8 persen
  • Cemas: 7,9 persen
  • Palpitasi: 7,6 persen
  • Sulit berkonsentrasi: 6,1 persen
  • Hidung tersumbat: 5,2 persen
  • Mual: 5,2 persen
  • Sakit tenggorokan: 3,8 persen

Risiko long COVID-19 atau gejala yang menetap lebih panjang banyak ditemukan pada usia yang lebih tua, penyakit penyerta, keparahan klinis lebih tinggi, perawatan di rumah sakit, pneumonia, hingga mereka yang membutuhkan terapi oksigen.

Riset tersebut juga menganalisis aspek kualitas hidup pasca terpapar COVID-19, pasien yang mengalami long COVID paling banyak yakni nyeri atau tidak nyaman, kecemasan, atau depresi. Metode penelitian ini dilakukan Januari 2021, pada orang yang sudah sembuh dari COVID-19, terkonfirmasi negatif Corona, dan sudah selesai menjalani masa isolasi minimal 14 hari.

"Prevalensi sindrom persisten atau long COVID-19 di Indonesia cukup tinggi, yang mempengaruhi kualitas hidup survivor COVID-19. Pneumonia merupakan faktor utama yang mempengaruhi kejadian sindrom COVID-19 persisten. Penelitian lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar dan waktu studi yang lebih lama direkomendasikan untuk mengendalikan COVID-19 dan dampaknya terhadap kesehatan dan kualitas hidup penyintas COVID-19," demikian kesimpulan para ahli seperti dikutip dari detikHealth.

Penelitian ini dilakukan Agus Dwi Susanto, Fathiyah Isbaniah, Irandi Putra Pratomo, Budhi Antariksa, Erlang Samoedro, Muhammad Taufik, Fadlika Harinda, Fariz Nurwidya. Dirilis 3 April 2022, sementara penelitian dilakukan Juli 2021.

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan beberapa penyintas bisa mengalami serangkaian gejala long COVID berkelanjutan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah pertama kali terinfeksi COVID-19. Gejala yang bertahan usai infeksi ini juga bisa ada lebih dari satu.

Dikutip dari laman resmi CDC, ada 14 gejala Long COVID seperti :

  • Napas pendek
  • Letih dan lelah
  • Sulit konsentrasi dan berpikir (brain fog)
  • Batuk-batuk
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Jantung berdebar
  • Perubahan mood
  • Diare
  • Masalah tidur
  • Pusing dan sakit kepala
  • Perubahan indra pengecap atau perasa
  • Perubahan siklus menstruasi
  • Rasa seperti tertusuk-tusuk jarum

Demikian berbagai gejala dan ciri-ciri long COVID yang haru diwaspadai.




(tey/tya)


Hide Ads