KBRI Doha akhirnya menemui Rina Kartika (36), Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang diduga mendapat penganiayaan dari majikannya di Qatar. Namun, Rina membantah adanya penganiayaan.
Humas KBRI Doha Bidang Penerangan, Sosial dan Budaya Ali Murtado menyebut pihaknya telah bertemu Rina pada Selasa (5/7/2022). Rina kini berada di agensi Qatar dan sudah tak lagi bekerja bersama majikannya.
"Kita sudah menemui RK (Rina) ini. Asalnya rencana akan panggil RK dan majikannya ke KBRI untuk klarifikasi. Semula penjadwalan hari Senin tapi kemudian kita ketahui posisi RK (sudah) tidak di rumah majikan, berpindah ke agensi," kata Ali , Rabu (6/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedatangan pihak KBRI dijelaskan Ali, adalah untuk mengklarifikasi beberapa hal. Di antaranya foto-foto Rina yang disebut sebagai dugaan penganiayaan. Namun Rina mengaku tidak mendapat penganiaayaan, luka itu, ia peroleh karena kecerobohan saat bekerja.
"RK menyatakan tidak semua luka yang ada ditangannya itu bekas penganiayaan jadi beliau mengatakan bahwa ada beberapa luka karena kecerobohan atau ketika dia memasak banyak terkena cipratan minyak, ada beberapa yang terkena tumpahan itu, ini keterangan yang disampaikan oleh RK begitu, jadi dugaan penganiayaan masih kita telusuri," ungkap Ali.
Saat ditanya lebih detil soal dugaan penganiayaan, Ali menyebut, Rina merasa tertekan. Namun berdasarkan pengakuan Rina tidak ada penganiayaan yang sifatnya berta.
"Beliau mengatakan tidak ada penganiayaan, yang bahwa sifatnya berat. Bahwa dia merasa tertekan selama dia bekerja kemudian dia sering mendapat tekanan psikis ia itu terjadi," katanya.
"Tapi begini, bukan berarti kita langsung percaya (keterangan Rina) kita telusuri bukti-buktinya karena kalau saya bicara kronologisnya tadi kita bertemu yang bersangkutan di agensi tidak lama kemudian majikannya juga datang. Kita sempat konfrontir juga di situ," ucap Ali menambahkan.
Hilang Kontak dengan Keluarga
Sebelumnya, pihak keluarga mengaku kehilangan kontak dengan Rina Kartika. Pihak KBRI menjelaskan bahwa telepon seluler Rina diambil oleh majikannya. Ali menyarankan pihak keluarga untuk berkomunikasi dengan agensi yang menaungi Rina.
"Kalau alat komunikasi sih, seingat saya memang untuk yang bersangkutan tidak memegang setelah berita ini viral kemudian mungkin majikannya merasa beberapa informasi pribadi dia tersebar, jadi semacam Key ID semacam KTP (milik majikan) sempat tersebar di media sosial," ucap Ali.
"Pihak majikan merasa informasi pribadinya terancam akhirnya alat komunikasi yang dipegang RK itu diambil oleh pihak majikan. Tapi kan setelah itu RK segera berpindah ke kantor agensi, kalau misalkan keluarga mau menghubungi, keluarga harus ke pihak agensinya karena mungkin alat komunikasi sudah berbeda sekarang harus melalui agensi. Karena dugaan keluarga, RK masih di majikannya," ujar Ali menambahkan.
Diberitakan sebelumnya, keluarga Rina Kartika (36) Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi panik. Pasalnya sudah 3 hari ini mereka tidak bisa berkomunikasi dengan Rina.
Lilis Mardiani (51) mengaku khawatir terjadi sesuatu menimpa putrinya itu. Padahal menurut Lilis biasanya Rina selalu memberitahukan kondisinya di rumah majikan, ia berharap pemerintah segera turun tangan memulangkan putrinya itu.
"Sudah tiga hari tidak ada kabar, padahal biasanya ke Angga (anak kedua) dan ke Ria (anak ke tiga) sering memberikan kabar dan kondisinya di sana. Saya hanya khawatir ada apa-apa dengan anak saya Rina," kata Lilis saat menghubungi detikJabar, Senin (4/7/2022).
(sya/mso)