Di era serba digital saat ini ternyata masih ada daerah yang masih sulit mengakses jaringan internet. Seperti di Dusun Bandaruka, Desa Karanganyar, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Warga dan anak-anak di sana harus hidup di daerah yang sulit sinyal selular terutama jaringan internet.
Kondisi tersebut terjadi lantaran di daerah tersebut belum terjangkau sinyal pemancar selular. Padahal daerah tersebut tidak terlalu jauh dari perkotaan Ciamis.
Agar bisa terhubung dengan internet, warga harus mencari titik-titik tertentu untuk mencari sinyal. Beruntung kini warga bisa mengakses internet gratis di sebuah saung milik kelompok wanita tani (KWT).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 5 Daerah di Jabar Kembali PPKM Level 2 |
Di saung tersebut terdapat jaringan WiFi atas bantuan dari PT Telkom kerja sama dengan pemerintah desa. Hampir setiap hari warga dan anak-anak berkumpul di saung tersebut demi dapat mengakses internet.
Fasilitas itu sengaja dibuat untuk membantu anak-anak belajar daring saat pandemi COVID-19. Namun kini digunakan untuk berbagai urusan yang berhubungan dengan internet.
Seperti yang terlihat, sejumlah anak berkumpul sambil memegang smartphone. Ada yang bermain game, nonton video YouTube, berkomunikasi dan lainnya.
"Memang di tempat ini yang ada sinyal internetnya. Kalau di rumah-rumah warga susah sinyal. Paling ada juga hanya untuk nelpon, kalau internet tidak bisa," ujar Kepala Dusun Bandaruka Amar Sukmara, Selasa (5/7/2022).
Warga pun khawatir apabila jaringan internet di saung KWT tersebut dicabut. Mengingat saat ini anak-anak sudah kembali masuk ke sekolah 100 persen. Saat ini sudah zaman serba internet, berbagai aktivitas dan urusan harus menggunakan internet. Sehingga ketika internet tidak ada, warga Dusun Bandaruka mengaku mengalami kesulitan.
"Harapan warga jaringan ini jangan dicabut, apalagi kalau tetap gratis seperti sekarang," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Karanganyar Yanto Agus membenarkan di wilayahnya susah sinyal. Sehingga dibangun sarana untuk mengakses internet di saung KWT atas kerja sama desa dengan PT Telkom Indihome Studi.
"Waktu pandemi kan semua anak sekolah butuh belajar daring dengan jaringan internet stabil. Dipasang sejak awal pandemi," ucapnya.
Yanto mengatakan di desanya tidak ada tower selular. Akibatnya rumah warga tidak terjangkau oleh sinyal. Sedangkan untuk di desa sudah ada jaringan internet, itu pun menggunakan kabel yang panjang.
"Untuk koordinasi dengan kepala dusun, kami membekalinya menggunakan handy talky. Jadi kalau ada kejadian bencana atau urusan lainnya masih bisa terhubung," ucapnya.
Ke depan pihaknya berharap ada tower selular yang bisa menjangkau wilayahnya. Mengingat di era revolusi industri 4.0 dan era digitalisasi ini semua serba internet. Bahkan semua masyarakat sudah memakai gadget.
"Untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0, jaringan internet di desa kami sangat dibutuhkan," ujarnya.
(mso/mso)