Kasus AK, pria 38 tahun yang tiba-tiba pulang setelah dinyatakan meninggal oleh keluarganya ternyata bukan kasus yang pertama terjadi di Sukabumi. Ada kasus serupa tapi tak sama yang juga pernah bikin heboh Sukabumi.
Sekitar tahun 2018 silam, ada kasus warga Sukabumi dinyatakan hilang tapi ternyata sebuah rekayasa untuk hindari utang piutang. Pelakunya bernama Nining warga warga Kampung Cibunar, RT 05 RW 02, Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Sukabumi.
Berikut fakta-fakta kisah yang sempat berbumbu aroma misteri yang pernah terjadi di Sukabumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nining Hilang 1,5 Tahun Lalu Pulang
Sempat dinyatakan hilang tenggelam tahun lalu, Nining Sunarsih (52) warga Kampung Cibunar, RT 05 RW 02, Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Sukabumi, pulang dengan kondisi basah kuyup dan badan penuh pasir pada Minggu 1Juni 2018 dini hari.
Nining sendiri sempat dikabarkan tenggelam pada 8 Januari 2017 di Pantai Palabuhanratu, Sukabumi. Saat itu Nining terseret ombak hingga ke tengah, sejumlah saksi bahkan sempat melihat Nining saat melambaikan tangan meminta tolong saat terbawa arus.
Kepulangan Nining saat itu sempat dibumbui aroma misteri, Jejen Paman Nining sempat dihantui mimpi didatangi Nining yang minta dijemput pulang. Lokasinya berada tepat dia dikabarkan hilang.
"Semalam dia pulang diantar Jejen, adik suami saya atau pamannya yang sudah tiga hari berturut-turut memimpikan Nining minta dijemput di Palabuhanratu. Kondisi pakaian, celana dan sendalnya basah penuh pasir. Dia ditemukan di pesisir pantai tempat dia dulu dikabarkan hilang," kata Tating, ibunda Nining kepada detikcom di kediamannya.
Tating juga menceritakan kondisi putri sulungnya itu terlihat lemas, ketika ditanya tidak menjawab. Tatapannya kosong seperti orang kebingungan, ajaibnya seluruh pakaian, celana dan sendal yang dikenakannya masih sama seperti saat terakhir dikabarkan hilang.
Beragam kisah diperkuat oleh pihak keluarga terus mengalir, polisi yang mendengar kisah itupun turun tangan untuk mengungkap fakta dibalik hilangnya Nining. Kapolres Sukabumi Kota saat itu AKBP (Kini berpangkat Kombes) Susatyo Purnomo Chondro memeriksa sejumlah saksi mata.
Tidak perlu waktu lama, polisi akhirnya sampai pada kesimpulan kisah itu adalah rekayasa. Susatyo mengatakan kasus ini terbongkar setelah saksi kunci yakni JJ (Jejen) dua anak Nining WI dan DD diperiksa. Hasilnya terdapat sebuah rekayasa.
"J mengaku mendapat telepon dari seseorang berinisial H untuk menjemput Nining di Palabuhanratu tempat dilaporkan hilang. J juga menerima arahan dari H untuk memberitahu keluarga seolah-olah kabar itu diperoleh dari mimpi," kata Susatyo di Mapolresta Sukabumi, Jumat (6/7/2018).
Polisi menyatakan Nining sengaja melarikan diri karena terjerat utang di bank. Skenario hilangnya Nining itu diatur setelah Nining menceritakan hal tersebut kepada adiknya, DD.
"Nining sempat curhat dia punya utang ke bank kepada DD, sang adik, itu diutarakan Nining dua hari sebelum keluarga dan tetangga berwisata ke Palabuhanratu. Saat itulah ada yang menyusun skenario, seolah Bu Nining ini hilang, lama-kelamaan ceritanya berubah seolah Nining ini hilang karena tenggelam," beber Susatyo.
Beberapa tahun kemudian, kisah mirip kembali terulang. Kemunculan pria inisial AK (38) Desa Pasanggrahan, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi tiba-tiba menghebohkan warga. Pasalnya AK diketahui hanyut di area Karang Hawu, Kecamatan Cisolok 2020 silam. Pihak keluarga bahkan sudah menyatakan AK meninggal dunia.
Sore itu Kades Sagaranten, Asep Abdul Muis. Kaget bukan kepalang. Pria inisial AK, kenalannya tiba-tiba muncul memarkirkan motor di halaman kantornya. Ia memang mendengar desas-desus kemunculan AK, namun ia tidak menyangka pria itu akan datang menemuinya.
Asep mengaku tidak ingat kapan pastinya AK datang menemuinya, ia mengingat-ingat pria berusia 38 tahun itu datang ketika bulan puasa atau sekitar April tahun ini. Kabar yang ia dengar AK sebelumnya sudah dikabarkan hilang tenggelam.
"Nah ketika ke kantor desa saya, kagetkan saya. Ternyata (kabar yang beredar) benar, ia betul, heran. Malam sempat janjian ketemu hanya enggak sempat. Dia datang pakai motor, pakai jaket hitam dan kupluk," ujar Asep melalui sambungan telepon dengan detikJabar, Kamis (23/6/2022).
Asep mengingat mereka larut dalam perbincangan selama 30 menit, ia juga sempat menanyakan kondisinya yang disebut hilang lalu tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Sudah lama enggak ketemu, saya nanya cuma jawabnya ya begitu kayak di luar ini ya di luar jangkauan kita spiritual katanya. Tapi saya tanya lagi cageur ji, ieu bener haji (sehat, ini benar haji) kata saya," ucap Asep menceritakan kisahnya bertemu dengan AK.
Sebuah dokumen berisi surat pernyataan yang ditandatangani oleh orang tua AK (38) menjadi saksi bisu hilangnya pria tersebut pada tahun 2020 silam. Dalam surat itu, pihak keluarga menyatakan bahwa AK sudah meninggal dunia.
Dalam surat tertanggal 12 Februari 2020 itu, tertulis identitas kedua orang tua dan nama serta alamat jelas AK. Terdapat juga tandatangan saksi terdiri dari Ketua RT, Ketua RW dan adik AK. Surat itu juga distempel resmi oleh RT, RW dan Kepala Desa Pasanggrahan.
Gadang Erdiansyah, ketua RW tempat AK tinggal membenarkan surat tersebut dibuat oleh pihak keluarga. Nama Gadang sendiri tertulis dalam surat pernyataan tersebut.
Ia membenarkan kemunculan AK memang ramai karena sebelumnya sempat dinyatakan hilang di lokasi wisata Karang Hawu, Kecamatan Cisolok.
"Oh ia nuju rame ayeuna (sedang ramai sekarang)," kata Gadang saat detikJabar melakukan konfirmasi.
Gadang mengungkap fakta, AK sebenarnya sudah pulang setahun yang lalu. Meskipun begitu, ia tidak pernah mengetahui posisi AK saat ini.
"Jadi sebetulnya sudah pulang setahun yang lalu. Kurang lebih setahun yang lalu, kurang lebihnya ya. Pastinya nggak tahu, sampai sekarang belum pernah ketemu. Tapi kalau ngupingmah (mendengar) sering pulang ke sini. Dia punya rumah sendiri di sini keluarganya juga di sini," ucap Gadang.
Gadang mengaku belum pernah bicara dengan keluarga AK, terkait kisah hilang lalu kemudian pulang. Soal dokumen surat pernyataan, ia membenarkan hal itu dibuat atas permintaan keluarga dan dilakukan di kantor desa.
"Dibuat di desa, pihak desa (lalu) mengeluarkan surat kuning itu dulu (keluarga) membuat pernyataan meninggal. Tapi desa meresponsnya bikin surat kuning itu isinya hilang tenggelam (bukan meninggal). Ada RT, RW kades kalau enggak salah. Itu pernyataan keluarga saja, kalau pemerintahan surat kuning tapi menyatakan hilang tenggelam," ujar Gadang.
Meski begitu, Gadang menjelaskan warga sejak awal sebenarnya tidak terlalu kaget. Karena meyakini AK tidak sampai meninggal dunia.
"Nggak terlalu kaget juga, dari dulu beranggapannya kalau orang sini gitu, nggak sampai meninggal," ujarnya.