Fosil Buaya dan Kura-kura Purba Ungkap Geografis Masa Lampau Sumedang

Fosil Buaya dan Kura-kura Purba Ungkap Geografis Masa Lampau Sumedang

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Jumat, 17 Jun 2022 15:49 WIB
Fosil kura-kura di Sumedang.
Fosil kura-kura di Sumedang. (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Bandung -

Fosil satwa kura-kura dan buaya purba ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang. Kedua Fosil yang letaknya berdekatan ini, awalnya ditemukan warga lantaran muncul di permukaan tanah.

Menanggapi hal ini Peneliti Museum Geologi, Unggul Prasetyo Wibowo, menjelaskan terkait penemuan yang ada di lapangan.

"Keduanya ditemukan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Secara geologis, Sumedang dulunya merupakan daerah estuari. Jadi daerah ini banyak lembah muara, rawa-rawa, sehingga bisa menemukan banyak satwa yang sifatnya amfibi," ujar Unggul saat dihubungi detikJabar Jumat (17/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun mengaku tak heran jika di daerah tersebut kemungkinan akan ditemukan juga fosil sapi, kerbau, dan beberapa satwa purba yang biasa hidup di daerah daratan sekitar rawa.

Fosil yang diperkirakan kura-kura purba.Fosil yang diperkirakan kura-kura purba. Foto: Istimewa

Daerah estuari tersebut jadi ekosistem yang baik bagi hewan seperti kura-kura dan buaya, sebab ketersediaan makanan pun melimpah. Ukuran fosil temuan bisa dipengaruhi dari unsur ini.

ADVERTISEMENT

"Untuk kura-kura dan penyu sekarang pun bisa tumbuh besar, paling tidak mencapai satu meter diameter cangkangnya. Jadi untuk temuan 80 cm itu normal. Terkait temuan buaya belum bisa bicara banyak, karena masih dalam proses apa saja temuannya," katanya.

Ia menjelaskan bahwa ada dugaan satwa tersebut berada di zaman Pleistosen. Saat itu merupakan masa transisi baru, sehingga Pulau Jawa belum menjadi daratan sepenuhnya.

"Penemuan di Sumedang ini cukup menarik, karena kebanyakan fosil yang ditemukan di pulau Jawa adalah fauna darat sehingga rentang waktunya belum terlalu lama," ujarnya.

"Kalau yang ditemukan saat ini dugaan sementara dari zaman transisi. Saat Pulau Jawa masih berupa setengah daratan, belum muncul sepenuhnya dari permukaan laut. Sehingga ini menarik," kata Unggul menambahkan.

Unggul mengatakan bahwa beberapa tahun lalu fosil Stegodon atau Gajah Purba juga ditemukan di Jembarwangi. Fosil itu saat ini tersimpan di Museum Geologi Jawa Barat.

Terkait penyebarannya, menurut Unggul untuk satwa purba air seperti buaya memang tersebar di Jawa dan tidak punya persebaran spesifik. Sementara untuk kura-kura masih perlu diteliti bentuknya, karena masih hanya terlihat tempurungnya saja.

"Kalau buaya kan bisa mobile kemana-mana di area perairan, sehingga persebarannya luas. Untuk kura-kura masih diteliti apakah ini satwa darat atau air, pantauan terakhir baru terlihat tempurungnya. Dari temuan ini nampaknya akan mudah direkonstruksi," terangnya.

Melihat dari temuan di lapangan, kura-kura purba cangkangnya ditemukan utuh. Ini adalah kabar baik bagi para peneliti.

"Biasanya temuan itu berupa fragmented, jadi potongan. Ini bisa dikatakan penemuan perdana di Jawa Barat yang bukan fragmented, artinya cangkang utuh sehingga bisa memudahkan rekonstruksi," paparnya.

Kepingan fosil kulit buaya.Kepingan fosil kulit buaya. Foto: Nur Azis/detikJabar

Saat ini tim dari Museum Geologi, beberapa pihak keamanan eksternal, bersama Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disparbudpora) Sumedang sedang melakukan pengamanan konservasi.

Setelah diamankan, fosil akan dibawa ke ruang preparasi untuk diberikan treatment konservasi. Barulah proses identifikasi dapat dilakukan.

"Tahap pertama masih pengamanan, dalam proses mengangkat fosil bersama matriks sedimen ke Balai Desa setempat. Karena jika dibongkar dari matriks sedimen di lokasi itu juga, akan berpotensi pecah," kata Unggul.

(aau/yum)


Hide Ads